Gudeg jadi salah satu kuliner andalah khas Jogja. Namun siapa sangka buah nangka sebagai bahan utamanya ternyata banyak didatangkan dari Lampung.
Kuliner Gudeg sudah menjadi ikon kuliner kota Jogja. Makanan yang bercita rasa dominan manis ini bahan dasar utamanya adalah gori atau nangka muda. Namun siapa sangka ternyata buah nangka yang selama ini dipakai untuk gudeg banyak ‘diimpor’ dari Lampung. Mendapati fakta ini Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas sebagai Ibu Gubernur DIY turun langsung menanam pohon nangka di area hutan tematik Wana Boga pada hari Sabtu (2/10).
“Saya ikut merasa senang, bangga, karena saya sudah ikut melihat dari kebutuhan masyarakat Jogja tentang nangka. Itu untuk gudeg yang ada di Kota Jogja. Ternyata setelah saya berkunjung ke pasar buah, itu nangka yang ada di 3 kios, semua nangkanya seko (dari) Lampung. Jadi saya kira memang sudah menjadi kewajiban Pemerintah Daerah DIY untuk membangun dan didukung oleh Pemerintah Pusat,” ungkap GKR Hemas.
Hutan Tematik plasma nutfah nangka Wana Boga sendiri lokasinya berada di Kapanewon Karangmojo, Wonosari. Tak main-main lahannya memiliki luas sekitar 96 hektar. Adanya hutan tematik nangka ini diharapkan bisa mencukupi kebutuhan dasar kuliner gudeg. Selain itu tentu saja bisa berdampak positif terhadap keberlangsungan ekonomi masyarakat sekitar.
“Betul-betul saya ingin ibu-ibu atau perempuan-perempuan yang ada disini ikut terlibat. Sehingga akan semakin kuat dalam pengelolaan yang dilakukan oleh Departemen Kehutanan ini yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Saya tidak akan muluk-muluk untuk matur yang penting harus dijaga oleh warga juga. Ini adalah kerja bersama yang benar-benar harus dilaksanakan oleh masyarakat Gunungkidul,” pesan GKR Hemas.
Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, Bambang Hendroyono mengungkapkan bahwa pihaknya mendukung penuh program ini. Ia sangat mengapresiasi upaya DIY dalam meningkatkan pemanfaatan hutan. Nantinya, 25.000 bibit nangka akan disumbangkan oleh KLHK RI untuk ditanam di area hutan tersebut.
Bantuan bibit nangka rencananya akan mulai didistribusikan pada 28 November 2021. Jenis nangka yang akan ditanam di plasma ini nantinya berjenis nangka sayur guna mendukung penyediaan bahan baku gudeg dan nangka jenis buah yang bisa langsung dikonsumsi. Soal kualitas bibitnya Bambang memastikan akan medistribusikan bibit terbaik agar nangka bisa cepat berbuah pada usia kurang dari 3 tahun.
“Selama ini kita kenal kayu jati menjadi hasil hutan. Sekarang coba kita tambahkan dengan non-kayu yaitu pohon buah-buahan. Tidak kalah penting kebijakan pemanfaatan jasa lingkungan. Nah disitulah kemudian jasa wisata dan menyatu dengan kehidupan masyarakat di areal hutan produksi yang tersebut,” jelas Bambang.