Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kotak Suara

Ini Dia 3 Tipe Pemilih di Indonesia, Kamu Masuk Kategori yang Mana?

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
19 Januari 2023
A A
tipe pemilih pemilu

Ilustrasi Pemilih Pemilu 2024

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO–Tidak semua pemilih merupakan kategori emosional atau tradisional. Secara teori, ada tiga tipe pemilih yang sering dijumpai di Indonesia, yakni emosional, emosional-rasional, dan rasional.

Pemilu 2024 segera tiba. Secara timeline kampanye calon presiden dan wakil presiden dipastikan akan berlangsung sekitar 10 bulan lagi. Meski secara teknis ada sejumlah perbedaan dari Pemilu 2019, agaknya pola yang akan dipakai untuk merebut suara akan tetap sama.

Yuli Purnama dkk. dalam studinya di International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (2021), menyatakan dalam Pemilu 2019 kedua kandidat capres lebih banyak bermain narasi populisme untuk menarik suara.

Tujuannya, kedua kandidat ingin menyasar calon pemilih “emosional” atau tradisional, yang memang—menurut banyak studi—paling mudah disuapi narasi-narasi khas populis: musuh bersama, xenofobia, pengembalian tatanan (reaksioner).

Ini sah-sah saja, karena setiap politisi punya strategi masing-masing dalam elektoral. Namun, yang harus diperhatikan juga adalah kenyataan bahwa tidak semua pemilih merupakan kategori emosional atau tradisional. Secara teori, ada tiga tipe pemilih yang sering dijumpai di Indonesia, yakni emosional, emosional-rasional, dan rasional.

 

#1 Pemilih Emosional

Menurut peneliti senior di Asian Scenarios Asmiati Malik, tipe pemilih Indonesia yang pertama adalah kategori emosional.  Pemilih emosional, kata Asmiati,  merupakan pemilih yang memiliki hubungan emosional sangat kuat dengan identitas yang membentuk dirinya dari sejak lahir. Identitas itu bisa berbentuk dalam paham ideologis, agama, dan budaya.

Secara umum, kategori ini terbagi menjadi dua, yakni pemilih aktif dan pasif. Pemilih aktif emosional sangat gampang diidentifikasi, karena mereka akan sangat mudah terprovokasi dan sangat cepat merespons isu tersebut. Tipe pemilih ini yang pada Pemilu 2019 lalu menjadi kubu yang paling terpolariasi.

Sementara pemilih pasif-emosional adalah pemilih yang tidak menampakkan emosinya secara terang benderang—biasanya cenderung menggunakan pola komunikasi diam (silent communication)—karena mereka tidak menunjukkan pilihan mereka dan tidak ingin dinilai secara sosial dari pilihan mereka.

Menurut dosen Hubungan Internasional Universitas Bakrie ini, kita bisa mengidentifikasi dua tipe ini di media sosial. Jika tipe aktif-emosional lebih banyak merespons isu-isu dengan, misalnya, twitwar, kategori pemilih pasif-emosional bisa diidentifikasi melalui artikel/postingan yang mereka sukai (like) tanpa meninggalkan jejak komentar.

Dalam terminologi Rohrscheneider (dalam The Strain of Representation, 2002), pemilih emosional disebut juga sebagai “pemilih tradisional”. Kategori ini termasuk yang yang paling mudah dimobilisasi selama periode kampanye karena memiliki loyalitas dan fanatisme yang tinggi.

Kecenderungan umum: memilih figur berdasarkan faktor emosi (identitas, agama, etnisitas, dsb), dan bereaksi keras di publik (aktif) dalam menyuarakan pilihannya.

 

Iklan

#2 Pemilih Rasional-emosional

Kategori kedua adalah pemilih rasional-emosional, yakni tipe pemilih yang cenderung akan diam ketika melihat isu yang bersifat agama, identitas, dan simbolik digaungkan karena mereka membutuhkan waktu untuk memproses informasi tersebut.

Namun, sebagaimana dijelaskan Asmiati Malik, dalam proses penerjemahan informasi tersebut faktor emosional alam bawah sadar masih dominan, sehingga proses penerjemahan informasi terdistorsi oleh faktor-faktor yang secara tidak sadar membentuk pola pikir mereka.

Pemilih seperti ini mampu merasionalkan pilihan mereka akan tetapi ketika hal tersebut menyangkut permasalahan ideologis, agama, dan etnis, mereka tidak sanggup memberikan argumentasi yang cukup. Pemilih rasional-emosional adalah tipikal pemilih yang lebih pasif dan suka mengamati.

