ADVERTISEMENT
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Tak Bisakah Bima Arya Belajar dari Romo Mangun?

Arman Dhani oleh Arman Dhani
27 Desember 2014
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Ketika Walikota Bogor Bima Arya mengatakan bahwa tidak ada yang namanya GKI Yasmin, saya teringat sosok Romo Mangun. Ia bersikap jelas ketika harus memilih antara masuk dalam barisan penindas atau duduk bersama mereka yang diabaikan.

Jelas ada yang salah ketika seorang pemimpin tunduk mendiamkan satu kelompok warganya yang diganggu ketika menjalankan ibadah. Ini persoalan mendasar, bagaimana seorang pemimpin bisa menjamin kemakmuran, jika hak warganya menjalankan ibadah saja ia tidak mampu menjamin?

Romo Mangun berdiri dan bersuara untuk Kedung Ombo. Saya kira ia tidak berusaha menjadi superhero di sana. Sikap itu murni karena ia manusia dan selayaknya manusia, Romo Mangun mampu merasakan penderitaan orang-orang di sekitarnya. Kita tahu, pada 1985 pemerintahan Orde Baru berambisi membangun waduk baru di Jawa Tengah. Tujuannya mulia, menampung air untuk kebutuhan 37.500 hektare sawah di sekitarnya dan pembangkit tenaga listrik berkekuatan 22,5 megawatt. Tapi sayang waduk ini harus memakan korban, setidaknya 37 desa di 7 kecamatan di 3 kabupaten, yaitu Sragen, Boyolali, dan Grobogan tenggelam. Sebanyak 5.268 keluarga kehilangan tanahnya akibat pembangunan waduk. Romo Mangun, bersama Romo Sandyawan dan K.H. Hamam Dja’far, mendampingi para warga yang masih bertahan di lokasi, membangun sekolah darurat untuk sekitar 3.500 anak-anak, dan membangun sarana seperti rakit untuk transportasi warga yang sebagian desanya sudah menjadi danau.

Saya membayangkan apabila perstiwa Kedung Ombo difilmkan, sosok Romo Mangun ini akan jadi heroik. Lha piye ndak heroik? Romo yang awalnya hanya ingin membantu warga, malah ketiban apes menjadi target operasi aparat dan beberapa kali dicari serupa maling. Meski awalnya kriwikkan dadi grojogan tapi Romo Mangun jelas pada sikapnya. Ia tidak mencla-mencle atau sekedar bermulut manis. Ia konsisten dengan perjuangannya, meski menyerempet bahaya.

Saat Soeharto berkuasa, Romo Mangun adalah sedikit dari beberapa orang yang berani secara terbuka membantu warga Kedung Ombo. Ketika ia menghimpun bantuan kemanusiaan, Romo pernah ditangkap aparat dan diinterogasi koramil. Tidak hanya itu, konon ia pernah bersembunyi selama seminggu sendirian di tengah waduk karena aparat mencarinya.

Perjuangan itu tentu sia-sia. Pemerintah, dengan segala aparatus, kewenangan, dan kekuasaan yang dimilikinya, mampu mengusir sekian ribu orang itu dari tanah kelahiran mereka. Tapi bukan tentang kekalahan yang mesti kita pahami di sini, bahwa ada sosok seperti Romo Mangunwijaya yang berdiri tegak bersikap membela hak orang-orang yang ditindas. Sesuatu yang mulai susah ditemui dan susah dimiliki oleh orang-orang yang keblinger kekuasaan.

Baca Juga:

Kamu Ingin Tinggal di Kota Bogor? Coba Pikir Lagi! MOJOK.CO

Kamu Ingin Tinggal di Kota Bogor? Coba Pikir Lagi!

3 Maret 2023
Sri Wahyaningsih: Belajar Mandiri Ala Sanggar Anak Alam

Sri Wahyaningsih: Belajar Mandiri Ala Sanggar Anak Alam

8 Januari 2021

Bung Bima Arya toh berhak berkata bahwa GKI Yasmin itu tidak ada. Ia boleh saja mendasarkan diri pada Majelis Gereja Induk dimana GKI Yasmin tergabung. Ia menyampaikan bahwa, jika lokasi di Yasmin terus menimbulkan polemik, majelis menyatakan GKI Pos Yasmin dibubarkan. Bima Arya tidak salah, ia hanya mengambil jalan paling mudah untuk mengatasi masalah yang dialami masyarakatnya. Alih-alih memperjuangkan hak beribadah warganya, Bima Arya meniadakan masalah dengan berlindung dibalik klaim kelompok lain.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan Bima Arya untuk membantu warganya. Romo Mangun turun ke daerah konflik, berbaur korban, mencari tahu kebutuhan mereka lalu memberikan bantuan. Sesuatu yang merepotkan dan buang waktu, memang. Tapi apalah guna menjadi pemimpin jika melindungi hak-hak dasar warganya saja tak bisa?

