Boleh jadi, tak ada tokoh yang lebih tokcer dan ciamik dalam mendapatkan gelar “Bapak … ” selain Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Baru beberapa minggu dilantik sebagai gubernur dan wakil gubernur, mereka sudah mendapatkan gelar tersebut.
Tidak main-main, gelar yang mereka dapatkan adalah “Bapak Upah Murah”.
Gelar prestisius itu diberikan oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) karena pemerintahan Anies-Sandi tidak menetapkan standar UMP DKI Jakarta sesuai dengan yang dituntutkan oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia. Padahal, saat pilkada serikat buruh ini sangat mendukung Anies-Sandi.
“Dibandingkan Bekasi, upah minimum di DKI lebih murah. Kami beri dia gelar Bapak Upah Murah,” ujar Said Iqbal, presiden KSPI, “dia cepat berbohong, kami akan cabut mandat karena pembohong dan ingkar janji, khianat terhadap kontrak politik. Kalau dia tidak sanggup, tidak usah tanda tangan kontrak politik,” lanjutnya.
Seperti diketahui, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2018 untuk wilayah DKI Jakarta sebesar Rp3.648.035, angka yang walaupun mengalami kenaikan dari UMP periode sebelumnya, tapi tetap saja masih jauh dari tuntutan KSPI sebesar 3,9 juta.
Pemberian gelar “Bapak upah murah” ini sekaligus menjadi bukti bahwa di jaman now, tak perlu banyak dedikasi untuk memperoleh gelar “bapak”. Tidak seperti jaman dulu yang selalu butuh proses panjang untuk mendapat gelar bapak.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX, misalnya, ia butuh berjuang lama menyatukan organisasi-organisasi kepanduan dan menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional sebelum akhirnya diberi gelar Bapak Pramuka Indonesia.
Atau Mohammad Hatta yang butuh menulis berbagai karangan dan buku-buku ilmiah di bidang ekonomi dan koperasi serta aktif membimbing gerakan koperasi untuk melaksanakan cita-cita dalam konsepsi ekonomi sebelum akhirnya diberi gelar Bapak Koperasi Indonesia.
Begitu pula dengan Soeharto yang butuh berkuasa bertahun-tahun dengan menjalankan Pelita sebelum akhirnya diberi gelar Bapak Pembangunan.
Lha ini, Anies dan Sandiaga cuma butuh teken surat. Eh, sudah langsung dapat gelar bapak. Apa nggak hebat itu?
Padahal, seorang Nuran Wibisono pun butuh menangis sepanjang jalan Jogja-Solo karena patah hati dulu sebelum diberi gelar Bapak Air Mata Nasional.
Yah, semoga setelah ini, Agus Mulyadi yang mengasuh dan sering menulis buat rubrik Cipox itu tidak diberi gelar Bapak Ngaceng Nasional.