Pendeknya, pemilih rasional-emosional merupakan tipe yang punya pandangan konservatif secara nilai, tapi ia lebih rasional dalam mengambil tindakan. Mereka mungkin punya kesamaan nilai sebagaimana yang dianut kandidat pilihannya, tapi tak cukup fanatik untuk menjadi tipe tradisional.

Robert Rohrscheneider (2002) yang membagi dimensi pemilih menjadi (1) yang mengedepankan policy-problem-solving dan (2) yang mendepankan ideologi, menempatkan pemilih rasional-emosional di kategori ke-2. Namun, tetap harus digarisbawahi, tipe ini tidak cukup radikal untuk menjadi simpatisan yang fanatik.

Kecenderungan umum: memilih figur berdasarkan faktor emosi (identitas, agama, etnisitas, dsb), tapi lebih bersikap menahan diri (pasif) dalam menyuarakan pilihannya, bahkan cenderung tertutup.

 

#3 Pemilih Rasional

Di antara tiga kategori pemilih, tipe ketiga adalah yang paling ideal dalam politik elektoral. Pemilih rasional, begitu ia didefinisikan Asmiati Malik, adalah pemilih yang mengesampingkan faktor emosional dalam memaknai suatu informasi.

Proses analisis dalam pemilih rasional mengedepankan data yang afirmatif dan majemuk. Ia juga mengedepankan komunikasi aktif dan terbuka, dalam artian, bisa menjawab secara rinci kenapa mereka membuat suatu pilihan politis.

Kelompok ini termasuk dalam kategori kritis dan skeptis. Dalam artian, mereka tidak segan menjabarkan alasan dan faktor-faktor yang menyebabkan mereka membuat keputusan tersebut.

Kategori ini biasanya diisi oleh orang-orang dari kelas ekonomi menengah ke atas, atau orang-orang dengan pendidikan tinggi, seperti mahasiswa, akademisi, dan lain sebagainya.

Kecenderungan umum: memilih figur berdasarkan faktor rasional (rekam jejak, kebijakan, dsb), serta memilih pasif maupun aktif dalam menyuarakan pilihannya.

 

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Amanatia Junda

 

BACA JUGA Suara Pemilih Pemula Bisa Menangkan Kandidat Perempuan dalam Pemilu

 

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2023 oleh

Tags: pemilih emosionalpemilih rasionalPemilu 2024
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, KKN Undip.MOJOK.CO
Kampus

Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, Semua Urusan Jadi Mudah Meski Suasana Bikin Tak Betah

14 Juli 2024
Komeng: Olok-Olok Rakyat Biasa untuk Menertawakan Politik MOJOK.CO
Esai

Komeng Adalah Bentuk Olok-Olok Paling Menohok yang Mewakili Lapisan Masyarakat Biasa untuk Menertawakan Politik

19 Februari 2024
bayi prabowo gibran di sumatera selatan.MOJOK.CO
Ragam

Kisah Bidan yang Membantu Persalinan Bayi Bernama Prabowo Gibran di Sumatera Selatan

16 Februari 2024
Menyaksikan Coblosan di Wotawati, Kampung Warisan Majapahit yang Mataharinya Tenggelam Pukul 15.00 MOJOK.CO
Aktual

Menyaksikan Coblosan di Wotawati, Kampung Warisan Majapahit yang Mataharinya Tenggelam Pukul Tiga Sore

14 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Natal dan Harapan yang Tak Datang dari Keheningan

Natal dan Harapan yang Tak Datang dari Keheningan

25 Desember 2025
Era transaksi non-tunai/pembayaran digital seperti QRIS: uang tunai ditolak, bisa ciptakan kesenjangan sosial, hingga sanksi pidana ke pelaku usaha MOJOK.CO

Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha

26 Desember 2025
38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal. MOJOK.CO

Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal

26 Desember 2025
Wisata Pantai Bama di Taman Nasional Baluran, Situbondo: Indah tapi waswas gangguan monyet MOJOK.CO

Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

25 Desember 2025
Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan

Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan

28 Desember 2025
Melalui Talent Connect, Dibimbing.id membuat bootcamp yang bukan sekadar acara kumpul-kumpul bertema karier. Tapi sebagai ruang transisi—tempat di mana peserta belajar memahami dunia kerja MOJOK.CO

Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier

24 Desember 2025

Video Terbaru

Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan

Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan

28 Desember 2025
Natal dan Harapan yang Tak Datang dari Keheningan

Natal dan Harapan yang Tak Datang dari Keheningan

25 Desember 2025
Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.