Perusahaan produk rumah tangga berbahan plastik, Tupperware, akhirnya resmi mengajukan kebangkrutan pada Selasa (17/09/2024) lalu. Selama beberapa tahun terakhir, kondisi finansial perusahaan ini memang mengalami turbulensi yang cukup kencang.
Melansir Reuters, Tupperware memiliki utang sebesar 818 juta USD atau setara Rp12,3 triliun dengan kurs 15.100. Meski pamornya sudah cukup kalah dengan sejumlah kompetitor yang beberapa tahun muncul di pasar, Tupperware masih memiliki pengguna setia.
Maria (45) misalnya, perempuan asal Jambi ini setia menggunakan produk-produk Tupperware sejak 2010-an. Awalnya, ia terpapar dari seorang rekan yang menjadi agen pemasaran produk itu.
Botol, berbagai warga dengan ukuran lengkap ia miliki. Begitu pula dengan kotak makan untuk bekal anaknya sekolah.
“Bahkan masih ada yang tersimpan di gudang dalam kardus belum terbuka sejak awal beli,” katanya.
Menurutnya, emak-emak agak galak mewanti-wanti pada anaknya untuk menjaga botol atau kotak makan bermerek itu karena harganya mehong alias mahal.
Saat tahu Tupperware sedang mengalami krisis, tanggapan Maria cukup sederhana. Ia risau tentang garansi seumur hidup yang jadi salah satu program unggulan dari brand tersebut.
“Agak sedih, masalahnya kan garansi seumur hidup,” kata dia.
Maria mengaku terus setia dengan produk ini meski banyak kompetitor yang menawarkan variasi hingga harga murah di pasar.
Kabar kebangkrutan Tupperware sebenarnya sempat mencuat pada April 2023 silam. Namun, perusahaan mengklaim menemukan solusi atas permasalahan tersebut.
Ciamiknya produk dan pemasaran Tupperware pada masanya
Tupperware berdiri pada 1946 oleh Earl Tupper di Amerika Serikat. Salah satu keunggulan di saat awal meluncur adalah fitur seal penyekat yang membuat kedap udara.
Sejarahnya, produsen produk kebutuhan rumah tangga berbahan dasar plastik ini berdiri dan meluncurkan produk pertamanya pada 1946 di Amerika Serikat. Pendirinya adalah Earl Silas Tupper, pebisnis kelahiran 1907 yang memang sejak lama melakukan riset and inovasi untuk menemukan cara menghasilkan barang berbahan plastik yang fleksibel, kuat, tidak berminyak, dan aman.
Temuan Earl itu diberi nama Poly-T dan ia patenkan pada 1938. Baru pascaperang dunia kedua, tepatnya pada 1946, perusahaannya meluncurkan produk penyimpanan makanan dengan nama Wonderliel Bowl dan Bell Tumbler. Momentum kemunculannya bertepatan dengan melesatnya ekonomi pascaperang.
Merek Tupperware pun mulai dikenal. Salah satu keunggulan di saat awal meluncur adalah fitur seal penyekat yang membuat kedap udara.
Selain pendekatan dengan menggaet ibu rumah tangga, produk ini pernah tenar dengan caranya promosi lewat Tupperware Party. Berkat cara ini, produk-produknya bisa masuk lebih dalam ke sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Cara pemasaran lewat Tupperware Party di Amerika Serikat diprakarsai oleh Brownie Wise. Perlahan, produk ini menyebar ke berbagai belahan dunia seperti Eropa dan Asia. Hingga, kini kita mengenal Tupperware sebagai produk yang sangat digandrungi ibu-ibu.
Perlahan, produk ini menyebar ke berbagai belahan dunia seperti Eropa dan Asia. Hingga, kini kita mengenal Tupperware sebagai produk yang sangat digandrungi ibu-ibu.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Aly Reza
BACA JUGA Krisis Tupperware Membuat Emak-emak Khawatir, Stok Botol Baru Masih Banyak di Gudang
Ikuti berita terbaru dari Mojok di Google News