Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Aktual

Frugal Living Bukan Solusi Hadapi Kenaikan PPN, Kelas Menengah Tetap Mengkis-mengkis

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
21 November 2024
A A
Frugal Living Bukan Solusi Hadapi Hadapi Kenaikan PPN, Kelas Menengah Tetap Mengkis-mengkis.MOJOK.CO

Ilustrasi - Frugal Living Bukan Solusi Hadapi Hadapi Kenaikan PPN, Kelas Menengah Tetap Mengkis-mengkis (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Gaya hidup berhemat alias frugal living semakin menjadi tren di tengah lesunya perekonomian Indonesia. Sayangnya, ia bukanlah solusi buat menghadapi kenaikan PPN yang bakal ditetapkan menjadi 12 persen. Kelas menengah tetap susah, negara pun bisa rugi.

Kok bisa?

Ajakan buat hidup frugal terus disuarakan di media sosial seiring dengan wacana yang digulirkan Menkeu Sri Mulyani itu. Menurut banyak orang, boikot kenaikan PPN hanya bisa dilawan dengan hidup berhemat.

“Pokoknya selama setahun ke depan, kepengen apa aja, tahan dulu. Nggak usah gengsi dibilang miskin. Ketar-ketir tuh Sri Mulyani kalau kita rame-rame nggak ada yang boros,” kata Adnan (26), salah satu orang yang menyuarakan boikot kenaikan PPN dengan frugal living, saat dihubungi Mojok, Rabu (20/11/2024) malam.

Intinya, bagi Adnan, selama masyarakat menahan diri untuk tidak mengeluarkan banyak uang selama setahun saja, negara bisa ketar-ketir. Sebab, pendapatan negara diperoleh melalui pajak-pajak yang “dipungut” dari barang-barang tadi.

“Sederhananya begini: kalau dalam skala global itu ada BDS, sukses banget bikin zionis ketar-ketir karena banyak brand diboikot, upaya kita sesederhana menahan diri buat nggak belanja jor-joran aja. Sebab, kalau kita belanja itu, ya balik lagi dipajakin kan sama negara,” ungkapnya.

Iklan

Namun, frugal living tak sesederhana itu

Sayangnya, apa yang ramai disuarakan di Twitter (X), tak sesimpel kelihatannya. Bagi Dona (25), perempuan pekerja yang sudah setahun ke belakang ini menerapkan frugal living, kenaikan PPN menjadi 12 persen tetap akan menyengsarakan.

“Apalagi kelas menengah, yang selama ini dihajar terus sama negara bahkan cuma jadi bumper perekonomian,” jelasnya, saat Mojok temui di sebuah warung kopi di Sleman, Rabu (20/11/2024) malam.

Menurut Dona, secara konsep memang benar frugal living punya prinsip “berhemat dan menahan diri”. Artinya, menahan diri untuk tak membeli kebutuhan tersier, atau mencari substitusi yang lebih murah.

Misalnya, ada barang A yang harganya lebih murah daripada barang B, tapi kualitas sedikit di bawah barang B. Maka, barang A tetap dipilih. Atau, menahan diri untuk tak membeli pakaian baru karena pakaian lama masih banyak.

“Beda lho sama nggak mau langganan Netflix karena ada situs bajakan. Atau nggak mau beli kaos band ori karena yang KW lebih murah. Itu ilegal, dan secara harafiah itu memang ‘frugality’, tapi nggak masuk frugal living,” jelasnya.

Pada dasarnya, frugal living yang Dona maknai adalah menahan diri buat tidak boros–bukan mensubstitusi kebutuhan dengan barang ilegal. Prinsipnya, “kalau belum butuh banget, jangan beli, apalagi cari bajakannya.”

“Nah, kenaikan PPN ya tetap sama aja bikin kita males. Sebab, barang makin mahal. Sepinter-pinternya kita berhemat, kalau barang yang mau dibeli itu mahal, ya jatuhnya rugi juga.”

Kenaikan PPN tetap bikin sengsara sekalipun sudah berhemat

Selama setahun menjalani frugal living, Dona telah melewati banyak hal. Memang pada akhirnya dia bisa menabung, meski ada beberapa hal yang harus dikorbankan–termasuk kesenangan.

Ditanya terkait frugal living sebagai solusi menghadapi kenaikan PPN, dia sama sekali tak bersepakat. Sebab, yang dia pahami, kenaikan PPN akan punya dampak luas, tak cuma soal gaya hidup.

“Misal, nih, aku dah berhemat. Tapi sama aja bohong kalau kenaikan PPN bikin biaya hidup makin tinggi,” jelasnya.

“Aku nahan diri nggak beli kaos band. Tapi kalau uang kos naik, nasi warteg naik, ya sama aja bohong. Tetap mahal juga,” imbuh Dona kesal.

