Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Sepatu, Jam, dan Pesawat Paus Fransiskus Adalah Simbol Kemanusiaan

Paksi Raras Alit oleh Paksi Raras Alit
5 September 2024
A A
Paus Fransiskus Adalah Simbol Kemanusiaan MOJOK.CO

Ilustrasi Paus Fransiskus Adalah Simbol Kemanusiaan MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Momentum “kesederhanaan” Paus Fransiskus

Ada satu hal sangat mencolok yang sebenarnya menjadi premis tulisan ini. Tentang momentum yang sangat pas untuk mengejek kelakuan sewenang-wenang penguasa kita. 

Yang saya maksud adalah fakta bahwa Paus Fransiskus naik pesawat komersil dari Italia ke Indonesia. Beliau datang bersama rombongan Vatikan dan media undangan. Entah sengaja atau tidak, tapi realita ini jelas sangat pas dengan hebohnya kasus pesawat jet pribadi Sang Pangeran negara kita.

Meskipun, kemarin sang raja lantas merespons sikap Paus Fransiskus dengan ikut-ikut naik Innova sebagai kendaraan resmi kepresidenannya. Banyak warganet yang mencemooh langkah presiden ini dengan stempel pencitraan, cuma copy-paste, atau memanfaatkan apa yang sedang viral. 

Yah, seperti kebiasaan latah pejabat-pejabat kita. Ibarat pepatah Jawa, “Becik ketitik ala ketara”, pencitraan Innova ini hanya dinilai setitik oleh warganet. 

Tapi, kita harus adil, bukan? “Kebaikan” setitik yang dilakukan Jokowi ini juga tetap harus dihargai. Meskipun akhir-akhir ini masyarakat melihat dengan mata telanjang dipertontonkan aneka (“ala”) keburukannya. Sepesimis apapun, harapan tetap harus ada. Semoga saja langkah Jokowi naik Innova itu bukan hanya karena kunjungan Sri Paus saja, tapi berlaku seterusnya dan dicontoh para pejabat berikutnya. 

Paus Fransiskus Mewartakan Kemanusiaan

Paus Fransiskus memang dikenal dekat dan peka dengan krisis kemanusiaan, terutama akan masalah kemiskinan. Sejak sebelum diangkat menjadi Sri Paus, dikisahkan bahwa Jorge Mario Bergoglio (nama asli saat masih menjadi Kardinal di Argentina) banyak terlibat di kegiatan kemanusiaan. 

Beliau dianggap sebagai ‘Paus-nya orang miskin di Argentina’, yang selalu peduli dengan pengangguran, kelaparan, pengasingan, dan peperangan. Bahkan ketika terpilih, beliau memilih nama Fransiskus yang terinspirasi dari Santo Fransiskus dari Assisi di Italia. 

Santo ini adalah pelindung bagi orang miskin. Dikisahkan, sekitar tahun 1200-an, Fransiskus meninggalkan segala harta benda dan kemewahan hidupnya. Beliau menyumbangkan semuanya untuk masyarakat miskin. Nilai kemanusiaan Santo Fransiskus tersebut diteladani oleh Sri Paus hari ini sebagai gelar kepausannya.

Kesederhanaan tersebut merupakan nilai kemanusiaan yang sangat layak untuk dicontoh oleh semua manusia. Paus Fransiskus menunjukkan ajaran urip prasaja dalam protokoler perjalanannya. 

Kesederhanaan itu pernah diungkapkan oleh Romo Magnis-Suseno. Dalam iman yang mereka yakini, ketidakmelekatan dan bahkan kemelaratan itu adalah konsekuensi yang harus dilakoni pemimpin agama mereka.

Menjunjung tinggi etika, martabat, dan kepekaan sosial

Dari kunjungan singkat Paus Fransiskus ini kita bisa memetik ajaran bahwa etika, martabat, kepekaan sosial, tetap harus dijunjung tinggi. Kita juga bisa belajar bagaimana sebuah kekuasaan tidak menyilaukan manusia. 

Kalau dipikir-pikir, Sri Paus berhak saja meminta segala riders mewah dalam kehidupannya. Toh, Vatikan sangat kaya dan mampu menyediakan segalanya. Tetapi, bukan itu yang dipilihnya. Sri Paus tidak keladuk dan silau oleh takhta kekuasaanya.

