Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Yang Perlu Disiapin Adik-adik dari Indonesia Timur kalau Mau Kuliah di Jogja

Aniati Tokomadoran oleh Aniati Tokomadoran
22 Desember 2020
A A
Yang Perlu Disiapin Adik-adik dari Indonesia Timur kalau Mau Kuliah di Jogja

Yang Perlu Disiapin Adik-adik dari Indonesia Timur kalau Mau Kuliah di Jogja

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Tips dari senior buat kamu, mahasiswa yang mau kuliah di Jogja, wabilkhusus kalau kamu dari Indonesia Timur.

Sebagai orang yang udah lulus dan merasakan manis pahitnya menjadi mahasiswi di Jogja, saya punya sedikit pesan buat adek-adek dari Indonesia Timur yang mau menyusul saya. Pesan ini bisa berlaku untuk mereka yang udah kuliah atau buat persiapan yang beberapa tahun ke depan mau kuliah offline di Jogja.

Pertama. Jangan kaget kalau saat perkenalan kamu nyebutin asalmu dari mana, bakal ada temanmu yang ngomong, “Sumber air su dekat.. kita sonde.” Ya, salah satu kutipan di iklan air mineral selalu sukses memancing tawa kerumunan mahasiswa-mahasiswa baru saat perkenalan.

Masalahnya, buat kita-kita yang bukan berasal dari daerah di iklan air mineral itu, kita pasti kebingungan setengah mati sembari bertanya-tanya dalam hati, “Mereka ini tahu geografi Indonesia tidak sih? Itu kan bukan bahasa daerahku.”

Sejujurnya, itu jadi hal yang saya pertanyakan dari dulu. Saya bukan anak jurusan IPS saat SMA, tapi gara-gara di sini sering diisengin begitu, saya jadi merasa lebih pintar soal Geografi. Yah, paling tidak, sedikit lebih baik lah, ketimbang orang-orang di sini yang merasa kita-kita ini, satu Indonesia Timur, dianggap punya satu bahasa daerah yang sama.

Dan informasi itu pun bukan dari buku sejarah atau Wikipedia, melainkan semata-mata bersumber dari satu iklan produk air mineral.

Kedua. Buat yang cari kosan buat kuliah di Jawa atau di Jogja pada khususnya, jangan kaget kalau bakal ada kasus di mana kamar kos yang sudah mau dibayar, dalam hitungan detik tiba-tiba udah di-booking sama orang lain yang tidak ada wujudnya.

Waduh, gimana itu?

Begini. Semisal kamu udah dapat kosan. Udah kunjungan, tanya-tanya harga dan fasilitas, terus cocok, terus mau booking. Entah kenapa, ketika ibu kos tahu kita secara fisik dari Indonesia Timur, banyak kejadian mereka akan bilang, “Maaf, Mbak. Barusan kamar kosnya udah ada yang ambil. (Dia) bayar lunas.”

Pada kasus salah satu teman saya yang fisiknya nggak keliatan dari Indonesia Timur hal kayak gitu kejadian.

Awalnya dia disambut baik. Begitu ditanya-tanya asli dari mana, setelah dari ATM ngambil duit buat bayar kos-kosan tiba-tiba kos-kosannya dibilang sudah diisi orang lain.

Yah, begitulah mental yang harus dipersiapkan. Perjuangan cari kos khusus buat kita, adek-adek, begitu sulit di sini. Persis kayak pembangunan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia di daerah kita.

Bahkan, dulu sempat ada iklan billboard yang berisi, terima kosan kecuali mahasiswa dari Indonesia Timur. Kamu nggak perlu kaget, kamu nggak perlu tanya, “Kok bisa sih?”

Yaaa bisa dong. Orang yang punya kos kan bukan orang Indonesia Timur, jadi terserah-terserah mereka saja, nggak usah maksa-maksa. Silakan keluar dari daerah ini kalau kamu merasa tidak terima. Kurang lebih, begitu prinsip hidup di sini.

Iklan

Ketiga. Soal makanan nih. Saya masih nggak ngerti sampai sekarang, kenapa orang-orang di sini masih mikir kalau kita-kita ini tiap hari makan papeda?

