Tantangan untuk Para Selebtwit: Tinggalkan Twitter, Hijrahlah ke Facebook - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Podium
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Podium
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Beranda Esai

Tantangan untuk Para Selebtwit: Tinggalkan Twitter, Hijrahlah ke Facebook

Iqbal Aji Daryono oleh Iqbal Aji Daryono
25 Februari 2015
0
A A
selebtwit
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Dulu kala, selama dua atau tiga tahun, saya seorang pencandu Twiter. Saya punya akun dengan follower terakhir cuma 1200. Tapi selain akun resmi itu, ada beberapa akun rahasia lain yang saya pegang. Tenang saja, bukan akun Jokowi atau Fahri Hamzah atau apa. Cuma akun-akun iseng, tapi cukup kriuk buat amunisi sepak kiri sepak kanan haha.

Dengan kehidupan saya yang berkutat antara ngetwit, kultwit, twitwar, dan kekhusyukan mantengi timeline, saya terkejut sendiri ketika pada sebuah malam yang penuh keagungan akhirnya saya memutuskan pensiun dari Twitter. Saya pun hijrah ke Facebook, sebuah hijrah yang kaffah.

Peristiwa sakral hijrahnya saya meninggalkan Twitter itu tentu dilandasi hidayah Tuhan. Dia Yang Maha Menguasai Dunia Nyata, Dunia Gaib, dan Dunia Cyber itu telah menunjukkan, betapa Twitter membawa mudarat bertumpuk-tumpuk. Nah, ini saya tuliskan sebagian kecil di antaranya.

Twitter memantik obrolan dangkal yang jauh lebih banyak dibanding Facebook!

Begini, Twips. Twitter berlanggam rock, sementara Facebook berlanggam keroncong. Sundari Sukotjo dan Mus Mulyadi jelas terasa lebih kontemplatif ketimbang para personil Deep Purple, misalnya.

Maka kita bisa melihat sendiri, betapa obrolan di Twitter adalah obrolan yang terlalu rancak, saling bersahut, dengan ritme yang sangat cepat penuh dentuman. Irama semacam itu merampas kesempatan kita untuk berpikir matang sebelum mencuitkan sesuatu. Lebih-lebih ketika twitwar. Twitwar pun tumbuh menjadi semacam Cerdas Cermat P4 tapi dalam format tarung bebas ala UFC.

Baca Juga:

download video facebook mojok.co

Enggak Perlu Ribet! Ini 5 Cara Download Video Facebook Tanpa Aplikasi

21 Januari 2023
UGC, Pasar Besar yang Bakal Menjadi Pembeda di 2023 MOJOK.CO

UGC, Pasar Besar yang Bakal Menjadi Pembeda di 2023

29 Desember 2022

Bandingkan dengan Facebook. Di Facebook, sebuah perdebatan bisa berlangsung berhari-hari. Bukan karena berkepanjangan, tapi lebih karena para ‘panelis’ masih memungkinkan untuk pergi makan siang dulu, atau mandi dulu, atau ngerokok dulu, atau sembahyang dulu, sebelum menjawab lawan debatnya. Itu mustahil terjadi di twitwar. Pergi sebentar saja dari twitwar bisa-bisa langsung di-nomensyen: “Aduh, dia ngilang…”.

Memahami gagasan yang utuh lebih enak di Facebook

Twitter memberikan kesempatan yang jauh lebih terbatas ketimbang Facebook untuk merunut suatu gagasan. Sebuah runtutan ide di Twitter akan dengan sangat gampang tertimbun celetukan-celetukan lainnya. Akibatnya, sangat sering terjadi munculnya tanggapan alias reply yang sepotong-sepotong, atas pemahaman teks yang juga sepotong-sepotong. Kebiasaan inilah yang secara signifikan membentuk mental generasi alay dengan kebiasaan memotong-motong. Apanya yang dipotong? Nah, itu kau pikir sendiri lah.

Delusi imam-makmum

Twitter adalah penipu paling ulung, karena dia menenggelamkan kita dalam kubangan delusi, dalam comberan halusinasi. Seorang twip akan mengkhayalkan dirinya setara imam sekte keagamaan, hanya karena dia punya follower 20.000, misalnya. Seolah ke-20 ribu akun itu adalah manusia semua, dan seluruhnya jemaat taat belaka.

Padahal yang terjadi sesungguhnya, ada sekian ribu akun yang mem-follow cuma untuk mencari sisi bolong si ‘imam’. Cuma biar bisa terus stand by, agar selalu siap mem-buli dia. Sekian ribu follower yang lain mem-follow cuma karena politik transaksional. Lihat saja pesan klise ini: “Folbek dong!”. Ya, si follower baru tersebut ngeklik fitur follow cuma karena mau cari follower juga! Lalu setelah terjadi saling follow, sebenarnya siapakah yang jadi imam, siapakah yang jadi makmum? Tak jelas. Tapi masing-masing terus mengimajinasikan diri tengah diikuti barisan prajurit yang setia dan penuh jiwa corsa.

Bandingkan dengan di Facebook. Follower yang asli bisa dipantau dengan simpel lewat jumlah klik jempol pada postingan-postingan. Kalau nggak mau jadi jemaat, ya nggak perlu nge-like. Simpel. Lah, fitur follow di Facebook bagaimana? Ah, itu kan fitur iseng aja. Waktu bikin itu Zuckerberg lagi PMS.