Ini adalah pelajaran kemanusiaan yang sangat berharga bagi bangsa ini. Di tengah pertunjukan kesewenangan dan kemewahan oleh para pemimpin bangsa saat ini, saat angka kemiskinan di Indonesia masih sangat tinggi, Sri Paus dikirim Tuhan untuk membuka hati dan mewartakan etika kemanusiaan pada negara kita.

Paus Fransiskus menunjukkan simbol-simbol kemanusiaan untuk mengembalikan lagi martabat politik demokrasi bangsa ini. Karena telah lama Indonesia kehilangan sosok-sosok yang bisa mengajarkan kita menjadi manusiawi. 

Iklan

Meminjam pikiran Budiman Tanuredjo, bahwa kita mengalami krisis keteladanan karena bangsa ini kehilangan sosok seperti Hatta, Agus Salim, Nurcholish Madjid, Buya Ahmad Syafii, Gus Dur, IJ Kasimo, yang dahulu senantiasa mengajarkan kehidupan bermartabat. Kita beruntung Sri Paus datang di saat yang tepat.

Meskipun, bagi sebagian kita barangkali masih sukar meneladani sikap dari orang yang berbeda agama. Atau bahkan dari pemimpin agama lain. Banyak dari kita masih terbelenggu pemikiran sempit yang selalu meributkan agama dengan sentimen berlebihan. 

Namun, ini adalah pelajaran tentang manusia dan kemanusiaan. Bukan tentang mazhab atau hukum agama yang bagi beberapa orang no debat. Ini adalah belajar menjadi manusia santun dan bersahaja. Untuk itu kita boleh belajar dari siapa saja, tanpa terbatas sekat agama. 

Ini tentang kesahajaan umat manusia

Seperti pepatah, “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”, bukan berarti kita harus ke Cina secara harfiah. Maksudnya kita menuntut ilmu setingginya dengan belajar menaklukkan segala batasan yang ada. Baik itu batas jarak, waktu, dan guru. Untuk kondisi Indonesia hari ini, barangkali cara mempelajari kembali makna kemanusiaan adalah dengan meneladani kunjungan Sri Paus. 

Ini bukan tentang agama tertentu, tapi tentang kesahajaan seluruh umat manusia. Saya akan menyimpulkan kekaguman saya (seorang muslim penghayat kejawen) kepada Paus Fransiskus dengan salah satu versi kutipan piwulang terkenal dari Sastra Jawa, di tembang Pangkur, “Agama ageming ati”. 

Agama adalah pakaian mewah yang dikenakan Paus Fransiskus di dalam hatinya. Sementara atribut pakaian luarnya adalah kemanusiaan yang bersahaja.

Penulis: Paksi Raras Alit

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Saya Orang Non-Katolik yang Mencoba Memahami Betapa Spesialnya Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia dan pelajaran menarik lainnya di rubrik ESAI.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 5 September 2024 oleh

Tags: ajaran Paus Fransiskusjam tangan Paus FransiskusKatolikkunjungan Paus Fransiskuskunjungan sri pauspausPaus Fransiskussepatu Paus FransiskusSri Pausvatikan
Paksi Raras Alit

Paksi Raras Alit

Seniman dan pegiat aksara Jawa.

Artikel Terkait

Katolik Susah Jodoh Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami MOJOK.CO
Esai

Cari Pasangan Sesama Katolik itu Susah, Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami

13 November 2025
Paus Leo XIV, Sarjana Matematika Memimpin Umat Katolik MOJOK.CO
Esai

Habemus Papam! Kisah Paus Leo XIV Sarjana Matematika yang Akan Memimpin Umat Katolik di Masa Kritis

9 Mei 2025
Paus Fransiskus, Sosok Paus yang Paling sempurna MOJOK.CO
Esai

Ciao, Paus Fransiskus! Mengenang Pembela Lingkungan, Gaza, dan Kaum Marginal

22 April 2025
Saksi Yehuwa Bukan Bagian dari Kristen MOJOK.CO
Esai

Saksi Yehuwa yang Bagi-Bagi Brosur Itu Bukan Bagian dari Kristen

24 Januari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.