Saya punya cerita. Jadi waktu naik ojol ada driver yang nanya soal makanan khas daerah ke saya. Dia nanya, apakah setiap hari saya makan sagu tiap hari? Karena ini mas-mas ojol, ya tentu saya tidak bisa jelasin begitu saja. Saya jelasin dengan cara yang sederhana ke dia.

“Gini, Pak, Jogja itu makanan khasnya apa?”

“Gudeg,” jawab bapaknya.

“Berarti tiap hari orang Jogja makannya gudeg ya, Pak?”

“Ya nggak, Mbak. Eneg kali makan gudeg tiap hari,” kata si bapak.

“Nah, kami juga gitu, Pak. Kalau makan sagu tiap hari juga eneg. Sekali-sekali ganti nasi atau malah sekarang sagu cuma disajikan pas pesta yang temanya makanan Indonesia Timur aja.”

Dijelasin begitu, untung bapak driver ojolnya ngerti.

Keempat. Soal pakaian. Ini pengalaman personal banget sih.

Kalau kebetulan salah satu dari adik-adik ini perempuan berjilbab kayak saya, jangan kaget kalau pas nyebutin asal dari mana ekspresi lawan bicara bakal kayak lihat alien. Antara percaya atau nggak percaya. Ya wajar. Keterkejutan orang-orang di sini wajar. Soalnya di benak mereka, semua orang Indonesia Timur itu kalau nggak Kristen ya Katolik.

Bahkan pernah ada yang saking keponya sampai tanya ke saya, “Kamu mualaf ya? Ibu bapak kamu ada yang mualaf ya? Kakek nenek nggak mualaf?”

Waktu itu saya jelasinnya gini, “Jadi, Bu. Di Ambon juga kayak di sini zaman dulu. Semua orang tua muslim lebih memilih anaknya sekolah agama Islam saja dibandingkan keluar kota untuk belajar pelajaran-pelajaran umum.”

Si ibu diam memerhatikan. Lalu saya lanjutin.

“Di keluarga Kristen atau Katolik malah sebaliknya. Banyak banget anak-anak mereka yang ke Jakarta atau kota-kota besar di Jawa untuk kuliah. Bahkan ada yang ikut audisi nyanyi sampai terkenal. Sehingga yang dibentuk media orang Ambon itu pintar nyanyi, dan kebetulan mereka yang terkenal itu agamanya Katolik atau Kristen. Jadi orang-orang pikir orang Ambon itu cuma Katolik atau Kristen.”

Saya jelasin begitu, si ibu cuma senyam-senyum.

***

Jadi buat kamu adek-adek yang berasal dari Indonesia Timur, nggak perlu takut dengan perasaan jadi minoritas etnis di Jogja. Apalagi sampai merasa khawatir dengan diskriminasi yang dialami oleh orang-orang seperti kita.

Hal-hal kayak di atas itu pelajarannya banyak kok. Paling tidak, dengan terbiasa diginiin, kita secara tidak langsung jadi semakin kuat mentalnya, lebih menghargai tentang perbedaan, dan punya rasa persaudaraan sangat kuat di perantauan.

Semangat belajar ya, sukses selalu. Kalau selesai kuliah lalu memutuskan balik ke tempat asal jangan balas perilaku serupa ke orang yang bukan berasal dari daerah asal kamu ya? Perlakukan mereka seperti perlakuan apa yang kamu ingin dapatkan di sini. Apa yang kamu tuai, itu yang kamu tanem.

Salam sayang dari Jogja, untuk kalian semua di Indonesia Timur.

BACA JUGA Sisi Lain Orang (Indonesia) Timur yang Jarang Diekspos dan tulisan soal Indonesia Timur lainnya.

Terakhir diperbarui pada 22 Desember 2020 oleh

Tags: AmbonDiskriminasiIndonesia TimurJogjakuliah
Aniati Tokomadoran

Aniati Tokomadoran

Asal dari Ambon, sekarang tinggal di Bantul.

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO
Liputan

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.