Menjunjung tinggi bahasa persatuan

Twitter adalah musuh besar guru pelajaran Bahasa Indonesia. Bayangkan saja, betapa tak berguna lelah-letih Bu Guru yang mengajarkan penulisan kata yang baik dan benar, ketika dengan alibi keterbatasan karakter lantas kalian dengan semena-mena ngetik “Ksini aj, q lg sndri nie.”

Iya sih, itu sisa-sisa peninggalan tradisi SMS purba. Tapi sejak munculnya hape qwerty, cuma Twitter yang masih secara konservatif menetapkan batasan jumlah karakter. Jadi.. masih ngerasa gahul jadi pasukan Twitter? Plis deeeh..

Tambahan lagi, Twitter pun memporak-porandakan hasil keterampilan mengarang yang telah diajarkan guru Bahasa Indonesia sejak SD hingga SMA. Sebabnya jelas, yaitu karena kalian lebih suka “mengarang” dengan urutan angka-angka di kala kultwit, alih-alih dengan paragraf! Mungkin para selebtwit sudah merasa menulis dengan baik, cuma dengan menyajikan kultwit sehari dua kali. Padahal silakan periksa, mana ada di antara mereka yang masih mengingat teknik organisasi gagasan berupa pemilahan paragraf, kohesi antara satu paragraf dengan paragraf yang lain? Tidak, tidak pernah ada paragraf di Twitter. Menangislah, Bu Guru…

***

Demikianlah. Dengan memahami empat poin saja di antara puluhan kesesatan Twitter, kita dapat langsung menyadari bahwa satu-satunya kelebihan Twitter hanyalah karena suksesnya gelar kopdar paling spektakuler abad ini, antara @redinparis dan @panca666 di Istora Senayan dua pekan lalu.

Maka tinggalkanlah Twitter sekarang juga, hai orang-orang yang menginginkan jalan kebenaran.

Terakhir diperbarui pada 29 April 2019 oleh

Tags: Facebookselebtwittwitter
Iqbal Aji Daryono

Iqbal Aji Daryono

Penulis dari Bantul. Lulusan Sastra Jepang, UGM.

Artikel Terkait

download video facebook mojok.co
Kilas

Enggak Perlu Ribet! Ini 5 Cara Download Video Facebook Tanpa Aplikasi

21 Januari 2023
UGC, Pasar Besar yang Bakal Menjadi Pembeda di 2023 MOJOK.CO
Konter

UGC, Pasar Besar yang Bakal Menjadi Pembeda di 2023

29 Desember 2022
Para Pembersih Video Porno dan Kekerasan yang Ditumbalkan Demi Kita MOJOK.CO
Esai

Para Pembersih Video Porno dan Kekerasan yang Ditumbalkan Demi Kita

13 Desember 2022
Pengguna Twitter Pindah ke Mastodon Mojok.co
Kilas

Pengguna Twitter Pindah ke Mastodon, Apa itu?

21 November 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Palu Arit Anindya Kusuma Putri

Palu Arit Anindya Kusuma Putri

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

selebtwit

Tantangan untuk Para Selebtwit: Tinggalkan Twitter, Hijrahlah ke Facebook

25 Februari 2015
PO Haryanto Bikin Perjalanan Cikarang Jogja Jadi Menyenangkan MOJOK.CO

PO Haryanto Sultan Bantul Bikin Perjalanan Cikarang-Jogja Jadi Sangat Menyenangkan

27 Januari 2023
Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU / satu abad yang Gini-gini Aja MOJOK.CO

Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU yang Gini-gini Aja

28 Januari 2023
Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak yang Dihujat Warganet - MOJOK.CO

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak Surabaya yang Dihujat Warganet

24 Januari 2023
bisnis raffi ahmad mojok.co

Nama-nama Penting di Balik Gurita Bisnis Raffi Ahmad

30 Januari 2023
Mencoba Lawson yang Baru Buka: Oden Enak yang Harganya Nggak Enak Buat UMR Jogja MOJOK.CO

Mencoba Lawson yang Baru Buka: Oden Enak yang Harganya Nggak Enak Buat UMR Jogja

29 Januari 2023
warung madura mojok.co

Tiga Barang Paling Laris di Warung Madura Menurut Penjualnya

27 Januari 2023

Terbaru

penculikan anak mojok.co

Pakar Sebut Teror Politik, Sultan Minta Isu Penculikan Tak Dibesar-besarkan

3 Februari 2023
pesantren waria

Mengenang Sosok Shinta Ratri, Satu-satunya Pemimpin Pesantren Transpuan di Dunia

3 Februari 2023
Lahan Sengketa di Tanah Istimewa

Lahan Sengketa di Tanah Istimewa

3 Februari 2023
Erick Thohir Diasuh Glory Hunter Pange dan Tsamara Amany MOJOK.CO

Mempertanyakan Mesin B.E.D.A Erick Thohir Asuhan Pange dan Tsamara Amany yang Nggak Ada Bedanya

3 Februari 2023
kader PSI

Dara Nasution, Mantan Kader PSI Berlabuh ke Golkar?

2 Februari 2023
Aura Mencekam di Air Terjun Sakral MOJOK.CO

Aura Mencekam di Air Terjun: Seri Horor di Rumah Simbah (Bagian 3)

2 Februari 2023
menikah beda agama MOJOK.CO

MK Tolak Permohonan Nikah Beda Agama, Pupus Harapan Banyak Pasangan

2 Februari 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Podium
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In