ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Sulitnya Jadi Katolik Tanpa Simbol

Menjadi Katolik berarti mengakrabi patung, bunga, dupa, orang-orang berjubah berlapis-lapis, dan tentu saja kidung-kidung (chants).

Made Supriatma oleh Made Supriatma
27 Desember 2021
0
A A
Sulitnya Jadi Katolik Tanpa Simbol

Ilustrasi Katolik Tanpa Simbol. (Mojok.co / Ega Fansuri).

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Menjadi Katolik berarti saya harus siap dibanjiri oleh ritual demi ritual. Meski kadang, tidak paham untuk apa fungsi ritual itu?

Sulit sekali menjadi Katolik tanpa simbol. Lebih sulit lagi karena simbol-simbol itu masih harus dirayakan plus diresapi pula. Bahkan seringkali dengan cara yang sangat njlimet dan banyak orang Katolik sendiri tidak mengerti kenapa simbol-simbol itu perlu dirayakan.

Meski begitu, saya paham, menjadi Katolik itu berarti saya harus siap dibanjiri oleh ritual demi ritual. Bukan sekadar ritual biasa, karena setiap upacara ada maknanya. Dan karena Katolisisme adalah institusi yang hidup selama 20 abad, maka upacara yang diwariskannya pun sangat banyak dan rumit.

Padahal, upacara-upacara yang njlimet itu pun sudah disederhanakan sejak tahun 1960-an lewat Konsili Vatikan II. Misa malam Natal, misalnya.

Di sana ada prosesi bayi Yesus. Iya, patung bayi Yesus yang nantinya akan diletakkan di kandang.

Orang-orang Kristen percaya bahwa Yesus lahir di kandang domba karena orang tuanya tidak mendapat penginapan setelah harus pergi ke Betlehem menunaikan kewajiban sensus oleh Kaisar Romawi.

Menjadi Katolik itu berarti mengakrabi patung, bunga, dupa, orang-orang berjubah berlapis-lapis dan setiap lapis ada artinya, dan tentu saja kidung-kidung (chants).

Nah, salah satu yang dinyanyikan pada misa malam Natal adalah sebuah kidung yang terkenal dengan sebutan: Kalenda. Sebuah proklamasi Katolik tentang kelahiran Yesus.

Saya selalu tertarik dengan Kalenda ini. Bukan apa-apa. Kidung ini, yang secara tradisional dinyanyikan dalam bahasa Latin, berusaha mendudukan Yesus dalam konteks waktu atau sejarah.

Bagaimana imajinasi Katolik tentang waktu kelahiran Yesus? Teks Kalenda dimulai dengan “Dua puluh lima hari bulan Desember, … (sekian) hari dalam kalender bulan.”

Selanjutnya, teks Kalenda mulai dengan hitungan mundur hingga kelahiran Yesus.

Lima ribu seratus dan sembilan puluh sembilan tahun sejak penciptaan dunia, ketika Tuhan mulai menciptakan Surga dan bumi.

Dua ribu sembilan ratus lima puluh tujuh tahun, sejak banjir besar (zaman Nuh).

Dua ribu dan lima belas tahun sejak kelahiran Abraham (Ibrahim).

Seribu lima ratus sepuluh tahun sejak Musa dan bani Israel keluar dari tanah Mesir.

Seribu tiga puluh tiga tahun sejak penobatan Raja Daud.

Dan seterusnya….

Kidung ini tidak hanya menghitung peristiwa-peristiwa religius tetapi juga yang sekuler. Misalnya, sekian tahun sejak Olimpiade atau sekian tahun sejak kota Roma didirikan.

Terakhir, barulah ke tahun nol, yakni ketika Yesus dilahirkan.

Dalam penafsiran saya, ini adalah usaha untuk menempatkan Yesus dalam konteks sejarah. Bahwa dia benar-benar ada dalam dimensi ruang dan waktu.

Dan Misa malam Natal selalu dimulai dengan proklamasi ini.

Aneh? Itu jelas. Khususnya kalau Anda memikirkannya memakai rasionalitas modern. Apalagi kalau Anda ingin memasukkan dunia ke dalam akal yang Anda klaim sebagai yang paling superior. Mencibir Katolik sebagai agama yang tidak presisi, tidak masuk akal.

Masuk akal? Apa sih dalam agama yang masuk akal?

