Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar debat perdana Calon Presiden (Capres) malam ini, di kantor KPU pada pukul 19.00 WIB. Debat ini menghadirkan 11 panelis dari berbagai kampus terkemuka di Indonesia.
11 panelis debat capres 2024 tersebut terdiri dari berbagai latar belakang. Para panelis merumuskan pertanyaan kepada kandidat perihal hukum, pemerintahan, HAM, pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, peningkatan layanan publik, dan kerukunan warga.
Melansir dari RRI, Komisioner KPU August Mellaz mengatakan 11 panelis tersebut merupakan sosok kompeten pada bidang masing-masing. “Kami sudah mendapatkan konfirmasi kehadiran dari 11 orang yang akan menjadi panelis untuk debat pertama,” kata August (9/12/2023).
Seluruh panelis, lanjut August, mulai menjalani karantina sejak Minggu (10/12/2023) hingga hari debat capres-cawapres, untuk merumuskan pertanyaan seputar tema yang telah ditetapkan.
Profil 11 Panelis Debat Capres 2024 Perdana
#1 Mada Sukmajati
Mada Sukmajati lahir di Madiun, 25 April 1976. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana di Jurusan Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM pada 1999.
Sosok satu ini tidak hanya menyelesaikan pendidikan di dalam negeri, ia juga melanjutkan pendidikannya di National Graduate Institute for Policy Studies di Tokyo Jepang dan berhasilkan mendapatkan gelar Master of Public Policy pada 2004. Selanjutnya pada 2011, Mada Sukmajati melanjutkan dan menyelesaikan S3 di Heidelberg University Jerman.
Mengutip dari laman UGM, Mada Sukmajati kini menjabat Ketua Program Studi Sarjana Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM. Ia memiliki minat kajian meliputi partai politik, tata kelola pemilu, parleman, dan kebijakan publik. Ia juga menelurkan sebuah buku berjudul Politik Uang di Indonesia: Pola Patronase dan Jaringan Klientelisme pada Pileg 2014 terbitan PolGov.
#2 Gun Gun Heryanto
Nama Gun Gun Heryanto sempat menghiasi media massa tatkala ia menjadi pengamat politik pada Pemilu 2014, Pilkada DKI 2017, dan Pemilu 2019. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah ini menjadi salah satu panelis pada debat perdana nanti malam.
Pria kelahiran Cianjur 12 Agustus 1976 ini memulai pendidikan tingginya di IAIN (kini UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, S2 di Universitas Indonesia, dan S3 di Universitas Padjadjaran.
#3 Rudi Rohi
Rudi Rohi adalah seorang dosen kelahiran Kupang, Nusa Tenggara Timur. Ia meraih gelar sarjana di Kampus Universitas Janabadra Yogyakarta pada 2004. Kemudian, ia melanjutkan S2 dan S3 di UGM.
Berdasarkan laman PD Dikti, Rudi Rohi kini tercatat sebagai dosen tetap dengan jabatan lektor di program studi Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana, Kupang.
#4 Ahmad Taufan Damanik
Ahmad Taufan Damanik adalah mantan Ketua Komnas HAM. Kini ia dosen Ilmu Politik FISIP Universitas Sumatera Utara (USU). Ahmad Taufan Damanik juga pernah menjadi Indonesia Representative of Child Rights to the Asean Commission on the Promotion and Protection on the rights of Women and Children (ACWC) periode 2013-2016.
#5 Prof Al Makin
Prof Al Makin lahir 12 September 1972. Ia adalah dosen, akademisi, dan ahli sosiologi agama Indonesia. Ia pernah menjabat Rektor dan Guru Besar UIN Sunan Kalijaga periode 2020-2024.
#6 Wawan Mas’udi
Menurut laman UGM, Wawan Mas’udi lulus dari Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol Universitas Gadjah Mada pada tahun 2000, pendidikan Master di Department of Political Science and Management, Study if Management, Agder University College, Norway (2006), dan Ph.D di Asia Institute, Faculty of Arts at the University of Melbourne, Australia (2016).
Minat kajiannya meliputi Pelayanan Publik, Politik Identitas dan Multikulturalisme, desentralisasi dan komparasi sistem pemerintahan. Disertasinya berjudul Local Populism in Decentraliserd Indonesia: Case Study of Jokowi in Solo 2005-2012. Publikasi terakhir Wawan diterbitkan di jurnal Contemporary Southeast Asia berjudul “Programmatic Politics and Voter Preferences: The 2017 Election in Kulon Progo, Yogyakarta”, Volume 39, No 3, 2017 (bersama Nanang Indra Kurniawan). Buku yang ia edit buku bersama Cornelis Lay berjudul Contested Welfare Regime in Indonesia akan segera diterbitkan oleh Yayasan Obor, Jakarta.
#7 Prof Lita Tyesta
Perempuan kelahiran Purwokerto, 26 September 1960 ini mengabdikan diri sebagai pengajar di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang.
Ia menyelesaikan pendidikan tingkat S1-S3 di Undip. Prof Lita sering menjadi tim ahli perancangan peraturan perundang-undangan di tingkat daerah.
#8 Khairul Fahmi
Dosen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Andalas ini aktif sebagai seorang advokat. Khairul Fahmi lahir di Lubuk Aur, Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, pada 30 November 1981.
Berdasarkan data PD Dikti, Khairul Fahmi menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang doktoral. Ia meraih gelar sarjana di Universitas Andalas pada 2004 dan gelar master pada 2010 di universitas yang sama. Kemudian ia menyelesaikan doktoralnya di UGM.
#9 Prof Susi Dwi Harijanti
Lahir di Malang, Jawa Timur, pada 16 Januari 1966. Menurut laman Universitas Padjadjaran (Unpad), Susi Dwi Harijanti menjadi dosen Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran sejak 1993. Ia juga terkenal sebagai pakar hukum yang menghasilkan banyak jurnal, makalah, dan buku.
#10 Dr Agus Riewanto
Menurut laman pribadinya, Agus Riewanto adalah pengajar di Fakultas Hukum, Program Studi Sarjana Hukum (S1), Magister (S2) Ilmu Hukum dan Program Doktor, dan Program Doktor (S3) Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Selain aktif mengajar, Agus juga berhimpun di sejumlah organisasi profesi, antara lain: Ketua Departemen Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Pengurus Pusat Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara dan Hukum Admnistrasi Negara (PP APHTN-HAN) Sejak 2020-Sekarang) dan Anggota Asosiasi LKBH PTN/PTS Se-indonesia sejak tahun 2017.
#11 Prof Bayu Dwi Anggono
Bayu Dwi Anggono menjadi salah satu panelis di debat capres 2024. Kini ia menjabat sebagai direktur Pusat Pengkajian Pancasila dan Konstitusi Fakultas Hukum Universitas Jember. Menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Hukum Universitas Jember pada tahun 2000, S2 Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 2007, dan S3 program Doktor FH Universitas Indonesia pada tahun 2010.
BACA JUGA 5 Alternatif Pertanyaan Debat Capres yang Lebih Urgen Cek berita dan artikel lainnya di Google News