Super Junior, BTS, sampai EXO dan Gejala Bandingkan Kpop Zaman Dulu Lebih Baik - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Super Junior, BTS, sampai EXO dan Gejala Bandingkan Kpop Zaman Dulu Lebih Baik

Esty Dyah Imaniar oleh Esty Dyah Imaniar
4 September 2018
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

 MOJOK.CO – Fans BTS dan EXO yang mau belajar menyukai Super Junior saat Closing Ceremony Asian Games 2018 kemarin keren sekali. Aksi mereka redakan post-power-syndrome para Kpopers senior.

Saya heran ketika belakangan beberapa teman Generasi Z kenal Super Junior. Ah, rupanya karena Super Junior diundang untuk Closing Ceremony Asian Games 2018 kemarin. Sebagai fans KPop, para anak generasi Bangtan Boys (BTS) dan EXO itu bahkan mau belajar mencintai Super Junior yang menurut saya atmosfer musiknya beda sama KPop zaman sekarang.

Yang dilakukan para Exol dan BTS Army itu keren sekali. Tidak gampang lho berkenalan apalagi menyukai sesuatu yang sering dibandingkan dengan idola mereka sebagai yang “lebih baik, lebih KPop, lebih berkualitas”.

Generasi Y (milenial) macam saya berkenalan dengan KPop melalui boy band atau girl band seperti Super Junior, DBSK, Big Bang, SNSD, 2NE1, SHINee. Sedangkan Generasi Z saat ini biasanya berkenalan dengan KPop pertama-tama melalui BTS, EXO, atau BlackPink.

Kalau kalian cukup luang, silakan streaming MV Debut masing-masing grup itu di YouTube. Maka akan kalian temukan perbedaan “warna musik” yang cukup signifikan antara KPop era Gen-Y dan Gen-Z. Kalaupun ada kesamaan, biasanya lebih berdasarkan “aliran” perusahaan yang menaungi (SuJu dengan EXO dari SM, 2NE1 dengan BlackPink dari YG).

Baca Juga:

Jika 7 Member BTS Jadi Superhero Marvel

Kuis Mojok: Tes Wawasan BTS

Ledek Army karena Ngotot Beli BTS Meal? Dih, Generasi Lama Kok Pada Nggak Sadar Diri

Banyak analisis soal perbedaan warna musik lintas generasi KPop ini, dan tentu saja setiap masa punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tapi sepanjang pengamatan terbatasku di dunia KPop, komentar miring lebih sering diutarakan para KPoper generasi milenial (termasuk saya) terhadap KPoper zaman sekarang.

Menurut KPoper milenial, kualitas vokal member BTS/EXO tidak sebagus SuJu/BigBang sebab sudah banyak filter dan digitalisasi. Konsep MV (music video) mereka pun nggak banyak yang bercerita seperti KPop zaman dulu (biasanya satu lagu memiliki dua versi MV; dance version dan storyline version). Itu belum lagi soal proporsi “edit wajah” tiap personil.

Nah, penyakit membandingkan zaman sendiri dengan zaman orang lain seperti ini, pada tahap tertentu bisa sangat menyebalkan. Generasi yang lebih baru, lebih muda, seringkali dianggap “selalu ada yang kurang” bagi generasi yang merasa lebih senior. Tentu saja ini nggak hanya terjadi di dunia KPop yang fanbase-nya cukup fanatik. Cukup amati saja kelakuan para sesepuh dengan post-power-syndrome di Fesbuk.

“Penulis zaman sekarang nggak mutu semua, analisisnya dangkal, temanya remeh temeh banget. Nggak kayak zamanku dulu.”

“Musisi zaman sekarang cengeng, apaan, cinta-cintaan mulu. Nggak berani mengkritik pemerintah, cuma ngejar popularitas. Nggak kayak zamanku dulu.”

“Apaan nih kualitas pemuda zaman sekarang. Bisanya mainan internet. Kasian banget Bung Karno kalau tahu 10 pemuda sekarang bisanya menggoncang hape cuma buat dapat bonus olshop.”

