Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Aktual

Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
24 Desember 2025
A A
Hari ibu adalah perayaan untuk seluruh perempuan. MOJOK.CO

Ilustrasi - hak perempuan bersuara di ruang publik. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Hari Ibu yang diperingati setiap tahun pada tanggal 22 Desember di Indonesia sejatinya punya makna mendalam, lebih dari perayaan Mother’s Day international seperti di Barat. Di Indonesia, peringatan tersebut tak sekadar menghormati peran domestik ibu dalam keluarga, tapi menghargai perjuangan seluruh perempuan yang menuntut haknya.

Peringatan Hari Ibu tak terlepas dari Kongres Perempuan Indonesia I yang digelar di Jogja pada 22-25 Desember 1928. Kongres itu dihadiri oleh berbagai organisasi perempuan seperti Wanita Oetomo, Poetri Indonesia, Wanita Taman Siswa, Wanita Katolik, Sarekat Islam, hingga Aisyiyah–organisasi perempuan otonom di bawah naungan Muhammadiyah.

Sejumlah organisasi perempuan tersebut membahas soal hak mereka di bidang pendidikan, menghapus kawin paksa, meningkatkan martabat mereka sebagai perempuan, hingga membentuk Perikatan Perkumpulan Perempoean Indonesia (PPPI).

Kini, tantangan perempuan di Indonesia semakin berat. Terutama perannya di tengah krisis ekologis. Pemerhati Perempuan dan Anak, Ummu Salamah, berujar bencana di wilayah Sumatra adalah potret duka dua “Ibu” sekaligus.

Pertama, ibu pertiwi yang luluh lantak akibat eksploitasi alam. Kedua, para ibu yang berjuang di tengah situasi bencana banjir bandang di Sumatra. 

Eksploitasi alam dan penindasan perempuan

Ummu Salamah yang juga dosen di Universitas Nasional (UNAS) menjelaskan tanah dan air di nusantara disebut sebagai “ibu pertiwi” atau “ibu bumi”. Bumi difeminimkan karena sifatnya yang merawat kehidupan seperti seorang ibu yang merawat anak-anaknya. Bumi juga dianggap sebagai rahim, pemberi kehidupan, penyedia air, dan penjaga ruang hidup.

“Ketika terjadi eksploitasi atas alam, kita sebenarnya sedang “memperkosa” Ibu Bumi. Banjir bandang yang datang bukanlah sekedar fenomena cuaca, melainkan jeritan kesakitan dari alam yang telah hilang daya lindungnya,” ucap Salamah.

Dalam kajian ekofeminisme khususnya di Hari Ibu ini, Salamah berujar ada paralelisme antara eksploitasi alam dan penindasan perempuan. Ketika ibu bumi dirusak untuk keuntungan ekonomi jangka pendek, sejatinya perempuan lah yang paling terdampak.

“Perempuan adalah yang paling terikat dengan alam untuk kebutuhan domestik keluarga. Saat hutan gundul dan air tercemar, beban ibu menjadi berlipat ganda. Menghormati ibu tidak mungkin dilakukan tanpa menghormati ‘ibu bumi’,” ujarnya.

Di Hari Ibu, bantuan berhenti

Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, Indonesia seharusnya melindungi dan memberikan keselamatan untuk rakyat. Pada Pasal 55 dijelaskan bahwa negara harus memprioritaskan kelompok rentan seperti bayi, balita, ibu hamil atau menyusui, penyandang cacat, dan orang lanjut usia.

Bantuan darurat dapat diberikan seperti memenuhi kebutuhan dasar, mendirikan penampungan dan hunian semntara, kebutuhan air bersih dan sanitasi, layanan kesehatan, pendidikan, psikososial dan keamanan. Peraturan itu diperkuat dengan Peraturan KemenPPA No. 8 Tahun 2024 tentang Perlindungan Perempuan dan Anak dari Kekerasan Berbasis Gender Dalam Penanggulangan Bencana.