Tidak ada jalan untuk memahami kecuali Anda masuk ke dalam apa yang namanya iman. Artinya, Anda merasa nyaman berada di dalamnya. Pasrah, percaya, dan menyerahkan diri begitu saja.

Hampir mirip seperti orang jatuh cinta, tak perlu penjelasan yang masuk akal di sana. Ketika cinta ke pasangan lalu Anda menikah, hubungan itu tak butuh penjelasan. Semua orang akan mengamini kalau alasan itu hanya berlandaskan, “Aku cinta dia.”

Pertanyaannya; lalu kenapa ketika seseorang mencintai Tuhan tiba-tiba pada bagian ini jadi perlu ada alasan masuk akal?

Anda boleh tidak percaya karena tidak masuk akal, tapi kalau ada orang yang merasa nyaman berada di dalam kepercayaan itu, orang-orang di sekitar Anda bisa apa coba? Lagipula yang begini-begini itu urusan emosional, bukan urusan rasional.

Dan sekali lagi, untuk urusan-urusan seperti ini, Natal sebenarnya bukan hanya terletak di simbol demi simbol. Sebab, hal-hal yang emosional tak perlu perantara, cinta tak perlu tanda, iman tak perlu ada penanda. Meski kebanyakan orang (saya sih termasuk), Katolik itu lebih ke soal bunga, soal patung-patung, soal dupa, soal orang-orang berjubah, dan soal kidung-kidung.

Oh iya satu lagi. Natal juga soal khotbah-khotbah membosankan dari para imam yang dari muda sudah kebanyakan belajar filsafat dan teologi. Simbol lagi, simbol lagi.

Tapi tenang. Pada bagian ini, Anda tinggal tidur saja untuk mengatasinya.

BACA JUGA PDKT Kedok Religi ala Anak Gereja dan tulisan Made Supriatma lainnya.

Penulis: Made Supriatma

Editor: Ahmad Khadafi

 

Terakhir diperbarui pada 27 Desember 2021 oleh

Tags: ibrahimimanKatolikNatalNuhromawiYesus
Iklan
Made Supriatma

Made Supriatma

Peneliti dan jurnalis lepas.

Artikel Terkait

Paus Leo XIV, Sarjana Matematika Memimpin Umat Katolik MOJOK.CO
Esai

Habemus Papam! Kisah Paus Leo XIV Sarjana Matematika yang Akan Memimpin Umat Katolik di Masa Kritis

9 Mei 2025
Saksi Yehuwa Bukan Bagian dari Kristen MOJOK.CO
Esai

Saksi Yehuwa yang Bagi-Bagi Brosur Itu Bukan Bagian dari Kristen

24 Januari 2025
Paus Fransiskus Adalah Simbol Kemanusiaan MOJOK.CO
Esai

Sepatu, Jam, dan Pesawat Paus Fransiskus Adalah Simbol Kemanusiaan

5 September 2024
Gus Dur Berkah Bagi Umat Katolik dan Semua Manusia MOJOK.CO
Esai

Ada Aura Katolik di Dalam Diri Gus Dur

16 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pertama kali punya mobil pribadi. Niat pamer dan bikin panas tetangga di Pati malah jadi repot sendiri MOJOK.CO

Pertama Kali Punya Mobil Pribadi buat Pamer ke Tetangga, Malah Berujung Repot Sendiri hingga Dijual Lagi

16 Juni 2025
ide bisnis mahasiswa.MOJOK.CO

Ditolak Kampus PTN, Kini Malah Menciptakan Ide Bisnis Menjanjikan: Modal Iseng, Bisa Kantongi Rp50 Juta Pertama di Usia 20

17 Juni 2025
mahasiswa kkn.MOJOK.CO

Dapat Kelompok KKN “AFK” dan “Nggak Napak Tanah” Itu Seburuk-buruknya Nasib: Merepotkan Teman dan Warga Cuma Demi Nilai A

17 Juni 2025
Ditolak kampus unair dan sukses di UPN Veteran Jawa Timur berkat briket arang. MOJOK.CO

Pernah Ditolak Unair, Kini Jadi Mahasiswa Berprestasi di Kampus Nggak Favorit usai Bikin Bisnis yang Ramah Lingkungan

13 Juni 2025
Berkah Waisak 2025 bagi Candi Borobudur Magelang MOJOK.CO

Berkah yang Terasa dari Waisak 2025 di Candi Borobudur

11 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.