Blah blah blah.

Seseorang yang masa jayanya berlalu tapi belum bisa move on, biasanya memang selalu caper dengan cari-cari panggung. Paling mudah dengan mengomentari kualitas “zaman sekarang” berbeda dengan “zaman dulu”.

Di zaman saya dulu, prestasi olahraga lebih baik. Di zaman saya dulu, harga BBM nggak rajin naik. Di zaman saya dulu, anak pejabat nggak bisa nitip posisi. Kalau kata penganut post-power-syndrome akut, “Piye, isih penak jamanku to?”

Padahal bukan berarti yang zaman sekarang pasti lebih buruk seratus persen. Sebagai anak muda saya percaya kebijaksanaan orang tua selalu dibutuhkan pada setiap zaman. Tapi hanya orang tua yang bijak lah yang mau memberi ruang dan waktu kepada generasi “zaman sekarang” untuk memberikan pembuktian kualitas mereka sesuai standar dan kebutuhan zaman sekarang, bukan pakai standar zaman dulu terus-menerus.

Pemuda zaman sekarang mungkin cuma bisa mainan YouTube, bukan angkat bambu runcing. Tapi ya hellaw~ siapa yang masih perang pakai bambu runcing di zaman sekarang? Di zaman digital ini, perang konten justru lebih urgent didalami para pemuda kalau beneran ingin terjun memberi “suara baik” di tengah banjir informasi.

Penulis zaman sekarang mungkin nggak sedalam dulu, tema yang diangkat cuma curhatan remeh temeh sehari-hari, nggak ngomongin urusan bangsa negara kayak penulis zaman dulu. Tapi pada era digital saat ini, penggiringan opini publik dengan pendekatan personal seperti itu justru banyak dilakukan. Kalau istilah (sok) kerennya, ini tentang personal is political, konsep yang sebenarnya sudah lama banget dipakai gerakan perempuan gelombang kedua.

Ada hal-hal baru yang menurut kita kurang greget, kurang berkualitas, kurang gagah, kurang bermakna, padahal sebenarnya karena kita kurang mau mengenalnya. Kita tidak akan bisa menilai keindahan komodo jika di mata kita hanya ada dinosaurus. Untuk mau mengenal hal-hal baru dari generasi yang berbeda, sebenarnya kita hanya perlu berbesar hati melepas kacamata zaman kita.

Hebatnya, para KPoper Generasi Z justru mencontohkan teladan kebesaran hati itu. Mereka para fans BTS dan EXO yang sering dianggap nggak benar-benar ngerti KPop oleh para seniornya, justru mau mengunjungi masa lalu dan berkenalan dengan grup-grup senior untuk kemudian mulai mencintai KPop zaman itu, tanpa lantas harus membenci KPop zaman sekarang. Mereka pun mau berbesar hati mengakui kalau SuJu itu keren, meskipun BTS juga keren. Daebak lah, KPoper Gen-Z ini!

Seandainya saja generasi masa lalu juga mau berbesar hati mengunjungi masa sekarang dan berkenalan dengan apa-apa yang kadung mereka benci tanpa benar-benar mengetahui, alangkah lebih bahagianya hidup mereka.

Tapi ya kejayaan sejarah dan masa lalu memang paling nyaman diingat sebagai tempat kembali. Meskipun kita tahu pasti tidak akan bisa kembali menghidupi zeitgeist yang sama pada masa berbeda.

