Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas Memori

Surabaya Kota Freemason, Gedung BPN Tunjungan Jadi Warisannya

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
2 Oktober 2023
A A
Surabaya Kota Freemason, Gedung BPN Tunjungan Jadi Warisannya MOJOK.CO

Gedung BPN Surabaya. (Disbudpar.Surabaya.go.id)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Gerakan teosofi mason bebas atau Freemason pernah eksis di Surabaya. Gedung Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang berdiri megah di Jalan Tunjungan adalah bekas loge atau loji Freemason di kota tersebut.

Berbicara soal tarekat kemasonan, organisasi ini memang pernah eksis di Hindia Belanda pada 1762 hingga 1962. Loji, tempat anggota Freemason berkumpul, jejaknya masih ada hingga hari ini. La Choisie yang pembangunannya pada 1762 di Batavia, bahkan konon menjadi loji pertama yang berdiri di Asia.

Setelah La Choisie, Freemason terus membangun 20 loji lain di penjuru Hindia Belanda. Termasuk di Surabaya, yang bekas bangunannya masih awet hingga hari ini.

Jejak Freemason di Surabaya

Freemason memang terkenal sebagai organisasi yang tertutup dan ketat dalam menerima anggota baru. Namun, yang perlu diketahui, mereka bukanlah sekte keagamaan dan tidak berdasarkan pada teologi apapun. 

Buku Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda 1764-1962 (2004) karya Theo Stevens menjelaskan, bahwa Freemason merupakan organisasi internasional yang awalnya merupakan serikat pekerja. 

“Tujuan utamanya adalah membangun persaudaraan dan pengertian bersama akan kebebasan berpikir dengan standar moral yang tinggi,” tulis Stevens.

Nama “mason” sendiri dalam bahasa Inggris berarti “pekerja” atau “tukang”. Sedangkan “free” yang melekat di awal kata, berarti “bebas”. Dengan demikian, Freemason bisa juga memiliki arti sebagai “tukang yang bebas atau pembangun kebebasan”.

Stevens juga menulis bahwa awal kemunculan kemasonan di Surabaya sejak tahun 1836 silam. Pada tahun tersebut, pelukis Hindia Belanda yang paling masyhur, Raden Saleh, dilantik menjadi anggota Freemason di Loji Eendracht Maakt Macht, Den Haag, Belanda.

Alhasil, tulis Stevens, peristiwa itu menjadikannya sebagai warga pribumi pertama yang menjadi anggota kelompok persaudaraan Kemasonan. Kemudian, jejak Raden Saleh sebagai orang asli Hindia Belanda di Freemason diikuti oleh Abdul Rahman, seorang keturunan Sultan Pontianak.

Pada 1844, Abdul Rahman dilantik menjadi seorang mason pada 1844 di sebuah Loji bernama De Vriendschap. Loji ini berada di sebuah kawasan di Jalan Tunjungan, Surabaya, yang kini berubah rupa sebagai Gedung BPN.

Tentang Loji De Vriendschap di Surabaya

Jika berkunjung ke Surabaya, sangat mudah menjumpai keberadaan Loji De Vriendschap (bahasa Inggris “Friendship”: pertemanan), sebab bangunan fisiknya masih asli. 

Berada tepat di depan Hotel Majapahit, terdapat lambang jangka mistar membentuk intervensi dua segitiga dan tangan berjabat di atas pilar gedung. Lambang tersebut merupakan simbol kelompok elite yang konon keberadaannya sulit terdeteksi. Sedangkan pada bagian lain tertulis tahun 1811, lengkap dengan detail tanggal dan prasastinya. 

Menurut sejarah, inisiator pembangunan loji tersebut adalah Jacobus Albertus Van Middelkoop pada 28 September 1809. Loji itu berdiri pada masa Herman Willem Daendels yang juga seorang mason. 

Sementara Raffles, Gubernur Jenderal Hindia Belanda setelah Daendels, masuk Organisasi Freemason pada tahun 1813. Ia mendapat kenaikan pangkat sebagai anggota baru di loji ini.

Iklan

Organisasi ini makin bertumbuh, yang bahkan tokoh-tokoh nasional pun ikut bergabung ke dalamnya. Sayangnya setelah kemerdekaan, pada 1950 Sukarno memanggil tokoh-tokoh Freemason tertinggi Hindia Belanda yang berpusat di Loji Adhucstat (sekarang Gedung Bappenas-Menteng). Mereka dipanggil setelah adanya banyak tudingan Freemason “sekte sesat” dan ada “ritual pemanggilan arwah” oleh masyarakat.

Pada 1961, Sukarno membuat Peraturan Penguasa Perang Tertinggi (Peperti) yang mewajibkan seluruh organisasi yang tidak sesuai dengan manifesto politik Indonesia harus dilarang dan dibubarkan. Setahun kemudian, negara membubarkan dan menyita sega aset-asetnya, termasuk loji-loji.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Melacak Jejak Freemasonry di Jogja, Markas Besarnya di Gedung DPRD DIY

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 2 Oktober 2023 oleh

Tags: freemasonSurabayasurabaya kota freemason
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Job fair untuk penyandang disabilitas di Surabaya buka ratusan lowongan kerja, dikawal sampai tanda tangan kontrak MOJOK.CO
Aktual

Menutup Bayangan Nganggur bagi Disabilitas Surabaya: Diberi Pelatihan, Dikawal hingga Tanda Tangan Kontrak Kerja

26 November 2025
Belikan ibu elektronik termahal di Hartono Surabaya dengan tabungan gaji Jakarta. MOJOK.CO
Liputan

Pertama Kali Dapat Gaji dari Perusahaan di Jakarta, Langsung Belikan Ibu Elektronik Termahal di Hartono agar Warung Kopinya Laris

11 November 2025
Rela Patungan demi Ikut Kompetisi Futsal di Jogja, UBAYA Berikan Penampilan Terbaik meski Harus Menerima Kenyataan Pahit MOJOK.CO
Ragam

Rela Patungan demi Ikut Kompetisi Futsal di Jogja, UBAYA Berikan Penampilan Terbaik meski Harus Menerima Kenyataan Pahit

10 November 2025
Wisudawati jual harta berharga untuk kuliah di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), sempat ditolak di PTN. MOJOK.CO
Kampus

Uang Habis untuk Biaya Pengobatan Ibu sampai Jual Harta Berharga agar Bisa Kuliah, Kini Jadi Wisudawati dengan Segudang Prestasi

27 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.