Potensi wisata
Meskipun secara penamaan terinspirasi dari “buah yang bikin mabuk”, nyatanya Desa Cipicung punya potensi wisata yang begitu besar.
Bahkan, ketika mendatangi desa ini, kalian bakal langsung disambut dengan mural-mural indah yang menghiasi jalanan masuk. Baru melintas ke pintu masuk saja, pengunjung sudah langsung terbayang betapa terkelolanya desa ini.
Hal tersebut tentu bukan hal aneh mengingat desa yang terbagi atas tiga dusun ini memang dikelola secara baik.
Kepala Desa Cipincung Lili Rusli mengatakan, berkat pengelolaan potensi wisata yang baik itu, beberapa objek wisata di desanya pun menjadi unggulan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Misalnya, ia mencontohkan, salah satu objek wisata paling terkenal di sini adalah Curug Luhur. Di tempat ini, kalian bisa menikmati indahnya air terjun lengkap dengan lanskap hutan yang masih rimbun.
Saat berjalan menuju ke Curug Luhur pun, kalian sudah bakal disajikan asrinya area persawahan yang membentang luas. Kata Rusli, ini jadi objek wisata andalan—yang tak hanya wisatawan lokal, turis asing pun banyak yang mengunjungi objek wisata ini.
Makam Sesepuh
Selain wisata alam, ada juga wisata religi Desa Cipincung. Kata Rusli, demi menghormati para sesepuh yang membangun desa, pihaknya sudah membuat maqbara (makam Islam) untuk dua tokoh leluhur. Di antaranya Mbah Marmagati dan Mbah Senogati.
“Setiap malam Jumat Kliwon, masyarakat Cipicung bersama-sama untuk mengadakan ratiban di maqbara tersebut. Dengan adanya kegiatan ini mudah-mudahan akan memberikan keberkahan buat masyarakat Desa Cipincung,” kata dia.
Di samping potensi wisatanya yang menawan, salah satu keunggulan Desa Cipincung adalah kebersihannya. Bagaimana tidak, sampah-sampah rumah tangga di desa ini langsung diolah di tempat pembuangan sampah (TPS) yang sudah disediakan.
Dengan demikian, hal itu meminimalisir penumpukan sampah yang berlebihan di Desa Cipincung. Saat berkunjung ke desa ini, kalian tidak akan menemui tumpukan sampah di pinggir jalan. Jelas, kondisi ini jauh berbeda dengan suatu provinsi di Indonesia yang malah membiarkan wilayahnya penuh dengan tumpukan sampah.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi