Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Pengamat UGM Kritisi Tindakan Aparat di Tragedi Kanjuruhan

Kenia Intan oleh Kenia Intan
6 Oktober 2022
A A
Suporter Lebih Sesuai Didekati Secara Persuasif Mojok.co

Ilustrasi

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Penembakan gas air mata yang dilakukan aparat ke suporter dituding menjadi pemicu timbulnya ratusan korban jiwa pasca-pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Hingga kini, tragedi tersebut sudah menelan 131 korban jiwa.

Menanggapi tragedi itu, pengamat pembangunan sosial dan kesejahteraan UGM Dr. Hempri Suyatna., S.Sos., M.Si mengungkapkan, suporter sepak bola memang memiliki karakteristik yang unik dengan semangat fanatisme yang luar biasa. Mereka rela mengeluarkan waktu, uang, dan tenaga untuk mendukung tim kebanggaan mereka. Bahkan, tidak jarang dari mereka harus menjual barang yang dimiliki agar dapat menonton tim kesayangannya berlaga.

“Bagi mereka, sepak bola adalah harga diri dan martabat daerah atau martabat bangsa”, ujarnya seperti dikutip dari laman resmi ugm.ac.id, Selasa (4/10/2022).

Menurutnya, memahami karakteristik yang dimiliki suporter sepak bola seharusnya menjadi bahan aparat untuk pola-pola penanganan atau pengamanan suporter. Oleh karena itu, pendekatan persuasif sudah semestinya diutamakan.

“Kasus di Kanjuruhan menunjukkan justru pendekatan represif yang dikedepankan. Penggunaan pentungan, penggunaan gas air mata yang sudah jelas dilarang FIFA ternyata justru masih digunakan,” terang dia.

Mengumpulkan keterangan dari sisi suporter yang datang pada pertandingan malam itu, pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya berjalan wajar saja hingga wasit meniupkan peluit sebanyak tiga kali, tanda pertandingan antar Klub Liga 1 itu berakhir. Pertandingan berakhir dengan skor 3-2, tuan rumah Arema FC menanggung kekalahan.

Dikutip dari akun Twitter @aremaniaculture, suporter turun ke lapangan untuk menghampiri pemain Arema FC, sekadar menyampaikan kesedihan maupun memeluk pemain. Pada saat itu, pemain Persebaya Surabaya sudah aman, masuk ke dalam ruang ganti.

Kejadian yang terjadi selanjutnya, aparat polisi memukul mundur suporter yang turun ke lapangan. Bebarengan dengan itu, aksi kekerasan diterima suporter. Tidak terima temannya disakiti, suporter lain melawan. Akhirnya, polisi menembakan gas air mata ke arah tribun penonton.

Bukannya semakin kondusif, suporter dalam keadaan panik mencari jalan keluar. Kondisi tersebut yang menimbulkan banyak korban. Mereka berdesakan, kesulitan bernafas dan melihat karena pengaruh gas air mata. Nahas, terdapat pintu stadion yang terkunci sehingga terjadi penumpukkan massa, seperti yang terjadi di pintu 13 yang menelan banyak korban jiwa.

Sejauh ini polisi mendata ada 131 korban meninggal dunia. Jumlah itu bertambah dari pengumuman sebelumnya yang mencapai 125 korban jiwa. Sementara dari sisi Aremania, suporter klub sepak bola Arema FC, jumlah korban jiwa sudah mencapai angka 200. Menurut mereka, banyak korban yang berasal dari luar kota tidak mendapat perawatan di rumah sakit, tetapi langsung dibawa kembali ke daerah asal oleh rekan-rekannya.

Hempri menambahkan, Tragedi Kanjuruhan menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Pola penanganan suporter seharusnya mempertimbangkan dimensi sosial suporternya. Panitia pelaksana dan PSSI sudah saatnya tidak hanya sekedar mengejar keuntungan komersial dengan melupakan aspek-aspek sosial.

