Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Tentang Seorang Habib

Hairus Salim oleh Hairus Salim
3 November 2016
A A
Tentang Seorang Habib

Tentang Seorang Habib

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

25 Oktober lalu Arsenal berkunjung ke markas Reading untuk melakoni laga perempat final Piala FA. Sang Prosefor mengingatkan timnya untuk berhati-hati karena dia tak bisa melupakan bagaimana repotnya mendepak Reading di kompetisi Piala Liga empat tahun lalu. Pertandingan yang kemudian dimenangkan Arsenal dengan skor 7-5 itu, ia kenang sebagai salah satu pertandingan yang membikinnya stres dalam 20 tahun karirnya.

Dan ia benar, meski tak sesulit empat tahun silam, tetap tak mudah menyingkirkan Reading. Mereka menang dua gol tanpa balas, keduanya dari kaki pemain muda Alex Oxlade-Chamberlain. Wenger sendiri sempat risau ketika hampir separuh waktu timnya belum juga menjebloskan bola meski telah melakukan beberapa kali usaha tembakan terarah ke gawang.

Salah satu sebabnya karena permainan penjaga gawang Reading. Beberapa kali kiper melakukan penyelamatan. Kalaupun kemudian Reading kalah, tak ada yang menyalahkan penjaga gawangnya. Sang kiper telah melakukan segalanya. Dua gol bersarang ke gawangnya terjadi karena kelemahan pemain belakang dan itu sudah di luar kemampuannya. Salah satunya dari tembakan yang berubah arah karena terlebih dulu menyentuh kaki bek Reading.

Ini pertandingan menarik meski bukan pertandingan besar. Saat pertandingan, komentator beberapa kali menyebutkan nama “Al-Habsi”, penjaga gawang Reading, dan memuji penampilannya. Nama lengkapnya Ali Abdullah Harib Al-Habsi, pemain berkewarganegaraan Oman yang hampir sepuluh tahun ini bermain di Inggris.

Al-Habsi adalah orang pertama dan satu-satunya hingga kini dari kawasan teluk yang pernah bermain di Liga Inggris. Kawasan teluk mengacu pada beberapa negara tajir seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Yaman, dan Oman. Tak heran kalau rakyat di kawasan tersebut, para penggemar bola khususnya, mengelu-elukan nama Al-Habsi dengan menyebutnya sebagai fakhrul Arab ‘kebanggaan Arab’.

Saya mengenal namanya ketika beberapa kali selintas menyaksikan Wigan Athletic pada musim 2010–2011. Barangkali menarik membincang Al-Habsi satu ini saat mendung gelap lebih banyak menghiasi langit kita sekarang ini.

Bagi muslim Indonesia, Al-Habsi (atau juga ditulis “Al-Habsy”) adalah nama yang populer. Nama itu menunjukkan bahwa penyandangnya adalah seorang habib, seorang yang diyakini memiliki hubungan darah secara genetik dengan Nabi Muhammad saw.

Sejak remaja Habib Al-Habsi sudah bermain bola. Awalnya ia bermain sebagai striker, tapi atas saran kakaknya ia berubah ke posisi kiper. Ia bergabung dalam tim U19 Oman ketika berusia 17 tahun. Pelatih Oman, John Burridge, sudah mencium bakatnya pada tahun 2001, tapi karena sulit mendapat izin kerja, ia tidak pindah ke Eropa pada tahap awal kariernya.

Ia telah menjadi pemain langganan timnas Oman dan bermain di Piala Asia AFC 2004, 2007, 2015, serta kualifikasi Piala Dunia FIFA 2006. Al-Habsi juga tampil sebagai kiper utama di empat Piala Teluk berturut-turut. Ia adalah pemegang lebih dari 100 caps untuk timnas Oman.

Sebelum dikenal sebagai pemain bola, Al-Habsi adalah petugas pemadam kebakaran di Bandara Internasional Seeb di Muscat, ibu kota Oman. Dari profesi itu, ungkapnya suatu waktu, ia belajar tentang kesabaran, patriotisme, dan kerja keras.

