Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Remy Sylado, Pelopor Puisi Mbeling yang Melawan Orba

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
13 Desember 2022
A A
remy sylado mojok.co

Ilustrasi Remy Sylado (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Sastrawan Remy Sylado meninggal dunia pada Senin (12/12/2022) kemarin. Diketahui, ia memang sudah lama sakit dan dirawat di RSUD Tarakan. Semasa hidup, Remy dikenal sebagai sastrawan yang progresif. Ia berani mendobrak sikap rezim orba melalui gerakannya, “Puisi Mbeling”.

Remy Sylado lahir di Makassar, 22 Juli 1945 dengan nama Asli Yapi Panda Abdiel Tambajong. Kendati demikian, dalam berkarya, ia memiliki banyak nama pena. Seperti Jubal Anak Perang Imanuel, Dova Zila, Alif Danya Munsyi, Juliana C. Panda, dan yang paling familiar, Remy Sylado.

Remy merupakan anak bungsu dari Johannes Hendrik Tambajong, yang wafat setelah ditahan dan disiksa oleh tentara Jepang. Ayahnya ini, merupakan seorang pendeta, yang ditangkap karena dituduh memberikan lampu kepada pesawat yang sedang melewati Malino, Sulawesi Selatan.

“Ayah saya dituduh antek Amerika Serikat karena dia bekerja untuk misi zending dari negara itu. Kakek saya tentara Belanda,” ujar Remy, bercerita bagaimana ayahnya juga disiksa selama di penjara.

Kemudian, seorang tokoh asal Minahasa yang cukup berpengaruh pada saat itu, Sam Ratulangi, melakukan perundingan dengan Jepang untuk membebaskan Johannes. Akhirnya, sang ayah bebas, meski akhirnya ia harus kembali berpisah, untuk selamanya.

“Ayah saya bebas, tapi keluar dari situ dia sudah bongkok. Tidak lama dia meninggal,” sambungnya.

Sebagai bentuk permintaan maaf, tentara Jepang yang dulu menyiksa ayah Remy, Miyahira, memberikan sebuah buku untuknya. Buku yang berisi kumpulan puisi dari dari abad sebelum masehi ini masih tersimpan rapi di rumah Remy. Buku ini pula yang mempertemukan Remy dengan dunia sastra.

Pelopor Puisi Mbeling

Remy Sylado dikenal sebagai pelopor “puisi mbeling”, yakni suatu gerakan yang ia maksudkan untuk mendobrak sikap rezim Orde Baru yang dianggap “feodal dan munafik”. Benih gerakan ini mulai disemaikan oleh Remy Sylado pada tahun 1971, ketika ia mementaskan dramanya yang berjudul Messiah II di Bandung. Namun, waktu itu istilah mbeling belum diperkenalkan.

Irfai Fathurohman, dalam disertasinya berjudul “Eksistensialisme Puisi Mbeling Karya Remy Sylado” (2019) menyebut bahwa Istilah “mbeling” baru dipopulerkan pada tahun 1972, ketika Remy mementaskan dramanya, Genessis II, di Bandung. Dalam undangan pertunjukan drama itu Remy menyebut teaternya sebagai “Teater Mbeling”.

Dalam diskursus Puisi Mbeling, yang hendak ia dobrak adalah pandangan estetika yang menyatakan bahwa bahasa puisi harus diatur dan dipilih-pilih sesuai dengan stilistika yang baku. Pandangan ini, menurut gerakan Puisi Mbeling, cuma bakal menyebabkan kaum muda takut berkreasi secara bebas. Bagi gerakan Puisi Mbeling, bahasa puisi dapat saja diambil dari ungkapan sehari-hari, bahkan yang dianggap jorok sekalipun.

Maka, dalam Puisi Mbeling yang terpenting adalah apakah puisi yang tercipta dapat menggugah kesadaran masyarakat atau tidak, berfaedah bagi masyarakat atau tidak. Pendeknya, dalam kamus gerakan Puisi Mbeling tidak ada istilah major art atau minor art.

Dari gerakan ini pula lah, kemudian muncul banyak karya, terutama puisi yang isinya tak hanya mengedepankan estetika, tetapi juga syarat akan kritik sosial. Utamanya, kritik yang ditujukkan untuk rezim Orde Baru.

Sebagai seorang sastrawan, Remy Sylado telah menulis ratusan puisi dan lebih dari 50 novel, yang 20 di antaranya adalah novel anak-anak serta 30-an novel keluarga. Karya-karya Remy Sylado antara lain kumpulan puisi Kerygma (1999), Puisi Mbeling Remy Sylado (2004), dan Kerygma dan Martryria (2004), serta novel Gali Lobang Gila Lobang (1977), Kita Hidup Hanya Sekali (1977), Orexas (1978), Ca Bau Kan: Hanya Sebuah Dosa (1999), dan masih banyak lagi.

Pada tahun 2002, Remy memperoleh penghargaan Khatulistiwa Award untuk novelnya yang berjudul Kerudung Merah Kirmizi. Sementara pada tahun 2006, ia mendapat penghargaan dari Pusat Bahasa, bersama-sama dengan Sitor Situmorang dan Sitok Srengenge.

Iklan

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Bens Leo Tutup Usia, Ia Dikenal sebagai Pengamat dan Jurnalis Musik

Terakhir diperbarui pada 13 Desember 2022 oleh

Tags: puisiremy syladoSastrasastrawan
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

JILF 2025 Mojok.co
Kilas

JILF 2025 Angkat Isu Sastra dan Kemanusiaan

15 November 2025
Diskusi "Nasib Sastrawan" di Festival Sastra Yogyakarta 2025 MOJOK.CO
Kilas

Nasib Jadi Sastrawan: Dibayangi Kemiskinan dan Ketimpangan, Perlu Komitmen untuk Mensejahterakan

5 Agustus 2025
Puisi memberi anugerah beberapa orang yang mengembara ke Jogja MOJOK.CO
Ragam

Puisi-puisi yang Memberi Anugerah di Jogja, Ubah Jalan Hidup Seorang Kuli Jadi Penyair dan Cerita-cerita Lain

4 Agustus 2025
Usung tema Rampak. Festival Sastra Yogyakarta (FSY) 2025 jadi ruang temu dan kolaborasi MOJOK.CO
Seni

Festival Sastra Yogyakarta 2025 Tak Sekadar Pertunjukan, Pikirkan Nasib Sastrawan hingga Melahirkan Penulis Baru

28 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.