Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Pati Ora Sepele: Gelombang Kemarahan Rakyat Tidak Lagi Bisa Dibendung, Demo Besar Berjalan untuk Melawan Arogansi Sang Bupati

Doel Rohim oleh Doel Rohim
11 Agustus 2025
A A
Rakyat Pati Sakit Hati, Tantangan Bupati Melukai Harga Diri MOJOK.CO

Ilustrasi Rakyat Pati Sakit Hati, Tantangan Bupati Melukai Harga Diri. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Bupati Pati seakan-akan lupa bahwa harga diri adalah hal yang utama bagi rakyat. Kini, dia akan menghadapi gelombang besar kemarahan.

Pati dan perlawanan. Terkadang keduanya tampak sulit dipisahkan. Begitulah yang saya rasakan sebagai orang yang tumbuh dan besar di kabupaten pesisir utara Jawa itu. Identitas perlawanan bagi orang Pati seperti sudah melekat dalam DNA kebudayaan masyarakat di sana.

Nama-nama seperti Adipati Pragola Pati, Saridin yang kukuh dengan gaya satire dalam menolak formalisme yg kaku, Syekh Mutamakkin yang tidak mau tunduk dengan narasi agama Kasunanan, Samin Surosentiko yang kita tahu gigih melawan kolonial hingga Yu Patmi, yang gugur saat aksi menolak pabrik semen dengan memasung kakinya menggunakan cor beton di depan Gedung DPR RI pada 2017, masih melekat di ingatan kita. 

Namun hari ini, perlawanan itu disulut kembali. Bukan dari ancaman luar seperti Adipati Pragola Pati ketika menghadang dominasi Mataram, melainkan dari kesadaran kolektif atas kebijakan yang mencekik warganya sendiri, yang dilakukan oleh sang bupati.

Bupati Sadewo yang memulai

Jagat media sosial nasional beberapa hari ini diramaikan oleh perlawanan masyarakat Pati terhadap kebijakan non-populis yang dilakukan Bupati Sadewo. Sebuah kebijakan yang sungguh tidak masuk akal, karena bupati yang baru menjabat beberapa bulan itu menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hingga 250 persen. Dengan alasan perda yang sudah ditetapkan dan kosongnya kas daerah akibat pemerintah sebelumnya, kebijakan itu diambil secara sembrono.

Tentu saja, kebijakan ini memancing amarah warga. Di tengah situasi ekonomi sulit, Sadewo seolah tidak berempati pada warganya.

Kebijakan tersebut memicu banyak reaksi masyarakat di akar rumput. Persis di awal tahun kebijakan itu diberlakukan, ibu saya mengeluh karena pajak rumah dan sawah naik drastis. 

Tidak hanya ibu saya, sebagian besar orang di kampung juga merasa kebijakan itu mencekik. Namun, seperti biasa, masyarakat akar rumput hanya bisa menyuarakan keresahan di antara sesama mereka. 

Bahkan pemerintah desa yang menjadi perpanjangan tangan negara tampak tak berdaya. Mereka tidak mampu memberi penjelasan mengapa pajak, yang selama ini menjadi satu-satunya instrumen penghubung rakyat dan pemerintah, tidak mempertimbangkan kondisi sulit warganya.

Mengabaikan aspirasi masyarakat Pati

Sadewo bergeming. Dengan dalih percepatan pembangunan, dia tetap kukuh pada kebijakannya. Aspirasi masyarakat diabaikan. Aksi mahasiswa pun tidak digubris. 

Hingga akhirnya, gelombang protes yang menyebar di media sosial tak terbendung. Wacana aksi besar bertepatan HUT ke-702 Pati pun diinisiasi. Mendengar kabar itu, Sadewo malah mengeluarkan pernyataan menantang:

“Kalau hanya 5.000 atau 50.000 orang saja, saya tidak akan mengubah kebijakan yang sudah saya tetapkan.”

Pernyataan itu seperti menyulut api di tumpukan jerami. Amarah masyarakat membara. Izin aksi segera diajukan, posko donasi dibuka di depan kantor bupati, dan sejak izin aksi keluar, gelombang donasi, terutama air mineral, terus berdatangan. Halaman kantor bupati pun dipenuhi tumpukan galon air hingga nyaris menutup jalan.

Menyulut amarah warga Pati

Tindakan ceroboh berikutnya datang dari Satpol PP, yang atas perintah Plt. Sekda Riyoso, mencoba mengamankan air donasi. Riyoso turun langsung ke jalan bersama aparat, berhadapan dengan massa di posko. Keributan pun pecah. 

Iklan

Kang Husain, koordinator Aliansi Masyarakat Pati Bersatu, mengadang Riyoso dan bahkan menantangnya. Peristiwa itu viral, memancing perhatian publik nasional, dan membuat Pati menjadi sorotan utama media.

