Pada lebaran kali ini, Hani (24) harus gigit jari. Pasalnya, nominal Tunjangan Hari Raya (THR) yang ia terima sebagai guru honorer hanya sebesar Rp100 ribu. Itu pun masih terpotong dengan tetek-bengek lain, yang jika diakumulasikan, Hani hanya akan membawa pulang Rp65 ribu.
Hani sendiri merupakan guru honorer di salah satu SD swasta di Bantul. Sudah hampir enam bulan lulusan PGSD UNY ini mengajar di sekolah tersebut. Sudahlah gaji tak seberapa, kini THR pun cair dengan nominal yang sangat sedikit.
Jika kita merujuk ke Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 14 Tahun 2024 tentang Pemberian THR dan Gaji ke-13 Kepada Aparatur Negara, Pensiunan, Penerima Pensiunan dan Penerima Tunjangan Tahun 2024, sebenarnya tenaga honorer seperti Hani ini tak termasuk dalam daftar penerima THR 2024 maupun gaji ke-13.
Bahkan, hal tersebut juga ditegaskan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Abdullah Azwar Anas pekan lalu. Menurut eks Bupati Banyuwangi tersebut, “tenaga honorer tidak akan mendapatkan THR dan gaji ke-13, kecuali bagi yang telah diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)”.
“Kami sampaikan honorer tidak dapat THR dan gaji ke-13,” jelas Azwar Anas, Selasa (26/3/2024) lalu.
THR guru honorer habis buat sekali bukber
Soal THR yang dia terima, Hani mengaku kalau itu “tak layak disebut sebagai THR”. Ia lebih senang menyebutnya sebagai “sumbangan kepala sekolah” karena memang uang yang tak seberapa itu keluar dari kantong pribadi Sang Kepsek.
Di sekolah tempat Hani mengajar, total ada sekitar enam guru honorer. Hani adalah yang paling muda. Meski demikian, nasib honorer lain tak lebih baik darinya. Mereka juga hanya mendapat THR Rp100 dengan banyak potongan.
“Jadi itu masih dipotong. Setahuku ada potongan sekitar Rp10 ribu buat admin, dan ada Rp15 ribu buat urunan bukber di sekolah minggu lalu. Jadi ya kita nerima cuma Rp65 ribu aja ,” jelasnya saat Mojok temui pada Senin (1/4/2024).
Mau dilihat dari sisi manapun, angka ini jelas sangat kecil. Jangankan buat membeli segala kebutuhan saat lebaran, THR tadi bahkan sudah habis di hari pertama sejak Hani menerimanya.
“Jadi pagi dapat THR, sore ada ajakan bukber sama teman-teman kuliah. Udah itu langsung habis semua kepake buat bukber,” sambungnya.
Untungnya, kedua orang tua Hani masih bekerja. Jadi, dia tak terlalu mempermasalahkan besaran THR yang di luar nalar itu. Namun, Hani tetap menggarisbawahi kalau di luar sana ada jutaan guru honorer yang nasibnya bisa jadi lebih buruk daripada dia.
“Aku mungkin masih bisa bersyukur karena keluargaku Alhamdulillah masih kecukupan. Tapi coba bayangin guru honorer lain yang nasibnya kurang beruntung, pasti sedih banget lebaran enggak pegang uang.”
Baca halaman selanjutnya…
Nasib guru les privat masih jauh lebih baik. Lebaran banjir THR, lho…