MOJOK.CO – Angka kejadian bencana di DIY nampaknya terus meningkat dari waktu ke waktu. Dampaknya tentu saja ada ribuan warga yang mengalami kerugian.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY mencatat pada tahun 2022 ada 1.817 kejadian kebencanaan di DIY. Angka ini meningkat drastis dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2021 lalu terjadi 958 kejadian kebencanaan. Sedangkan pada 2020 saat terjadi 1.058 kejadian bencana.
“Sebaran kejadian bencana paling banyak di Kulon Progo dengan jumlah 1.364 kejadian. Kejadian kebencanaan 2022 belum termasuk laporan kejadian lainnya, seperti laka sungai, bunuh diri, dan lainnya yang dilaporkan ke Pusdalops BPBD DIY,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD DIY, Biwara Yuswantana di Yogyakarta, Selasa (07/02/2023).
Biwara mengungkapkan, tingginya angka kebencanaan di DIY pada 2022 lalu didominasi gempa bumi yang tidak terasa dan bencana hidrometeorologi. Gempa tidak terasa tercatat terjadi hingga 762 kejadian.
Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa tanah longsor yang terjadi mencapai 707 kejadian. Tanah longsor paling banyak terjadi di Kulon Progo yang mencapai 454 kali kejadian.
Selain gempa dan tanah longsor, angin kencang juga terjadi di DIY selama setahun kemarin. Sebanyak 147 kejadian angin kencang terjadi dan terbanyak terjadi di Sleman.
Kebakaran juga terjadi pada 2022 lalu yang mencapai 113 kejadian. Kebakaran terbanyak tercatat terjadi di Sleman yang mencapai 28 kejadian.
“Banjir juga terjadi selama tahun 2022 yang mencapai 70 kali kejadian, 31 kejadian terbanyak di kulon progo,” jelasnya.
6.624 jiwa terdampak
Menurut Biwara tingginya angka kejadian bencana itu mengakibatkan sekitar 6.624 jiwa terdampak. Dari jumlah itu, sebanyak 64 orang mengalami luka-luka, 66 orang meninggal dunia, dan 699 harus mengungsi.
Lalu 2.347 rumah di DIY rusak. Sebanyak 1.054 pohon tumbang, 532 infrastruktur rusak dan 417 bangunan tergenang.
Sebanyak 276 jaringan listrik, telepon dan internet juga mengalami kerusakan. Sebanyak 148 tempat usaha, 126 kendaraan, 91 fasilitas umum, 77 kandang ternak juga terdampak selama 2022.
“Nilai kerusakan fisik mencapai kurang lebih Rp 266.735.898.000,” jelasnya.
Untuk mengantisipasi dampak serupa, lanjut Biwara, Pemda DIY tahun ini melakukan penyusunan kebijakan penanggulangan bencana. BPBD DIY bersama BPBD kabupaten/kota, dan pihak swasta pun berupaya dalam pengurangan risiko bencana.
Caranya dengan membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana), Kalurahan/ Kelurahan Tangguh Bencana (Kaltana). Selain itu mengembangkan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di seluruh DIY.
“Hingga 2022, sebanyak 326 Destana dan Kaltana sudah terbentuk, sedangkan untuk SPAB telah terbentuk sebanyak 201 sekolah,” imbuhnya.
Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi