Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Pendidikan Seks dan Cermin Kelakuan Kita

Diana Nurwidiastuti oleh Diana Nurwidiastuti
24 Februari 2017
A A
Dibanding Finlandia atau Jepang, Standar Mutu Pendidikan di Indonesia Sebenarnya Tak Selalu Lebih Ambyar

Dibanding Finlandia atau Jepang, Standar Mutu Pendidikan di Indonesia Sebenarnya Tak Selalu Lebih Ambyar

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Jagat maya yang agak tenang pasca putaran pertama Pilkada Jakarta, kini dihebohkan dengan beberapa foto cuplikan isi sebuah buku anak yang diduga mengandung unsur pornografi. Buku berjudul “Aku Berani Tidur Sendiri, Aku Belajar Mengendalikan Diri” yang ditulis oleh Fita Chakra ini sukses menuai caci-maki di media sosial karena menggambarkan adegan seorang anak laki-laki yang memainkan kemaluannya. Tudingan bahwa buku ini menyesatkan, mengajarkan anak untuk masturbasi, hinggga cacian bahwa penulis tak tahu diri juga sudah banyak mengisi dinding media sosial. Namun, seberapa banyak netizen yang sudah pernah membaca keseluruhan isi bukunya?

Tiga Serangkai, selaku penerbit, akhirnya meminta maaf melalui akun resmi Facebook-nya dan menarik buku ini dari peredaran. Mereka menyatakan bahwa sebenarnya buku ini ditujukan untuk membantu orang tua menjelaskan pada anak-anak tentang pentingnya melindungi diri. Kalau kita lihat isi bukunya secara keseluruhan, memang akan digambarkan tentang bahayanya memainkan kelamin, serta hal-hal apa yang bisa dilakukan saat anak merasa bosan. Tips bagi orang tua juga disertakan. Namun, publik kadung marah, dan penerbit tentu tak mau ambil risiko sehingga tetap menarik peredaran buku ini.

Penarikan ini sebenarnya sudah dilakukan sejak Desember 2016, tapi memang isunya baru heboh belakangan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi, dan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Asrorun Ni’am, menilai langkah tersebut belum cukup, dan memastikan akan memberi sanksi pada penerbit. Alasannya, ada konten yang dianggap akan mendorong penyimpangan seksual pada anak.

Pertanyaan usil saya, apakah anak laki-laki yang masturbasi merupakan ciri penyimpangan seksual?

Saya rasa, fitrah seksual pada anak justru harus dibicarakan secara terbuka. Terlepas dari masalah buku tersebut yang dirasa belum cocok untuk anak usia tertentu, pendidikan seksual bagi anak harusnya jadi perhatian kita bersama.

“Pendidikan seksual harusnya bukan lagi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan dengan anak.”

Entah sudah berapa banyak orang yang bilang begitu, tapi rasanya juga masih banyak sekali orang yang keliru. Pendidikan seksual itu bukan tentang bagaimana cara berhubungan seks, cara masturbasi, atau bagaimana cara agar tidak hamil. Ada banyak sekali literatur yang bisa kita baca terkait hal ini, dan bagaimana cara menyampaikannya sesuai dengan usia anak. Sifat dasar anak-anak yang serba penasaran dengan berbagai hal, memang menguji para orang tua (dan dewasa) untuk bisa selangkah lebih maju. Kita harus siap menjawab setiap pertanyaan dengan bijak, dan menyediakan stok sabar yang lebih banyak. Tanggung jawab kita sebagai orang tua adalah memberikan pemahaman pada anak tentang bagian tubuh mereka, dan bagaimana seharusnya mereka memperlakukannya.

Kita harus berani menyatakan: anakku, tanggung jawabku. Jangan cuma bilang “Jaman sayaSD dulu, saya cuma bisa main layangan, nggak kayak anak jaman sekarang, SD kok udah pacaran!”.

Helloooow… Jaman kita SD dulu, listrik aja masih byar pet. Mainan layangan karena lahan masih luas, lapangan masih ada. Boro-boro handphone, gimbot aja masih nyewa. Intinya, udah beda jaman.

Jaman dulu, lihat foto cewek berbikini aja sudah panas-dingin. Gimana kalau dulu kita dilempar ke jaman sekarang yang tinggal klik bisa langsung lihat video porno gratisan? Pasti kita sudah mimisan berkali-kali.

