ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Kilas Sosial

Ironi Ngalap Berkah Garebeg Besar Idul Adha, Sejumlah Warga Justru Kecopetan

Yvesta Ayu oleh Yvesta Ayu
29 Juni 2023
0
A A
garebeg besar mojok.co

Para warga melihat gunungan Garebeg Besar Idul Adha 1444 H melewati Malioboro, Kamis (29/06/2023).(yvesta ayu/mojok.co)

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem Garebeg Besar Idul Adha 1444 Hijriyah. Berbeda dari tahun lalu saat pandemi COVID-19, masyarakat pada tahun ini bisa ngalap berkah atau mencari berkah dengan melakukan rayahan atau berebut tujuh gunungan yang dibuat keraton.

Tujuh gunungan disediakan keraton untuk dibagikan pada warga. Lima diberikan ke Masjid Gedhe Kauman, sedangkan dua lainnya dibawa ke Kompleks Kepatihan Yogyakarta dan Puro Pakualaman.

Kesempatan berharga untuk ngalap berkah uba rampe yang ada di gunungan pun tak disia-siakan ratusan warga. Mereka berebut uba rampe berupa hasil bumi di gunungan yang dibawa abdi dalem.

Namun malangnya, saat berdesak-desakan mencoba meraih berkah uba rampe, sebagian warga justru kehilangan barang berharga. Para pencopet nampaknya mengambil kesempatan itu untuk mencuri milik orang lain.

Salah seorang korban, Sukinah, mengaku kehilangan sejumlah barang di tasnya. Padahal saat berebut gunungan, tas milik warga Depok, Jawa Barat itu dalam dalam keadaan tertutup.

“Tapi setelah selesai, tas saya terbuka dan isinya hilang. Ada hp yang ada m-banking, sama satu dompet. Di dompet ada KTP, ATM, BPJS, uang,” jelasnya.

Kondisi serupa dialami warga Gunung Kidul, Sri Ginanti. Perempuan ini yang jauh-jauh datang ke Kota Yogyakarta juga kehilangan dua handphone miliknya saat mengikuti rayahan gunungan. Dia baru sadar handphone miliknya raib setelah usai acara.

“Tadi kesana [rayahan gunungan] saat uyuk-yukan (berdesak-desakan-red), lalu hpnya dua-duanya di tas. Tasnya sudah digendong di depan tapi hp tetap hilang,” paparnya.

Setelah sadar kehilangan barang-barang berharga miliknya, kedua wisatawan itu pun mendatangi pihak kepolisian yang berjaga di kawasan Masjid Gedhe. Keduanya pun akhirnya diminta melaporkan kejadian tersebut ke polsek terdekat.

“Tadi sudah diminta lapor polisi,” ujarnya.

Simbol berbagi rejeki

Sementara itu Penghageng Urusan Keputren Keraton Yogyakarta Nyi KRT Hamong Tedjonegoro mengungkapkan, dalam Garebeg Besar kali ini, tujuh gunungan dikawal iring-iringan sepuluh kelompok Bregada Prajurit Keraton Yogyakarta. Gunungan diarak menuju Masjid Gedhe untuk didoakan. Setelahnya, dua gunungan dibawa ke Kompleks Kepatihan dan Pura Pakualaman.

“Gunungan itu simbol Sri Sultan paring sodaqoh (memberi sedekah-red), ujarnya.

Gunungan yang dibawa terdiri dari hasil bum dan  jajanan tradisional seperti gunungan dan wajik. Dalam setahun, Keraton menggelar tiga kali pelaksanaan Garebeg  seperti Garebeg Sawal (Idulfitri), Garebeg Besar (Iduladha), dan Garebeg Mulud (peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW).

Lain dari tahun lalu, pelaksanaan Garebeg Besar tahun ini tidak melintasi Alun-alun Utara. Gunungan yang berada di Bangsal Pancaniti, Kamandungan Lor, dibawa oleh Narakarya melalui Regol Brajanala Sitihinggil Lor Pagelaran keluar lewat barat Pagelaran menuju Masjid Gedhe.

