Teruntuk Sobat Muslim yang Senantiasa Merasa Teraniaya - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Teruntuk Sobat Muslim yang Senantiasa Merasa Teraniaya

Nia Perdhani oleh Nia Perdhani
27 Desember 2018
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Lalu kalian, Sobat Muslim, menyalahkan keadaan. Membenci dunia yang makin sekuler. Makin kapitalis katanya. Teriak boikot sana boikot sini.

My dear sobat muslim yang sedang rindu-rindunya hidup dalam peradaban Islami seperti lagu Nasida Ria….

Suasana di kota santri

Asyik tenangkan hati

Muda mudi berbusana rapi

Menyandang kitab suci

Hilir mudik silih berganti

Pulang pergi mengaji

Tapi kenyataan berkata lain…

Saya masih terngiang-ngiang kata-kata Dahlan Iskan di tulisan terbarunya tentang Freeport yang dimuat di Disway dot id beberapa hari yang lalu.

“Sudah sejak kapan pun. Kita ingin Freeport dikuasai bangsa. Tapi selalu tersandung batu: perjanjian yang tidak bisa dilanggar begitu saja. Kalau pun selama ini salah: itu karena tidak ada yang bermata sejeli Ignatius Jonan. Dalam melihat celah tersembunyi itu.”

Baca Juga:

Buang Sesajen Warga Lumajang sambil Teriak Takbir Itu Maksudnya Apa?

Sulitnya Jadi Katolik Tanpa Simbol

Saipul Jamil Sudah Seharusnya Diboikot!

Tenang, saya nggak akan latah muji-muji Jokowi kayak para pecintanya. Itu biar jatah mereka saja, hehe. Saya juga nggak akan ikut campur urusan pembelian Freeport itu untung apa rugi. Karena saya nggak mudheng.

Saya fokus pada sosok Jonan seperti yang dikatakan Dahlan Iskan di tulisannya. Saya ulangi. Sudah sejak kapan pun kita ingin Freeport dikuasai bangsa.

Dan keinginan itu baru bisa tercapai, setelah Jonan masuk.

Bayangkan. Dari sekian gitu banyak orang-orang yang terlibat dalam urusan Freeport, akhirnya hanya Jonan seorang yang bisa menemukan celah itu. Hanya Jonan seorang. Setelah sekian tahun lamanya kita hanya bisa misuh-misuh menyalahkan keadaan, menyalahkan rezim terdahulu.

Sobat muslim yang selalu merasa teraniaya…

Saya jadi membayangkan ketika sebagian dari kita ngedumel menyalahkan keadaan dunia yang makin sekuler, tentangan internal yang begitu besar yang membuat peradaban Islam makin jauh panggang dari api untuk dihidupkan kembali.

Benar-benar persis kayak rakyat Indonesia yang selama ini cuma bisa ngomel-ngomel, menyalahkan keadaan, menyalahkan rezim-rezim silih berganti yang tidak becus mengambil alih Freeport. Padahal masalah utamanya memang karena nggak ada yang tahu cara untuk membalikkan keadaan.

Sejak kekuatan kapital modern mulai mencengkeram umat manusia di dunia, pengaruhnya sudah merasuk ke dalam setiap embusan nafas dengan atau tanpa kita sadari. Juragan kapitalis tidak peduli agamamu apa. Bagi mereka kita semua hanya sekelompok konsumen.

Kalau pun dikelompokkan, paling berdasarkan kemampuan untuk melarisi dagangannya. Ukuran kesuksesan mereka adalah peningkatan laba. Kalau menghasilkan laba lebih banyak, maka katanya, akan meningkatkan multiplier effect, sehingga nyipratnya ke masyarakat luas makin banyak juga, maka itu makin baik.

Dalam keadaan seperti itulah suasana kota santri makin dirindukan. Karena muda-mudi berbusana rapi menyandang kitab suci sudah makin susah ditemui. Sebaliknya, muda-mudi berpakaian mini njengkang njengking poto selpi dengan hape terkini mblader di seluruh permukaan bumi.