Bung Bima Arya, seperti yang saya kutip di Tempo, menyebut peribadatan jemaat GKI Yasmin “..mengganggu ketertiban umum dengan beribadah di jalan.” Duh, inikah Bung Bima yang berani mempermalukan banyak penunggak pajak dengan poster dan plang peringatan? Apakah ini Bung Bima yang sama dengan yang secara terbuka mendukung pemilu langsung?

Romo mangun adalah orang yang selalu sumeleh dengan pengabdiannya. Orang yang pernah berkata: “Yaah, itu lah perjuangan. Kalau mau cari yang enak, gak usah ikut berjuang. Wong berjuang kok mau cari yang enak.” Tentu kualitasnya tidak bisa disamakan dengan politisi yang nyalinya ciut dihadapan kelompok puritan. Tapi, mungkin saja, saya masih berharap Bung Bima Arya bisa belajar. Setidaknya belajar untuk berani dan sedikit punya nyali membela hak keyakinan warganya. Saya percaya, Bung Bima adalah sosok yang bisa mendengar dan mengerti keluhan warganya. Bung Bima memiliki kualitas kepemimpinan yang jarang dimiliki pemimpin-pemimpin daerah lain.

Akhirnya saya ingin bertanya kepada Bung Bima, inikah tanah air kita? Inikah tanah air yang kita dambakan? Romo Mangun, dalam Burung-Burung Manyar, menulis: ”Tanah air ada di sana, dimana ada cinta dan kedekatan hati, di mana tidak ada manusia menginjak manusia lain.”

Terakhir diperbarui pada 2 Maret 2021 oleh

Tags: Bima AryaGKI YasminRomo Mangun
Arman Dhani

Arman Dhani

Arman Dhani masih berusaha jadi penulis. Saat ini bisa ditemui di IG @armndhani dan Twitter @arman_dhani. Sesekali, racauan, juga kegelisahannya, bisa ditemukan di https://medium.com/@arman-dhani

Artikel Terkait

Kamu Ingin Tinggal di Kota Bogor? Coba Pikir Lagi! MOJOK.CO
Esai

Kamu Ingin Tinggal di Kota Bogor? Coba Pikir Lagi!

3 Maret 2023
Sri Wahyaningsih: Belajar Mandiri Ala Sanggar Anak Alam
Movi

Sri Wahyaningsih: Belajar Mandiri Ala Sanggar Anak Alam

8 Januari 2021
Cita-cita Kok Jadi Barista, Keren Sih tapi Yakin?
Esai

Mahaberat Hidup Aktivis Mahasiswa Selepas Wisuda

2 Oktober 2018
Esai

6 Tesis Kenapa Tengkorak Orang Kiri Tak Ada di Museum Manusia Purba Sangiran

30 September 2018
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Menertawakan Dakwaan Sesat Ajaran Kanjeng Dimas

Narsisisme Kepedihan, Melankolimania, dan Ikhtiar Menanggalkan Status Jomblo

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Masing-masing kandidat, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto sampaikan janji terpilih sebagai presiden di Pemilu 2024 MOJOK.CO

Silakan Ditandai! Ini Deretan Janji Tiga Bacapres Jika Menang di Pemilu 2024

23 September 2023
menentukan ukuran kondom. MOJOK.CO

Panduan Menentukan Ukuran Kondom dan Jenisnya, Salah Pilih Bisa Berakibat Fatal

17 September 2023
Cara Membuat Donat Enak, Empuk, dan Mengembang Seperti Donat J.CO MOJOK.CO

Cara Membuat Donat Enak, Empuk, dan Mengembang Seperti Donat J.CO

19 September 2023
Sama-sama Hijau, Mengapa Caleg PKB di Pasuruan Pilih Bumble daripada MiChat untuk Cari Dukungan? MOJOK.CO

Sama-sama Hijau, Mengapa Caleg PKB di Pasuruan Pilih Bumble daripada MiChat untuk Cari Dukungan?

17 September 2023
iPhone 15 Terlihat Menjanjikan, tapi Apakah Layak untuk Dibeli? MOJOK.CO

Meski Menjanjikan, Apakah Hape Mahal Bernama iPhone 15 Memang Layak untuk Dibeli?

18 September 2023
Menelusuri Sejarah UGM, Kampus Swasta yang Berubah Status Menjadi Negeri MOJOK.CO

Menelusuri Sejarah UGM, Kampus Swasta yang Berubah Status Menjadi Negeri

20 September 2023
Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJAYA) Yogyakarta: Profil Lengkap, Jurusan, Alamat, dan Lain-lain MOJOK.CO

Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJAYA) Yogyakarta: Profil Lengkap, Jurusan, Alamat, dan Lain-lain

18 September 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In