Pak Ical sehat?
Sengaja saya mengawali tulisan ini dengan pertanyaan itu. Bukan berbasa-basi, sekali-sekali bukan. Saya hanya ingin tahu tentang kesehatan Bapak di hari-hari yang gaduh ini. Saya membayangkan pasti berat sekali rasanya menjadi ketua umum partai besar, pemenang kedua pemilu 2014. Apalagi belakangan, konflik menjelang Musyawarah Nasional Partai Golkar semakin memanas.
Melihat berita-berita di media yang Bapak miliki, entah kenapa, saya suka. Hampir semuanya memberitakan secara positif mengenai persiapan Golkar menjelang Munas yang katanya akan diselenggarakan di Bali. Saya menangkap optimisme dari berita-berita itu. Sebab dari sana kelihatan, rasa-rasanya Bapak akan menjadi ketua umum untuk kali kedua. Tentu sebuah prestasi yang membanggakan ya, Pak.
Menjadi ketua umum partai politik adalah idaman semua politisi. Ketua partai adalah hierarki tertinggi jika Anda masuk politik praktis. (Eh, kecuali partai yang ada dewan syuro-nya ding). Betul kan, Pak? Menjadi ketua partai derajatnya bahkan lebih tinggi daripada menjadi presiden.
Lihat saja itu Jokowi. Meski sudah menjadi presiden, dia cuma dianggap anak kos di partainya sendiri. Bahkan sampai sekarang tetap dianggap sebagai petugas partai. Berarti lebih tinggi ketua partai, kan, daripada presiden? Tentu Bapak sudah tahu jawabannya.
Apalagi, banyak juga contoh orang yang bertahan lama menjadi ketua partai. Tahun 2013, seorang Susilo Bambang Yudhoyono, yang sudah sembilan tahun menjadi presiden di republik, pun masih mau menjadi ketum partainya. Atau contoh juga Ibu Megawati Sukarnoputri, mantan presiden yang sampai tahun ini sudah 15 tahun menjadi ketum PDI Perjuangan.
Dengan terus menjadi ketua partai, Bapak adalah negawaran sejati. Megawati saja dianggap negarawan karena memutuskan tidak maju sebagai calon presiden dan menyuruh Jokowi yang maju. Saya kira, Bapak jauh lebih berprestasi ketimbang Megawati. Bayangkan, di periode pertama Bapak menjadi ketum Golkar saja, Bapak bisa menjadi kunci di dua periode pemerintahan yang berbeda.
Waktu pemerintahan SBY, Anda menjadi koordinator Sekretariat Gabungan koalisi partai-partai pemerintah. Dan sekarang, di masa pemerintahan petugas partai, Anda ibarat oli yang menggerakkan roda Koalisi Merah Putih. Tentu saya percaya, di tahun 2015, ketika pemilihan kepala daerah dilangsungkan serentak, atas restu Bapak, KMP di daerah akan menjadikan kader Golkar pemimpin-pemimpin daerah.
Elektabilitas dan popularitas Bapak yang rendah, waktu zaman maraknya survei jelang pemilihan presiden 2014, juga membuktikan bahwa Anda didukung mayoritas rakyat Indonesia. Mereka tidak ingin Anda menjadi presiden, yang artinya lebih memilih Anda tetap menjadi ketua umum partai. Karena itu, saya kira sudah benar langkah Bapak mempertahankan kursi kekuasaan di tubuh partai beringin ini.
Caranya, ya tetap dengan menggelar Munas di Bali secepatnya. Jangan nunggu tahun depan.
Tapi dengan konflik yang semakin membesar, Bapak harus hati-hati. Jangan sampai ikut genderang perang musuh. Saran saya, kalau Bapak tetap ingin menjadi ketua umum lagi, persiapkan beberapa hal berikut.
Siapkan palu sidang yang banyak
Pak Ical, kita semua tahu, di Golkar banyak sekali kader yang ketika mahasiswa berasal dari organisasi-organisasi ekstrakampus. Bapak tahu cara mereka ketika berkongres memilih ketua? Uh. Panas. Kursi melayang. Gelas pecah. Ban dibakar. Kepala dipukul. Dan seterusnya.
