Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Konter

UGC, Pasar Besar yang Bakal Menjadi Pembeda di 2023

UGC di media sosial adalah pangsa pasar terbesar yang acap tidak dirangkul secara maksimal. 

Isidorus Rio Turangga Budi Satria oleh Isidorus Rio Turangga Budi Satria
29 Desember 2022
A A
UGC, Pasar Besar yang Bakal Menjadi Pembeda di 2023 MOJOK.CO

Ilustrasi UGC, Pasar Besar yang Bakal Menjadi Pembeda di 2023. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Platform UGC atau User Generated Content bisa menjadi pembeda di 20223. Masalahnya, bagaimana memanfaatkan konten dari pengguna ini?

2023 sudah di depan mata. Di ranah media sosial dan dunia bisnis secara umum, salah satu yang layak diantisipasi adalah bagaimana perkembangan dan strategi yang mereka siapkan untuk menyambut 2023 yang konon, akan sangat menantang.

Pengujung 2022 diwarnai berbagai lay off massal. Atas nama kekhawatiran terhadap kondisi makroekonomi dan perang Rusia-Ukraina, beberapa tech company melakukan pengetatan mulai dari hiring freeze hingga pemecatan atau efisiensi. Ikat pinggang mulai dikencangkan, strategi perkembangan mulai dipikirkan. Dan salah satu yang tampaknya akan memegang peranan penting adalah sektor UGC.

UGC itu apa?

UGC sejatinya bukan istilah asing, utamanya di kalangan dunia bisnis hingga marketing. Singkatnya, ia adalah User Generated Content. Di berbagai kalangan, ia punya makna yang kurang lebih sama, namun punya fungsi yang berbeda-beda, tergantung di sektor bisnis apa kita melihatnya.

Jika kamu pemilik usaha dan kebetulan memiliki brand bisnis, UGC bisa diartikan sebagai konten ulasan dari seorang customer yang bisa memengaruhi orang lain untuk membeli produk kamu. Katakanlah kamu punya bisnis kosmetik atau warung bakso, ulasan-ulasan jujur yang datang dari konsumen tanpa kamu minta, acap disebut sebagai UGC.

Bergeser di sisi media, UGC sejatinya punya makna yang kurang lebih sama, namun punya fungsi berbeda. Karena saya menulis di Mojok, kita ambil media ini sebagai contoh. Terminal Mojok sejatinya adalah platform berbasis UGC. Mojok, selaku penyedia platform, memberikan akses kepada siapa pun, sampai bisa menulis dan menerbitkannya di Mojok, melalui Terminal. 

Tujuannya beragam. Pertama, untuk menaikkan content supply. Kedua, tentu saja berharap dari sekian banyak tulisan yang langsung, ada beberapa di antaranya yang akan menyumbang cukup banyak traffic ke situs Mojok.

Bukan barang baru

Dari sisi media, ini jelas bukan hal baru. IDN Times hingga Kumparan juga menerapkan hal serupa seperti Mojok. Beberapa di antaranya menyelipkan reward berupa uang tunai sebagai kompensasi dari tulisan-tulisan yang dikirim para UGC ini.

Di ranah platform media sosial, seperti Twitter, Instagram, hingga TikTok, pengertian UGC relatif sama, meski dengan fungsi berbeda. UGC di media sosial adalah pangsa pasar terbesar yang acap tidak dirangkul secara maksimal. 

Strategi tersebut tidak bisa dibilang salah juga. Pasalnya, atas nama pertumbuhan dan revenue, beberapa platform punya pilihan yang sudah mereka yakini. Mereka menyenangi content creator yang sudah matang dan mampu memproduksi konten dengan prima untuk membantu platform itu sendiri agar berkembang lebih pesat. 

Bisa menjadi pembeda

2023 bisa dibilang adalah tahun yang akan sangat menarik. Perang berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina membuat beberapa perusahaan mulai berpikir dua sampai tiga kali untuk membakar uang. Di titik ini kemudian, UGC akan berperan sangat besar.

UGC adalah solusi murah meriah dari sudut pandang bisnis dan marketing. Contohnya, pembeli kosmetik A, akan secara sukarela mempromosikan merek kosmetik A ketika dia merasa produk itu cocok untuknya. Satu-satunya yang brand harus lakukan kemudian adalah benar-benar memastikan bahwa kualitas produknya sesuai dengan pasar yang mereka tuju. Jika dulu kita mengenal konsep mulut ke mulut sebagai salah satu wujud marketing dalam bentuknya yang paling dasar, di era modern, peranan itu dipegang oleh UGC.