Begitu kan yang ada di kepala kalian wahai sobat muslimku yang selalu rindu pada kejayaan Islam?

Lalu kalian mulai menyalahkan keadaan. Membenci dunia yang makin sekuler. Makin kapitalis. Karena sekeras apapun teriakan kalian akhirnya hanya terdengar kemresek seperti radio yang gelombangnya nggak pas. Teriak boikot sana boikot sini. Tapi tanpa sadar jadi konsumen loyal produk lain milik juragan yang produknya diboikot.

Sementara juragan-juragan kapitalis itu menyebarkan pengaruhnya dengan sangat halus, sampai kalian sendiri ngga sadar, kalian masih pake cara-cara primitip yang lucu tur nganu…

Ibarat perang, satunya pake rudal anti radar, satunya pake bambu runcing. Terus pas kalah, maki-maki musuhnya karena musuhnya pakai senjata yang lebih canggih. Lalu bilang ada ketidakadilan.

Terus kalian membela diri: YA NGGAK APA-APA, YANG PENTING KAN KAMI SEMUT YANG MENYIRAMI SETITIK AIR DI API YANG MEMBAKAR IBRAHIM DARIPADA KALIAN ANJINGNYA FIR’AUN.

Coba gini lho ya sobat muslim yang energi jihadnya turah-turah…

Akui saja dulu kalau umat Islam memang sudah lama kalah dalam pentas adu pengaruh di dunia.

Jangan udah kalah pengaruh pun masih nggak mau introspeksi diri. Tetap menyalah-nyalahkan keadaan.

Tetep ngeyel kalo cah kae, kae, kae yang nggak mau mendukung gagasan bahwa dunia (atau negara, atau daerah atau masyarakat) akan lebih baik jika diatur pake cara-cara Islami, adalah bukan muslim yang baik.

Tetep ngeyel bahwa cah kuwi, kuwi, dan kuwi yang nggak mau dukung boikot Sari Roti ato boikot Blekping adalah muslim munafiqun.

Iya akui saja dulu.

Lalu baru pelajari strategi-strategi juragan kapitalis menyebarkan virus kapitalismenya ke seluruh penjuru bumi. Mungkin dengan begitu nanti kamu bisa menemukan celah seperti Jonan.

Barangkali dengan begitu kalian jadi menemukan celah cara untuk memasarkan ekonomi syariah dengan lebih baik hingga masyarakat tanpa perlu dipaksa-paksa akan nginthil dengan sendirinya karena merasa lebih diuntungkan.

Alih-alih mengambil jalan pintas mempopulerkan ustaz yang menganjurkan untuk mangkir bayar bunga kalo teranjur utang di bank konvensional. Begitu juga terhadap banyak sekali permasalahan umat manusia di dunia ini yang menunggu dibenahi.

Mbok kalian kasih contoh bagaimana berebut pengaruh melalui solusi-solusi jitu kalian. Kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa membuat kapabilitas umat diakui, sehingga kalian bisa merasa bangga dan berhenti merasa teraniaya.

Barangkali begitu, sobatqu…

Atau mungkin kita bisa mundur kembali ke titik awal. Duduk bersama dan menafsirkan kembali tentang apa yang sebenarnya diinginkan Tuhan (melalui Islam) untuk kita lakukan di dunia ini. Barangkali ada yang terlewat kita pahami selama ini.

Soalnya bakalan repot kalau ketika kalian merasa teraniaya, tapi kalian malah demen melakukan tindak aniaya ke orang lain. Nggak ngerasa bersalah sama sekali, karena kalian sebut itu aksi membela diri agama. Sambil menyebut, musuh itu memang sudah sewajarnya kalian perlakukan seperti itu.

Lalu kalian sebut mereka musuh agama dan mereka semakin takut sama kalian, sambil terus ngomongin kalian dari belakang. Dan semakin lama semakin nggak tertarik menjadi bagian dari kalian.