Sayang ia tidak bermain di klub juara. Jika iya, bisa jadi Al-Habsi akan berkunjung ke Indonesia, berkeliling ke dua-tiga kota, menggelar pertandingan amal bersama klubnya, dan secara pribadi akan memberikan coaching singkat bagaimana menjadi pemain profesional atau menjadi penjaga gawang yang baik. Lalu, para hadirin berebut berfoto dengannya. Itu wajar. Tapi, yang mungkin bikin ia heran, mereka juga berebut menciumi tangannya—karena ia seorang habib.

Mungkin pula ia akan datang ke kantor PBNU, atau ke satu-dua pesantren, bergabung dengan Habib Syech atau Habib Luthfi serta ribuan orang untuk menggelar sholawatan perdamaian, yang mana penggemar sholawat dan penggila bola tak bisa dibedakan lagi. Bisa juga ia diminta membuka dan menonton pertandingan Liga Santri. Dengan sebelum dan sesudah pertandingan lagi-lagi tangannya dikerubuti untuk dicucup.

Publik Inggris mengenal Al-Habsi sebagai muslim yang saleh, dan ia tak pernah menutup-nutupi identitas itu. Dalam suatu wawancara ia mengatakan bahwa iman memainkan peran dalam kariernya. Ia betah di beberapa kota di Inggris yang “kafir” karena melihat dan merasakan toleransi yang demikian kuat. Islam, katanya, juga merupakan agama cinta, toleransi, dan perdamaian.

Di Inggris, ia hidup bersama dua anak dan istrinya yang mengambil kuliah. Seperti banyak pemain bola muslim lainnya, ia secara tidak langsung telah menjadi duta perdamaian di Eropa, khususnya Inggris.

Iklan

Al-Habsi adalah inspirasi bagi banyak anak muda di Teluk, bukan saja dalam hal sepakbola. Baru-baru ini ia membuka sekolah sepakbola di Oman yang dinamai madrastul habsyi likurratil qadam—nama yang di Indonesia bisa dikira sekolah mengaji—dan berharap dari sekolah itu, bukan hanya anak-anak Oman yang bisa bermain bola hingga Eropa, melainkan juga anak-anak teluk. Selain itu, ia juga mendirikan sebuah badan amal yang berkonsentrasi untuk membantu para korban kecelakaan lalu lintas yang angkanya sangat tinggi di Oman.

Andai Al-Habsi bermain di Chelsea, City, atau United (saya tak sebut Liverpool atau Arsenal karena sepuluh tahun terakhir tak pernah juara Premier), mungkin ingatan publik Indonesia, yang mayoritas muslim dan juga penggemar bola, akan diisi pada nama “habib” yang ini, bukan “habib” yang itu. Ya, yang itu.

Sungguh aku demen pada habib ini. Alllahumma shali ala Muhammad!

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: Ali Al-Habsichelseahabibliga inggrissepakbola
Hairus Salim

Hairus Salim

Research Consultant, Writer, Trainer at Yayasan LKiS

Artikel Terkait

Harry Maguire Bek Dungu Manchester United Anti Bullying MOJOK.CO
Esai

Harry Maguire, Bek Dungu Milik Manchester United yang Mengajari Kita Makna Ketahanan Mental dan Cara Melawan Bullying

20 Oktober 2025
Untung Mohamed Salah Nggak Jadi Buruh di Indonesia MOJOK.CO
Esai

Beda Nasib Mohamed Salah dan Pekerja di Indonesia saat Menyuarakan Hak: Menghasilkan Ketimpangan yang Dinormalisasi

6 Januari 2025
Rokok Ilegal identik dengan Liga Inggris, yang Legal Liga Italia MOJOK.CO
Esai

Kenapa, ya, Rokok Legal Identik dengan klub Liga Italia, sementara Rokok Ilegal Lebih Dekat dengan klub Liga Inggris?

9 November 2024
Vidio vs Rp18 Triliun Live Streaming Ilegal Jelang Liga Inggris MOJOK.CO
Esai

Vidio Wajib Cemas. Menjelang Liga Inggris, Keuntungan Live Streaming Ilegal Mencapai Rp18 Triliun!

9 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.