Menurutnya, berbagai pihak perlu memerhatikan beberapa hal agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi ke depannya. Pertama, pendekatan-pendekatan persuasif menjadi hal yang diutamakan. Pemahaman terkait karakteristik, kultur, dan sejarah historis antar suporter seharusnya bisa menjadi acuan di dalam melakukan pengamanan. Bagaimanapun pola detail pengamanan antar klub akan berbeda. Kedua, perbaikan fasilitas infrastruktur pendukung seperti membangun stadion ramah anak, stadion ramah perempuan, stadion ramah lansia dan sebagainya.

“Hal-hal semacam itu perlu dilakukan dan harus dikedepankan,” tutup dia.

Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Dilarang di Stadion, Pakar Jelaskan Bahaya Gas Air Mata

Terakhir diperbarui pada 6 Oktober 2022 oleh

Tags: aremaniaSepak BolaSuportertragedi kanjuruhan
Iklan
Kenia Intan

Kenia Intan

Content Writer Mojok.co

Artikel Terkait

Aksi Joyce Beatricia Adana Putri Bintang, pemain tengah tim KU 10 SDN Cemara Dua di ajang MilkLife Soccer Challenge Solo Seri 1 2025 yang berlangsung di Lapangan Kota Barat, Sabtu (1/11) MOJOK.CO
Olah Raga

1.736 Siswi dari 92 Sekolah di Solo Raya Ikuti MilkLife Soccer Challenge Seri 1

1 November 2025
Orang yang Kasar pas Main Mini Soccer Baiknya Memang Dipegangin Kepalanya Bareng-bareng, Lalu Dijedotin ke Gapura 182 Kali
Pojokan

Orang yang Kasar pas Main Mini Soccer Baiknya Memang Dipegangin Kepalanya Bareng-bareng, lalu Dijedotin ke Gapura 182 Kali

27 Juni 2025
SD Kanisius Duwet Juara MilkLife Soccer Challenge 2025: Berawal dari Anak-anak yang Takut Bola MOJOK.CO
Ragam

SD Kanisius Duwet Juara MilkLife Soccer Challenge 2025: Berawal dari Anak-anak yang Takut Bola

23 Juni 2025
Anaknya Ceweknya Punya Bakat, Jadi Rebutan Klub Sepak Bola, tapi Ayahnya Larang Nonton di Stadion MOJOK.CO
Ragam

Seorang Ayah yang Menolak Tawaran Tiga Klub Sepak Bola yang Ingin Meminang Anak Perempuannya

20 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

terpaksa bohongi ibu kalau waluh kukusnya habis. MOJOK.CO

Terpaksa Bohongi Ibu dan Pendam Trauma: Dihina Teman-teman Saat Berikan Waluh Kukus Hasil Kerja Keras Ibu Bekerja sebagai Buruh

13 November 2025
futsal uny.MOJOK.CO

Satu Malam, Dua Trofi: Tim Futsal UNY Kawinkan Gelar Juara, Putra-Putri Menang Besar di Final

12 November 2025
Suzuki Satria Pro: Bukti Suzuki Selalu Berhasil Bikin Produk Gagal MOJOK.CO

Suzuki Satria Pro Si Buruk Rupa: Bukti Suzuki Tidak Pernah Gagal Menciptakan Produk Gagal dan Entah Kenapa Mereka Masih Bangga dengan Kegagalan

12 November 2025
Pemkot Semarang kuatkan usulan gelar pahlawan nasional ke KH. Sholeh Darat MOJOK.CO

KH. Sholeh Darat Semarang Harusnya Semat Gelar “Pahlawan”: Penyusun Tafisr Al-Qur’an Jawa Pegon-Guru bagi RA. Kartini hingga KH. Hasyim Asy’ari

12 November 2025
Nasib buruh usai Marsinah jadi pahlawan nasional. MOJOK.CO

Suara Hati Buruh: Semoga Gelar Pahlawan kepada Marsinah Bukan Simbol Semata, tapi Kemenangan bagi Kami agar Bebas Bersuara Tanpa Disiksa

12 November 2025
Semangat pemain dan pelatih Universitas Negeri Malang (UM) sebelum bertanding. MOJOK.CO

Rela Iuran hingga Bawa Beras 1 Kg untuk Amunisi di Laga Futsal Jogja, UM Gagal Jadi Juara Pertama tapi Berhasil Harumkan Nama Kampusnya

13 November 2025
Summer Sale Banner
  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.