Tapi itu soal kecil saja, Pak. Yang berbahaya kalau palu sidang dicuri, itu akan membuat sidang tidak bisa dilanjutkan. Masalahnya, itu salah satu rahasia utama yang diajarkan para senior untuk membuat sidang menjadi deadlock. Jadi, Pak, biar tidak terjadi hal semacam itu, Anda mesti siap-siap palu sidang yang banyak. Ya, minimal dua lah. Jangan sampai kejadian juga seperti waktu Ceu Popong memimpin sidang MPR/DPR beberapa waktu lalu itu.
Kalau palu sidang sampai hilang, bagaimana Bapak bisa menjadi ketua lagi?
Manfaatkan stasiun televisi yang anda punya
Anda pasti ingat momen ketika Anda bersama anggota KMP bersujud merayakan kemenangan Prabowo Subianto sebagai presiden? Momen itu ditayangkan secara langsung di stasiun televisi yang Anda miliki. Dan apa yang terjadi? Prabowo justru kalah. Semua quick count lembaga survei yang ditayangkan di stasiun televisi Anda justru tidak terbukti.
Nah, saran saya, biarkan stasiun televisi yang Anda miliki memberitakan bahwa anda kalah di Munas yang akan dilaksanakan di Bali besok, jangan lupa siapkan gugatan ke MK. Biasanya sih stasiun televisi anda anti-mainstream, yang terjadi justru sebaliknya.
Begitu Anda terpilih lagi, saya sarankan untuk mengganti tagline stasiun televisi Anda itu menjadi “terdepan mengaburkan”.
Ganti nama panggilan Anda
Ini serius. Dalam bahasa jawa, Ical itu berarti hilang. Dalam strategi marketing politik yang saya pelajari selama kuliah, asosiasi dengan hal yang negatif itu tidak bagus, Pak. Tapi ya jangan juga lantas diganti jadi ARB. Siapa sih agency yang menyarankan Bapak memopulerkan panggilan itu? Itu kan panggilan yang Orde Baru sekali pak. Tidak akan disukai anak-anak muda kekinian.
Saran saya, Bapak ganti nama panggilan menjadi Aburiba. Kalau Joko Widodo jadi Jokowi, Aburizal Bakrie harus jadi Abuba dong. Selain terdengar lebih familiar, juga terdengar kenyal, empuk dan menggairahkan.
Jangan lupa, bikin slametannya di Maldives alias Maladewa. Bawa boneka Teddy Bear lebih disarankan.
Kampanye di media sosial
Kalau Anda mengikuti informasi, tentu tahu bahwa peran media sosial dalam jagat politik Indonesia kontemporer telah menjadi vital. Media sosial telah menciptakan nabi-nabi baru yang memiliki umat ribuan. Beberapa hari yang lalu umat salah satu nabi telah terbukti membuat situs ini down, Pak. Karena itu, saran saya, Bapak minta bantuan para pakar termasuk selebtwit untuk berkampanye di media sosial.
Bapak kan punya banyak musuh tuh. Paling tidak ada 7 calon ketua umum lain. Nah, citrakan bahwa Bapak betul-betul terzalimi. Mmm.. tapi ya pastikan buzzer-buzzer Anda itu memiliki umat ribuan. Kalau di twitter, rekomendasi saya, Anda pakai jasa Jonru dan Arman Dhani, agar bisa memastikan sampai bikin trending topic macam #ShameOnYouSBY. Atau kalau update status di facebook ya minimal di-like ribuan orang, untuk tugas berat ini Anda bisa percayakan kepada mega-seleb-facebook: Iqbal Aji Daryono.
Bayangkan, umat para nabi itu akan menjadi umat Anda juga. Mereka akan menerima Anda tanpa reserve, tanpa mikir, yang penting share dan eksis.
Ingat, Pak, revolusi zaman sekarang digerakkan selebtwit.
Saya kira empat itu dulu, Pak, saran saya. Yang lain menyusul ya. Maaf kalau melantur kemana-mana.
Oh iya, langkah Bapak menjadikan Nurdin Halid sebagai ketua Steering Committe Munas adalah langkah yang tepat dan jenius. Beliau sudah teruji di organisasi seperti PSSI. Bahkan sampai membawa organisasi tersebut jadi sorotan internasional lho, Pak. Dan meski sudah tidak menjadi ketua PSSI, sampai saat ini pun prestasi tim nasional sepakbola kita tetap konsisten, Pak. #Salut
Begitu saja dari saya, Pak. Tetap sehat tetap semangat.