Dalam hal ini, Bupati Sadewo dan jajarannya lupa bahwa warga Pati memiliki identitas pejuang yang oleh sejarah tak diragukan lagi. Tekanan dan tantangan justru melecut semangat perlawanan. Hal itu terbukti ketika kantor Satpol PP digeruduk massa yang menuntut pengembalian air donasi. Walaupun akhirnya air itu dikembalikan, gelombang aksi terus membesar berkat arus aktivisme digital yang masif.

Bobroknya sistem birokrasi di Pati

Dalam titik tertentu, kebijakan Sadewo mungkin bisa dipahami. Bayangkan, Kabupaten Pati, kabupaten terluas nomor empat se-Jawa Tengah, hampir beberapa dekade mengalami stagnasi pembangunan. 

Jalan daerah rusak parah, struktur birokrasi gemuk dan tidak efisien, serta sejumlah proyek mangkrak seperti Plaza Pragolo, revitalisasi alun-alun, hingga fasilitas RSUD Suwondo yang rusak parah. Semua itu menjadi alasan munculnya kebijakan yang tidak berempati ini.

Namun, sebagai pemegang KTP Pati, saya tahu ada masalah struktural yang lebih dalam: birokrasi yang bobrok, praktik jual beli jabatan yang dianggap wajar, dan korupsi yang menjamur. Akibatnya, pendapatan daerah hanya bertumpu pada pajak PBB.

Sadewo dihadapkan pada pilihan sulit: menunaikan janji politiknya berupa percepatan pembangunan atau membiarkan kas daerah yang minus. Namun dia ceroboh dengan memilih jalan pintas, yaitu menaikkan pajak hingga 250 persen. 

Dia lupa bahwa pajak adalah isu sensitif, apalagi di mata masyarakat yang merasa negara jarang hadir untuk mereka. Saat warga selama ini dibiarkan keleleran memperjuangkan hidupnya sendiri, tiba-tiba pajak besar mereka harus bayar.

Tantangan yang berujung kemarahan

Kemarahan warga Pati bukan sekadar soal kenaikan pajak, tetapi juga karena tantangan yang dilontarkan bupati. Harga diri adalah hal utama bagi orang Pati. Semakin ditekan, mereka semakin keras melawan.

Sejarah mencatat Adipati Pragola I dan II menolak tunduk pada Kesultanan Mataram, karena Pati dan Mataram sejajar. Identitas itu terus dirawat, salah satunya lewat seni ketoprak.

Ungkapan “Pati ora sepele” yang muncul dalam aksi kali ini bukan sekadar slogan; ia adalah manifestasi identitas masyarakat. Pilihan Sadewo kini hanya dua: menurunkan pajak atau siap ditumbangkan.

Saat tulisan ini dibuat, kabarnya Sadewo sudah membatalkan kebijakan kenaikan pajak. Namun, gelombang massa tak surut. Donasi terus berdatangan, dan aksi tanggal 13 Agustus tetap dinanti. 

Nasi sudah menjadi bubur, dan sepertinya Bupati Sadewo harus bersiap melihat ratusan ribu warga memenuhi Alun-alun Pati, melanjutkan tradisi panjang perlawanan terhadap penguasa yang tak memikirkan rakyatnya. Salam damai.

Penulis: Doel Rohim

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Julukan Pati “Bumi Mina Tani” Sudah Nggak Cocok Lagi, Ganti Saja Jadi Pati “Bumi Wani”: Wani tapi Ngawur! Dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 13 Agustus 2025 oleh

Tags: bupati menantangbupati patiBupati Sadewopajak bumi patiPatiPBB pati
Doel Rohim

Doel Rohim

Doel Rohim Lahir di Pati sekarang domisili di Yogyakarta. Bekerja di beberapa event literasi dan seni sambil terus mengembangkan hobinya menulis.

Artikel Terkait

Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin, gantikan Bupati Pati Sudewo di Upacara HUT RI MOJOK.CO
Kilas

Wagub Jateng Gantikan Bupati Sudewo di Upacara HUT RI di Pati, Ingatkan Pemerintah Harus Beri Pelayanan Terbaik ke Masyarakat

17 Agustus 2025
Ahmad Luthfi: Situasi Pati Sudah Kondusif, Pelayanan Publik Dipastikan Berjalan Lancar MOJOK.CO
Kilas

Ahmad Luthfi: Situasi Pati Kondusif, Pelayanan Publik Dipastikan Berjalan Lancar

14 Agustus 2025
Pati Bergerak karena Kebusukan Pemerintah Pusat dan Daerah MOJOK.CO
Esai

Demonstrasi Pati Berkobar karena Kebodohan Pemerintah Pusat dan Daerah yang Jadikan Rakyat Sebagai Tumbal, seperti Api Korek Bertemu Bensin Segalon

14 Agustus 2025
Revolusi Pati: Cara Terbaik Melawan Pemimpin Bajingan MOJOK.CO
Esai

Revolusi Pati Bisa Menjadi Cetak Biru Melawan Tirani, Mengancam Semua Pemimpin Bajingan yang Bikin Sengsara Rakyat

14 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.