MOJOK.CO – Boedi Oetomo memang diklaim menjadi organisasi kepemudaan pertama yang hadir di masa pergerakan nasional. Namun, jauh sebelum itu, sudah ada perkumpulan lain yang berdiri di Jogja. Mereka berkumpul untuk main biliar, diskusi, hingga melakukan aksi sosial.
Pada awal abad ke-19, banyak klub sosial atau societeit yang bermunculan di Hindia-Belanda. Perkumpulan ini umumnya terdiri atas orang-orang Belanda dari berbagai golongan dan profesi, yang berkumpul untuk sekadar berdiskusi maupun bersenang-senang.
Dalam catatan sejarah, klub sosial Harmonie di Batavia merupakan societeit pertama yang berdiri di Hindia Belanda. Mereka sudah ada sejak 1820-an. Awalnya, societeit ini digagas oleh para pensiunan militer yang mulai bermasyarakat.Â
Lambat laun, ada semakin banyak klub sosial yang bermunculan di berbagai wilayah dari berbagai kelompok masyarakat. Seperti klub sosial bentukan militer bernama Concordia di Bandung, serta societeit lain di Surakarta dan Surabaya yang dibentuk oleh para insinyur, ahli hukum, dokter, bahkan aktivis.
Acara pertemuan yang awalnya untuk bersenang-senang, seperti pesta minuman dan biliar, bergeser ke agenda lain seperti pentas musik, diskusi, hingga aksi sosial.
Muncul klub sosial di YogyakartaÂ
Di Jogja muncul klub sosial bernama De Vereeniging. Kurang jelas memang sejak kapan societeit ini berdiri. Namun, surat kabar Javasche courant edisi 11 Januari 1845 menyebut kalau klub sosial ini sudah eksis sejak 1844.
Luitenant de Terrie, seorang tentara berpangkat letnan, memprakarsai berdirinya societeit Vereeniging. Klub sosial ini berfungsi sebagai tempat pesta, main biliar, dan minum-minum. Gedung yang menjadi lokasi pertemuan sendiri terletak di sebelah timur Benteng Vredeburg, tepatnya di sebuah bangunan yang kini menjadi bagian dari Taman Budaya Yogyakarta (TBY).
Awalnya, societeit ini bertujuan sebagai tempat interaksi masyarakat sipil dari berbagai golongan dengan kelompok militer. Namun, dalam perkembangannya terjadi pemisahan. Pemisahan tempat interaksi dan hiburan antara militer dengan sipil untuk mempermudah pengawasan dalam rangka penegakkan disiplin bagi para anggota tentara Belanda.
Kala itu, interaksi masyarakat sipil berpusat di sebelah selatan Kantor Residen (sekarang Gedung Agung). Sementara untuk militer masih tetap berada di sebelah timur Benteng Vredeburg.Â
Bahkan, setelah pemisahan itu di kawasan khusus tentara itu pemerintah Hindia Belanda membangun gedung Societeit Militair sebagai tempat interaksi dan hiburan para militer. Gedung itu berada di dalam kawasan TBY dan kini telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.
Menginspirasi kemunculan Boedi Oetomo
Adanya societeit di sejumlah kota besar di Hindia Belanda, telah menginspirasi kalangan pribumi untuk membentuk klub sosial sendiri.Â
Menurut laporan Sumatra courant edisi 20 Februari 1900, societeit pribumi pertama di Hindia Belanda adalah Medan Perdamaian yang didirikan Dja Endar Moeda pada 1900.
Sementara di Yogyakarta, klub sosial pribumi pertama yang berdiri adalah Boedi Oetomo yang pertama kali deklarasi pada 20 Mei 1908.
Perkumpulan ini inisiatornya adalah para mahasiswa STOVIA, termasuk Soeradji, Muhammad Saleh, Soewarno, hingga Goenawan Mangoenkoesoemo, dan lain sebagainya. Mereka menyelenggarakan Kongres Pertamanya pada 3-5 Oktober di ruang makan Kweekschool Voor Inlandsche Onderwijzen Djokjakarta (sekarang aula SMA Negeri 11 Yogyakarta).
Dalam perkembangannya, Boedi Oetomo berhasil memantik munculnya organisasi pergerakan nasional lain, seperti Sarekat Islam, Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, hingga Taman Siswa.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Jejak Losmen Pertama di Jogja, Rata dengan Tanah di Tahun 1980-an
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News