“Satu gunungan melintasi kawasan malioboro ke utara untuk menuju kepatihan,” jelasnya.

Penghageng Kawedanan Kaprajuritan Keraton Yogyakarta KPH Notonegoro, menambahkan, terdapat sepuluh Bregada Prajurit Keraton yang mengawal gunungan. Yakni yakni Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero, Nyutra, Bugis, dan Surakarsa. Bregada Bugis mengawal gunungan hingga Kepatihan. Sementara gunungan untuk Pura Pakualaman dikawal oleh Prajurit Pura Pakualaman yakni Dragunder dan Plangkir.

“Gunungan juga dimaknai perwujudan kemakmuran Keraton atau pemberian dari raja kepada rakyatnya,” imbuhnya.

Penulis: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Culture Shock Mahasiswa Indonesia Merayakan Idul Adha di Mesir

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

 

 

Terakhir diperbarui pada 29 Juni 2023 oleh

Tags: GarebegIdul Adhakeraton Yogyakarta
Iklan
Yvesta Ayu

Yvesta Ayu

Jurnalis lepas, tinggal di Jogja.

Artikel Terkait

jogja, kraton jogja.MOJOK.CO
Ragam

Ketika Polemik Hak Sewa Tanah Bikin Diponegoro Balik Arah Melawan Kraton Jogja

26 Januari 2025
Plengkung Gading Jogja Ditutup, “Takhta untuk Rakyat” Mati MOJOK.CO
Esai

Plengkung Gading Jogja yang Ditutup, “Takhta untuk Rakyat” yang Mati

21 Januari 2025
Keraton Yogyakarta Menggusur Warga, Bikin Jogja Tak Lagi Sama! MOJOK.CO
Esai

Tembok Besar dan Berwarna Putih Milik Keraton Yogyakarta yang Menggusur Rumah Warga Membuat Jogja Tidak Lagi Terasa Seperti Rumah

8 April 2024
Traumanya Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, Tak Mau Lagi Pakai Nama Diponegoro MOJOK.CO
Histori

Traumanya Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, Tak Mau Lagi Pakai Nama Diponegoro

30 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Dali Mas Bus Pelari Surabaya Bojonegoro yang Nggak Kalah Gesit dari Sumber Kencono MOJOK

Dali Mas: Bus Pelari Surabaya Bojonegoro yang Nggak Kalah Gesit dari Sumber Kencono

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Sesal bapak saat anak menjadi mahasiswa di kampus Bandung MOJOK.CO

Sesal Bapak usai Anak Kuliah dan Kerja di Bandung karena Jadi Liar, Kena HIV AIDS hingga Meregang Nyawa sebab Narkoba

16 Mei 2025
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi bantu perbaiki rumah Wagiman dan Samiyem di Boyolali MOJOK.CO

Kisah Sepasang Lansia di Boyolali Puluhan Tahun Tinggal di Rumah Mungil dan Reyot, Kini akan Diperbaiki Gubernur Jateng

16 Mei 2025
KWT Srikandi Mrican: Menumbuhkan Harapan dari Lahan Terbatas di Tengah Kota

KWT Srikandi Mrican: Menumbuhkan Kebun Harapan dari Lahan Terbatas di Tengah Kota

15 Mei 2025
Jurusan Sistem Informasi di kampus swasta Jogja. MOJOK.CO

Sulitnya Jadi Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, Disuruh Servis Laptop hingga Dituduh Hacker

17 Mei 2025
23 tahun tinggal di Jagakarsa, daerah terluas dan paling nyaman di Jakarta Selatan (Jaksel) MOJOK.CO

Puluhan Tahun Tinggal di Jagakarsa, Berdamai dengan Hal-hal Menyebalkan di Balik Label “Daerah Ternyaman” Se-Jakarta Selatan

17 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.