Tags: boikotDahlan IskanFiraunFreeportibrahimIgnatius Jonankapitalis
Nia Perdhani

Nia Perdhani

Owner Sambel Botol Rumahan "HoT" yang hobi curhat dan sambat di sosmed.

Artikel Terkait

Buang Sesajen Warga di Lumajang sambil Teriak Takbir Itu Maksudnya Apa?

Buang Sesajen Warga Lumajang sambil Teriak Takbir Itu Maksudnya Apa?

9 Januari 2022
Sulitnya Jadi Katolik Tanpa Simbol

Sulitnya Jadi Katolik Tanpa Simbol

27 Desember 2021
Saipul Jamil Sudah Seharusnya Diboikot!

Saipul Jamil Sudah Seharusnya Diboikot!

8 September 2021
Membayangkan Finlandia vs Rusia menjadi Panggung Perlawanan terhadap Kapitalis UEFA MOJOK.CO

Membayangkan Finlandia vs Rusia menjadi Panggung Perlawanan terhadap Kapitalis UEFA

16 Juni 2021

Pak Hidayat Nur Wahid, Ikut Kelas Pemikiran Gus Dur Aja Yuk?

30 Maret 2021
Ngobrol bareng Dahlan Iskan: Bicara Cina, ‘Komunisme Kaki Empat’, dan Uighur

Ngobrol bareng Dahlan Iskan: Bicara Cina, ‘Komunisme Kaki Empat’, dan Uighur

6 September 2020
Pos Selanjutnya
Mukmin itu Ya yang Mikir Kayak Gus Dur, Bukan yang Sok-sokan

5 Tantangan Hidup Orang Pendiam yang Dikit-Dikit Dikira Marah

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
Mukmin itu Ya yang Mikir Kayak Gus Dur, Bukan yang Sok-sokan

Teruntuk Sobat Muslim yang Senantiasa Merasa Teraniaya

27 Desember 2018
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022
Asrama mahasiswa Sumatra Selatan, Pondok Mesudji dalam sengketa di pengadilan. Mahasiswa menilai ada campur tangan mafia tanah.

Mahasiswa Sumsel di Asrama Pondok Mesudji Jogja Terancam Pergi karena Mafia Tanah

11 Agustus 2022
Lampu merah terlama di Jogja. (Ilustrasi Ega Fansuri/Mojok.co)

Menghitung Lampu Merah Terlama di Jogja, Apakah Simpang Empat Pingit Tetap Juara?

9 Agustus 2022
Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Perguruan Tinggi Favorit MOJOK.CO

Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Masuk Perguruan Tinggi Favorit

5 Agustus 2022
Sri Sultan Mampu Redam Konflik Pemaksaan Jilbab Secara Taktis, Bukti Jogja (Mungkin) Masih Istimewa MOJOK.CO

Sri Sultan Mampu Redam Konflik Pemaksaan Jilbab Secara Taktis, Bukti Jogja (Mungkin) Masih Istimewa

9 Agustus 2022

Terbaru

Ibu Ruswo: Pembakar Api Revolusi Dari Dapur Umum

7 Fakta Ibu Ruswo, Kurir Rahasia yang Memasok Rokok untuk Para Pejuang

14 Agustus 2022
sim c mojok.co

Susahnya Ujian Sim C: Ini Tipsnya Biar Lulus Menurut Polisi, Ahli, dan Orang yang Gagal Berkali-kali

14 Agustus 2022
Sukarni: Soekarno-Hatta, Rengasdengklok, & Lahirnya Sebuah Republik

Sukarni: Soekarno-Hatta, Rengasdengklok, & Lahirnya Sebuah Republik

14 Agustus 2022
pangkat polisi mojok.co

Memahami Kasus Brigadir J, Ini Golongan Pangkat Polisi yang Perlu Diketahui

14 Agustus 2022
Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie MOJOK.CO

Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie

14 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In