Terakhir diperbarui pada 4 September 2018 oleh

Tags: 2NE1asian games 2018Big BangBTSclosing ceremony asian games 2018DaebakDBSKEXOkpopkpoperspost-power-syndromeSHINeeSMSNSDSujuSuper Junior
Esty Dyah Imaniar

Esty Dyah Imaniar

Artikel Terkait

ilustrasi Jika 7 Member BTS Jadi Superhero Marvel mojok.co

Jika 7 Member BTS Jadi Superhero Marvel

18 Oktober 2021
senam otak bts

Kuis Mojok: Tes Wawasan BTS

6 Oktober 2021
Ledek Army karena Ngotot Beli BTS Meal? Dih, Generasi Lama Kok Pada Nggak Sadar Diri

Ledek Army karena Ngotot Beli BTS Meal? Dih, Generasi Lama Kok Pada Nggak Sadar Diri

10 Juni 2021
Young Lex Bukan Plagiat Karya Lay EXO, Blio Cuma Bikin Versi ‘Low Budget’ Aja

Young Lex Bukan Plagiat Karya Lay EXO, Blio Cuma Bikin Versi ‘Low Budget’ Aja

10 Maret 2021
Spotify Ditinggal dan Pindah Youtube Music Gara-gara Lisensi? Ratusan Lagu KPop dari Label Kakao M Hilang dari Spotify! Krezi! MOJOK.CO

Spotify Ditinggal dan Pindah YouTube Music Gara-gara Lisensi? Ratusan Lagu KPop dari Label Kakao M Hilang dari Spotify! Krezi!

1 Maret 2021
Drama Bu Risma lan Sinetron KPop Indosiar Tetep Ora Bisa Sedahsyat ‘Ikatan Cinta’ MOJOK.CO

Drama Bu Risma lan Sinetron KPop Indosiar Tetep Ora Bisa Sedahsyat ‘Ikatan Cinta’

9 Januari 2021
Pos Selanjutnya
yasmin winett

Mengenal Yasmin Winnett, Perempuan Inggris yang Mendirikan Sekolah Gunung Merapi

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Super Junior, BTS, sampai EXO dan Gejala Bandingkan Kpop Zaman Dulu Lebih Baik

4 September 2018
baskara aji mojok.co

Soal Jam Malam, Sultan Minta Menyeluruh di Jogja

24 Juni 2022
Garuda Pancasila, Sudharnoto

9 Fakta Pencipta Lagu Garuda Pancasila yang Tersingkir dari Sejarah

26 Juni 2022
Kasman Singodimedjo tagih janji ke Sukarno sial Piagam jakarta

Kasman Singodimedjo, Menagih Janji 7 Kata Piagam Jakarta pada Sukarno

26 Juni 2022
Teror Pulung Gantung: Air Mata dan Seutas Tali Pati di Pohon Jati MOJOK.CO

Teror Pulung Gantung: Air Mata dan Seutas Tali Pati di Pohon Jati

23 Juni 2022
Makan Bersama di Tepikota, kuliner jawa timur di Yogyakarta

Minggu Bersama di Tepikota, Menikmati Kuliner Jawa Timur di Jogja

25 Juni 2022
money heist korea mojok.co

Money Heist Korea Diluncurkan, Ini 3 Hal yang Membedakan dengan Film Aslinya

24 Juni 2022

Terbaru

Yuna Pancawati mojok.co

Pedagang Pusing, Beli Minyak Goreng Curah Pakai PeduliLindungi

29 Juni 2022
Pertamina dan aplikasi MyPertamina yang bikin ribet rakyat kecil! MOJOK.CO

MyPertamina dan Logika Aneh Pertamina: Nggak Peka Kehidupan Rakyat Kecil!

29 Juni 2022
Wakil Presiden Ma'ruf Amin dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh berbicara dalam konferensi pers di kantor MUI Jakarta, Selasa (28/6/2022). (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

MUI Siapkan Fatwa, Penggunaan Ganja untuk Medis Dianggap Penting

29 Juni 2022
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) DKI Jakarta Benni Aguscandra ditemui usai menghadiri seminar ekonomi bisnis di Jakarta, Selasa (28/6/2022). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna

Penyimpangan Izin Holywings Buat Usaha Lain Cemburu

28 Juni 2022
Tjipto Mangoenkoesoemo: Jurnalis dan Dokter Radikal Anti Raja dan Anti Kolonial

Tjipto Mangoenkoesoemo: Jurnalis dan Dokter Radikal Anti Raja dan Anti Kolonial [Bag.1]

28 Juni 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In