“Namun demikian, aturan ini hanyalah ‘macan kertas’ atau sekadar dokumen yang tertulis rapih di atas kertas putih tanpa implementasi. Nyatanya, setelah hampir sebulan pascabencana, bantuan seringkali dianggap selesai hanya dengan memberi makan, tanpa melihat kebutuhan spesifik perempuan,” kata Ummu Salamah.

Tak hanya itu, di Hari Ibu ini, Ummu Salamah juga masih menjumpai pengungsian perempuan yang dibangun tanpa sekat atau privasi. Begitu pula dengan toilet tanpa akses kesehatan reproduksi, sehingga seringkali tidak aman bagi perempuan. 

“Bagaimana dengan nasib para perempuan hamil dan menyusui? Bagaimana dengan keamanan anak-anak? Tanpa disadari, hal itu sudah menjadi bentuk kekerasan struktural di mana hukum ada secara formal, tapi gagal melindungi raga perempuan di lapangan,” ucap anggota Majelis Hukum dan HAM PP Aisyiyah tersebut.

Iklan

Lebih dari sekadar kata selamat

Pada peringatan Hari Ibu tahun 2025 ini, Ummu Salamah berujar kita sebaiknya berhenti meromantisasi pengorbanan perempuan. Namun, memulainya dengan memberikan hak-hak mereka secara adil. 

Sebab sejatinya, perempuan tidak butuh seremoni yang berlebihan. Apalagi di saat yang bersamaan ada para ibu di Aceh dan Sumatra yang masih harus berebut toilet umum dengan kondisi kotor atau tidur di tenda yang tidak aman.

Lebih dari itu, Ummu Salamah berharap pemerintah dapat mendesentralisasikan perspektif gender ke dalam etika kebijakan kebencanaan. Bukan hanya objek bantuan, tapi juga harus melibatkan perempuan sebagai subjek pengambil keputusan dalam perencanaan evakuasi hingga rekonstruksi pascabencana.

“Memberikan ruang hidup yang layak, sanitasi yang aman, dan perlindungan hukum yang nyata adalah kado terbaik bagi para ibu. Tanpa kebijakan yang berperspektif gender, perayaan Hari Ibu hanya akan menjadi ironi di atas penderitaan perempuan di wilayah bencana,” kata Salamah.

“Sudah saatnya kita berhenti membiarkan para penjaga ketahananan keluarga ini berjuang sendirian di tengah lumpur dan ketidakpastian. Hentikan eksploitasi alam untuk melindungi ibu Bumi sebagai prasyarat keberdayaan perempuan. Perempuan berdaya dari alam yang terjaga, menjaga Bumi berarti memulikan ibu.” Lanjutnya.

Tulisan ini sebagaimana dimuat dalam laman resmi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWMU).

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 24 Desember 2025 oleh

Tags: banjir bandangbanjir sumatrabencanaekofeminismehari ibuSumatra
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Anugerah Wanita Puspakarya 2025, penghargaan untuk perempuan hebat dan inspiratif Kota Semarang MOJOK.CO
Kilas

10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua

23 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO
Pendidikan

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Aktual

Perantau Aceh di Jogja Hidup Penuh Ketidakpastian, tapi Merasa Tertolong Berkat ‘Warga Bantu Warga’

10 Desember 2025
Derita Warga Bener Meriah di Aceh: Terisolir, Krisis Pangan, Ditipu. MOJOK.CO
Ragam

Sepekan Lebih Warga di Bener Meriah Aceh Berjuang dengan Beras 1 Kilogram dan Harga BBM yang Selangit

9 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
Terpaksa jadi maling, buronan polisi, hingga masuk penjara karena lelah punya orang tua miskin MOJOK.CO

Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya

22 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025
Safari Christmas Joy jadi program spesial Solo Safari di masa liburan Natal dan Tahun Baru (libur Nataru) MOJOK.CO

Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

20 Desember 2025
Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025
Anugerah Wanita Puspakarya 2025, penghargaan untuk perempuan hebat dan inspiratif Kota Semarang MOJOK.CO

10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua

23 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.