Dari sisi content supply, konten dari UGC bisa menaikkan angka yang ditargetkan, tanpa harus mengorbankan budget. Katakanlah kamu punya bisnis restoran. Ada salah satu pelanggan datang ke resto kamu dan mengunggahnya di media sosial. Secara tidak langsung, itu adalah promosi gratis dan sukarela dari UGC.

Maksimalkan hal itu dengan, misalnya, me-repost ulang unggahan pelanggan dan meminta izin jika memang konten itu akan kamu gunakan sebagai salah satu konten marketing. Biar bagaimana, kesukarelaan pelanggan untuk membagikan kesan-kesannya mampir ke restoran kamu tidak serta merta membuatmu punya hak mengklaim hak cipta dari unggahannya di media sosial. Gratis sih gratis, tapi sebagai brand, kamu harus tahu diri dan norma ya.

Iklan

Bakal digenjot platform media sosial

Sementara dari sisi platform media sosial, sektor UGC agaknya akan jadi ceruk pasar yang bakal digenjot secara masif. Jika platform video kini didominasi oleh TikTok sebagai pemuncak klasemen, jika diibaratkan sebagai kompetisi liga sepak bola, banyak kompetitor di bawah TikTok yang tengah mengintip peluang menyodok ke puncak klasemen.

YouTube misalnya, dengan Shorts-nya. Mereka sudah beberapa kali melakukan gathering komunal dengan kumpulan content creators yang memang sudah lama menjadi YouTuber. Privilege itulah yang mereka gunakan dengan memakai YouTuber ini sebagai bait untuk menarik UGC bermunculan dan mulai aktif memakai Shorts di waktu mendatang.

Dari kacamata content ecology, UGC ini sejatinya ada di posisi yang cukup dilematis. Umumnya, mereka ada di second tier atau third tier kota-kota di Indonesia dengan pengetahuan soal content producing yang masih belum memadai. Tapi, potensi mereka besar karena jumlahnya banyak. Sebagai platform media sosial, tantangannya kemudian adalah bagaimana merangkul UGC agar jadi senjata andalan si platform di masa depan.

Sangat menantang untuk dirangkul

TikTok telah sedikit banyak sudah menunjukkan buktinya. Entah sudah berapa banyak selebritis baru “dilahirkan” dari TikTok dengan beberapa dari mereka berangkat dari bukan siapa-siapa tapi lantas menjadi “seseorang” melalui sebuah platform media sosial.

Dan itu semua, dimulai dari UGC. Benar bahwa UGC akan sangat menantang sekali untuk dirangkul. Mereka sangat acak dan seringnya tidak memiliki pengetahuan soal konten yang baik. Tapi saya termasuk yang percaya bahwa semakin besar tantangannya, ketika itu berhasil, maka hasilnya pun akan sama besarnya dengan tantangan yang ada.

Pertanyaannya, siapa yang akan lebih mampu mengoptimalkan ceruk pasar yang potensial ini di tahun depan? Apakah kali ini Instagram akan mampu berhenti bersikap norak dengan mengekor TikTok dan mulai melakukan langkah nyata guna menggeser dominasi produk ByteDance itu? 

Atau justru YouTube, anak bekingan Google, yang akan jadi kuda hitam seperti Kroasia di Piala Dunia 2022 yang siap mengancam eksistensi TikTok? Atau malah akan ada aplikasi baru yang tiba-tiba mengancam para big boys seperti kiprah Maroko?

BACA JUGA Tiktok Dianggap  Goblok, Padahal Twitter dan Instagram Sama Saja dan analisis menarik lainnya di rubrik KONTER.

Penulis: Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Editor: Yamadipati Seno

Terakhir diperbarui pada 29 Desember 2022 oleh

Tags: InstagramtiktoktwitterUGCYoutube
Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Dulu nulis bola. Sekarang nulis tekno.

Artikel Terkait

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Brain Rot karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok.MOJOK.CO
Mendalam

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Pembusukan Otak karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok

3 Juli 2025
Nopek Novian: Godfather Konten Kampung yang Panen Dolar
Video

Kisah Komika Nopek Novian Jadi Godfather Konten Kampung di Madiun

17 Juni 2025
Ragam

Selamat Datang, Post-Truth: Era di Mana Influencer Problematik Promotor Judol Lebih Dipercaya Ketimbang Ahlinya Ahli

30 Oktober 2024
Google dan YouTube Beri Dukungan untuk UKM dan kreator MOJOK.CO
Ekonomi

Dukungan Google dan YouTube untuk UKM dan Kerator Lokal, Lebih Berdaya dengan Peluang Kerja Baru

2 Oktober 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.