Kita murka ketika kasus pencabulan anak terkuak. Yang bisa kita lakukan hanyalah menghujat para pelakunya dan meminta pelaku agar dihukum mati. Hanya sedikit sekali yang kemudian menyoal pengetahuan anak tentang pencabulan itu sendiri. Apakah anak tahu bagian tubuh mana saja yang boleh dipegang orang lain? Apakah anak tahu caranya melindungi dirinya sendiri? Bagaimana dengan anak-anak berkebutuhan khusus? Atau kemudian, apa yang harus dilakukan untuk memulihkan trauma anak korban pencabulan?

Kita ramai-ramai marah saat ada kasus pemerkosaan, apalagi pelakunya keroyokan. Berapa banyak dari kita yang kemudian memberikan dukungan nyata pada korban, bukan hanya dengan menyumbang tanda tangan? Berapa banyak kasus yang tidak diungkap dengan alasan malu? Berapa banyak yang kemudian diselesaikan dengan cara “kekeluargaan”? Pernahkah kita membayangkan harus hidup bersama orang yang memperkosa kita?

Kita sibuk menyinyiri anak-anak yang pacaran dan memanggil papa-mama, kemudian berlagak jadi Tuhan dengan bilang masa depan mereka pasti akan suram. Tapi, berapa banyak dari kita yang acuh pada kondisi anak tersebut? Apakah ayah dan ibunya ada di rumah? Apakah keluarganya rukun? Apa mereka mendapat kasih sayang yang cukup dari keluarga sehingga tak perlu lagi mencarinya dari orang lain? Apakah orang-orang di sekitarnya menunjukkan ungkapan kasih sayang dengan tepat? Apakah kita, ya, kita, tidak pernah menunjukkan asyiknya pacaran sehingga mereka merasa itu keren dan kekinian?

Ketidakacuhan kita terhadap lingkungan sekitar juga patut dipersalahkan. Alih-alih mengomel bahwa anak jaman sekarang nggak bisa lepas dari gadget, kita bisa mulai meletakkan gadget kita dan mengajak anak-anak untuk bermain.

Iklan

Lho, jangankan anak, pacar saja aku tak punya…

Nggak usah banyak alasan. Kamu bisa ajak keponakan, tetangga, adik gebetan, atau siapapun. Kenalkan mereka pada indahnya alam, asyiknya membaca buku, serunya nyuci motor, masak telur dadar paling enak sedunia, dan hal-hal seru lainnya. Ajak teman-temanmu bikin taman baca kecil, sesekali bantu mereka mengerjakan PR. Tumbuhkan kepercayaan diri mereka untuk menceritakan hal-hal yang mereka alami, dan selipkan pengetahuan tentang cara melindungi diri.

Kita sering merutuki dunia yang rasanya makin liar tak terkendali, padahal kendali itu ada di tangan kita. Kita sering merasa kelakuan anak sekarang makin tak karuan, padahal sebagai orang dewasa, kita juga sama tak karuannya. Anak-anak adalah peniru yang ulung. Jadi, kalau kita gerah lihat kelakuan mereka, mungkin kita perlu mengambil kaca.

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: anak-anakkeluargapencabulanpendidikan seks
Diana Nurwidiastuti

Diana Nurwidiastuti

Artikel Terkait

Sisi Gelap Sebuah Pesantren di Tasikmalaya: Kelam & Bikin Malu MOJOK.CO
Esai

Sisi Gelap Sebuah Pesantren di Tasikmalaya: Mulai dari Pelecehan Seksual Sesama Jenis, Senioritas, Kekerasan, Hingga Senior Memaksa Junior Jadi Kriminal

9 September 2025
Tupperware.MOJOK.CO
Ragam

Krisis Tupperware Membuat Emak-emak Khawatir, Stok Botol Baru Masih Banyak di Gudang

10 Januari 2024
Rasanya Jadi Anak Perempuan Bungsu di Keluarga Jawa, Muslim Taat, dan Sedikit Patriarki MOJOK.CO
Kilas

Rasanya Jadi Anak Perempuan Bungsu di Keluarga Jawa, Muslim Taat, dan Sedikit Patriarki

13 Oktober 2023
Nggak Pernah Ada yang Bilang Jadi Anak Perempuan Pertama, Piatu, dan di Rumah Saja Itu Seberat Ini MOJOK.CO
Kilas

Nggak Pernah Ada yang Bilang Jadi Anak Perempuan Pertama, Piatu, dan di Rumah Saja Itu Seberat Ini

7 Oktober 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.