Apalagi, sebagai kelas menengah–dan sandwich generation, kenaikan PPN di tengah lesunya perekonomian masyarakat adalah tindakan jahat. Karena bagi Dona, yang disasar lagi-lagi adalah rakyat kecil.

“Kenapa nggak pajekin aja itu harta-hartanya para konglomerat, anjirrrr!”

Pemerintah juga rugi karena frugal living

Nyatanya, perilaku frugal living untuk merespons kenaikan PPN ke 12 persen tak cuma menyulitkan masyarakat. Negara pun ternyata juga bisa merugi. Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira.

“Karena kenaikan tarif PPN 12 persen akan jelas mengurangi konsumsi rumah tangga. Jadi, masyarakat hanya punya pilihan berhemat atau mencari subsitusi barang yang harganya lebih murah,” tutur Bhima.

Oleh karena barang murah menjadi primadona, kenaikan PPN berpotensi bikin barang-barang ilegal nonpajak makin beredar luas. Pasalnya, menurut Bhima, semakin tinggi pajak yang diterapkan terhadap barang, akan memicu peredaran barang-barang ilegal. 

Peningkatan barang impor ilegal inilah yang berpotensi menghilangkan pemasukan pajak untuk negara. 

Selain itu, ekonomi bawah tanah (underground economy) juga bisa tercipta akibat perilaku frugal living ini. Karena ingin menghindari kenaikan PPN, masyarakat akan berbondong berbelanja ke warung-warung kecil yang tidak dipajaki.

“Pemerintah sebenarnya ingin rasio pajak naik tapi memukul perekonomian, mengubah pola konsumsi masyarakat, memperbesar underground economy,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Mengenang Momen Paling Hemat dalam Hidup, Kadang Hanya demi Hal Receh

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 21 November 2024 oleh

Tags: frugal livinghidup hematkenaikan ppnppnppn 12 persensri mulyani
Iklan
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Pilih kos murah di Malang karena gaji nggak UMR. MOJOK.CO
Ragam

Cara Bertahan Hidup Anak Kos di Malang dengan Gaji Rp2 Juta setelah Orang Tua Tiada, Tersiksa tapi “Kudu Legawa”

8 Oktober 2025
Purbaya Hendak Selamatkan Petani, tapi Malah Dijegal (Rokok Indonesia:Ekosaint)
Pojokan

Niat Mulia Purbaya Mencegah Kematian Industri Tembakau Malah Dihalangi, Sementara Aksi Premanisme Sri Mulyani Memeras Keringat Petani Dibela

1 Oktober 2025
Sebaiknya Kita Berhenti Menganggap Guru Itu Profesi Mulia, agar Mereka Bisa Digaji Jauh Lebih Layak
Pojokan

Sebaiknya Kita Berhenti Menganggap Guru Itu Profesi Mulia, agar Mereka Bisa Digaji Jauh Lebih Layak

4 September 2025
sri mulyani, guru beban negara.MOJOK.CO
Ragam

Video Sri Mulyani soal “Guru Beban Negara” Memang Hoaks, tapi Isinya adalah Fakta

21 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kompetisi Futsal Campus League 2025: “Derby Karangmalang” (futsal UGM vs UNY) Masih Milik Kampus Biru MOJOK.CO

Kompetisi Futsal Campus League 2025: “Derby Karangmalang” Masih Milik Kampus Biru

10 November 2025
Jejaring dan integritas jadi kunci para Beswan Djarum (penerima Djarum Beasiswa Plus) untuk berdaya saing MOJOK.CO

Jejaring dan Integritas: 2 Kunci dari Djarum Beasiswa Plus untuk Membentuk Generasi Muda Berdaya Saing

11 November 2025
5 Barang dan Jasa yang Seharusnya Mulai Dijual Indomaret MOJOK.CO

Indomaret Sebagai Bagian dari Kehidupan Kita Sudah Saatnya Mempertimbangkan Menyediakan 5 Barang dan Jasa dengan Potensi Cuan Ini

8 November 2025
Tembok Kokoh dari Bukit Tidar Itu Bernama Orin, Bawa Timnya (futsal Untidar) Melaju Jauh Meski Main dengan Dua Lutut Cedera MOJOK.CO

Tembok Kokoh dari Bukit Tidar Itu Bernama Orin, Bawa Timnya Melaju Jauh Meski Main dengan Dua Lutut Cedera

10 November 2025
Nasib buruh usai Marsinah jadi pahlawan nasional. MOJOK.CO

Suara Hati Buruh: Semoga Gelar Pahlawan kepada Marsinah Bukan Simbol Semata, tapi Kemenangan bagi Kami agar Bebas Bersuara Tanpa Disiksa

12 November 2025
rekomendasi indomaret di Jogja yang cocok untuk melamun. MOJOK.CO

3 Indomaret Unik di Jogja yang Cocok Disinggahi untuk Meromantisasi Hidup, Dijamin bikin Kamu Betah Melamun

10 November 2025
Summer Sale Banner
  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.