MOJOK.CO – Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Arief Wibisono menilai wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tidak akan menurunkan potensi ekonomi yang ada dalam Idul Adha 2022. Tahun 2021 saja, pontensi keuangan yang berputar dari kegiatan kurban mencapai Rp18,2 triliun.
Menurut Arief Wibisono, jika menilik data tahun 2021 lalu, potensi moneter atau keuangan yang berputar dari kegiatan kurban mencapai Rp18,2 trilun. Hitungan itu berdasarkan total 2,2 juta orang yang berkurban. Berdasarkan catatan itu, Arief menuturkan bahwa potensi ekonomi dari Idul Adha perlu dimaksimalkan lagi.
“Jika dikelola lebih baik lagi, mampu menguatkan ekonomi masyarakat dan memberdayakan peternak. Apalagi, saat ini kesejahteraan para peternak rakyat masih relatif rendah,” kata Arief Wibisono dalam keterangannya pada seminar “Ekonomi Kurban Pasca Pandemi” di Ruang Auditorium Soeriaatmadja, Kampus FEB UI Depok.Rabu (29/6).
Menurut Aried, wabah PMK yang menggemparkan dunia ternak, menurut Arief, tak akan menurunkan potensi ekonomi kegiatan kurban secara drastis. Terlebih, vaksin PMK belakangan sudah didistribusi ke berbagai daerah sehingga wabah lebih terkendali. Menurut pemantauan Antara, penjualan hewan ternak di sejumlah daerah bahkan tidak terpengaruh PMK.
Senada dengan hal tersebut, Deputi I Bidang Pengumpulan Baznas RI, Arifin Purwakananta menyampaikan, pada momentum kurban setiap tahunnya, Baznas selalu menggaungkan gagasan utama pemerataan agar masyarakat di daerah pedesaan, pesisir, hingga perbatasan dapat menikmati daging kurban hasil sembelih dari wilayah perkotaan yang terbilang surplus.
Lebih lanjut, Arifin mengatakan, Baznas turut mendorong modernisasi dalam berkurban dengan menggencarkan “Kurban Online Baznas” sejak 2016 lalu. Terlebih, inovasi ini begitu relevan di masa pandemi.
Selain itu, Baznas turut menjamin keamanan hewan kurban, baik dengan pendampingan ketat maupun pencegahan penularan, di seluruh Balai Ternak binaan Baznas dari wabah PMK yang sedang mewabah.
“Baznas rutin memberikan edukasi pencegahan PMK kepada peternak mustahik sehingga mereka tidak panic selling dan turut melakukan pencegahan dini PMK,” kata Arifin.
Berdasarkan data Baznas dan Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah (PEBS) FEB UI (2018), setiap tahun ada perputaran dana sebesar 69,9 triliun rupiah atau setara 3,8 persen APBN 2022 selama pelaksanaan kurban.
Kepala Pusat Ekonomi Bisnis Syariah (PEBS) FEB UI Rahmatina Awaliah Kasri mengatakan berkurban sebaiknya tidak hanya sekadar rutinitas untuk aspek spiritual umat Islam. Namun, harus berdampak pada peningkatan ekonomi bagi peternak hewan dan perbaikan gizi bagi masyarakat penerima.
“Tingkat konsumsi daging masyarakat Indonesia masih jauh di bawah negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Kini kondisi pasca pandemi sudah semakin baik. Dengan suplai yang semakin banyak, tentu kita harap harganya lebih terjangkau, peternak menjualnya dengan harga yang layak, sekitar 20 persen dari harga normal,” katanya.
Menurutnya peternak, pemasok, penyembelih (jagal) yang bekerja di rumah potong dan stakeholder lainnya ikut merasakan peningkatan kesejahteraan ekonomi dari pelaksanaan kurban. Hal ini membuat perayaan Idul Adha berdampak bagi banyak kalangan.
Reporter: Hammam Izzudin
Editor: Agung Purwandono