Para Penjaga Mercusuar di Pulau Terpencil - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Para Penjaga Mercusuar di Pulau Terpencil

Aklam Panyun oleh Aklam Panyun
2 Juli 2016
0
A A
Para Penjaga Mercusuar di Pulau Terpencil

Para Penjaga Mercusuar di Pulau Terpencil

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Beberapa hari yang lalu, Bank Mandiri mengeluarkan sebuah iklan layanan masyarakat yang cukup menarik. Bersifat naratif dengan kualitas penggarapan yang sinematik. Jarang sekali ada iklan televisi seperti itu di Indonesia.

Biaya pembuatannya tentu tak sedikit. Padahal, di Thailand–negara dengan kualitas periklanan paling jempolan di Asia Tenggara–commercial ad yang bersifat naratif dan bisa bikin nangis sudah jadi makanan umum. Maka tak heran jika banyak pembuat iklan dari Thailand yang menang penghargaan Gold Lion di Cannes.

Di Indonesia sendiri, perusahaan masih suka menampilkan citranya pada iklan yang sifatnya hardselling: jual fungsi dan perang harga. Padahal di abad aquarian seperti sekarang, yang perlu disentuh adalah empati konsumen, bukan cuma kognisinya saja. Penonton sudah lelah dibombardir iklan, Bung! Dan itulah mengapa iklan yang bersifat naratif bisa jadi semacam oase yang menyegarkan.

Tsaah!

Oke, balik ke iklan Bank Mandiri tadi, inti cerita dari iklan tersebut adalah seorang lelaki penjaga mercusuar di sebuah pulau terpencil. Bagaimana ia melewati hari-hari seorang diri, jauh dari sanak famili. Ngenes sekali. Lebih ngenes daripada hidup Agus Mulyadi.

Agar tak penasaran, silakan lihat bagian pertamanya di bawah ini.

Baca Juga:

Sopir Bus Pariwisata Berbagi Rahasia Membuat Penumpang Rewel Jadi Bahagia. MOJOK.CO

Sopir Bus Pariwisata Berbagi Rahasia Membuat Penumpang Rewel Jadi Bahagia

13 Maret 2023
pariwisata gunungkidul mojok.co

Pariwisata Untuk Kesejahteraan Rakyat Gunungkidul? Kenapa Bukan Pertaniannya Dulu Sih?

24 Desember 2022

Begitu melihat video mercusuar Mandiri tersebut, saya langsung tahu bahwa latar belakang yang dipakai untuk pembuatannya adalah Pulau Lengkuas.

Bagi para penggemar wisata dan perjalanan, pulau ini sudah tidak asing lagi. Foto-foto pemandangan dari atas mercusuar Pulau Lengkuas banyak sekali diduplikasi dan disebarluaskan. Menjadi salah satu ikon visual destinasi wisata yang paling populer di media sosial.

Foto garis pantai dengan pasir putih, laut teduh berwarna turquoise, barisan batu granit raksasa, dan dua-tiga kapal sandar yang tampak kerdil, itu adalah foto standar yang harus diambil para traveler atau insta-seleb di Pulau Lengkuas.

Nah, masalahnya, dari sekian banyak pejalan, fotografer atau blogger yang datang ke Pulau Lengkuas, selalu saja yang diulas adalah panorama alamnya yang spektakuler. Jarang sekali ada yang menulis tentang kehidupan para penghuninya.

Ha mbok pikir Pulau Lengkuas itu suwung dan cuma dihuni demit apa?

Selain segerombolan biawak, sekawanan penyu, krustasea dan beberapa jenis burung laut, Pulau Lengkuas juga dihuni oleh dua orang manusia. Jika para turis datang dan pergi, maka mereka berdua menetap. Hidup dan menghidupi, menjadi bagian dari ekosistem dan daur kehidupan di pulau tersebut.

Dua orang ini adalah penjaga mercusuar yang ada di Pulau Lengkuas. Salah satunya bernama Suherman. Sesosok pria paruh baya berkulit legam karena terlalu lama mencumbu lautan. Matanya teduh, tutur katanya terjaga. Sesekali saya masih bisa mendengar logat Betawi yang kental.

“Saya lahir dan besar di Priok, Mas…” kata Suherman. Siang itu kami duduk di balai dinasnya dan Ia mulai bercerita bahwa setengah  hidupnya habis untuk menjaga batas-batas laut negeri ini. “Saya jadi penjaga mercusuar sejak tahun 1990, sedangkan umur saya tahun ini lima puluh dua.”

Herman ingat betul, bahwa tugas pertamanya sebagai  penjaga mercusuar adalah Pulau Srutu, sebuah pulau kecil di Selat Karimata. Ia menggambarkan keadaan di pulau itu serbasulit. Kontur tanahnya berbukit batu. Jauh dari mana-mana.

Sebulan sekali, ketika ransum datang, ia harus menuruni bukit, lalu membawanya kembali ke mercusuar yang ada di puncak bukit. Karena medannya cukup berat, ditambah beban ransum yang tidak enteng, sehari Herman hanya bisa mencicilnya tiga kali. Jika ada ransum lebih, ia tinggalkan di pinggir pantai untuk diambil keesokan harinya. “…yang penting mah ransum makanannya diselametin dulu,” kata Herman.

Di Pulau Lengkuas pun sebetulnya kehidupan Herman tidak mudah. Air bersih jadi kendala utama. Hidup di sebuah pulau yang tidak memiliki sumber mata air sendiri, memaksa Herman untuk pandai-pandai menyimpan dan menggunakan air bersih.

Baginya, air tawar adalah benda yang sangat berharga, karena untuk mendapatkannya pun tidak mudah. Air tawar yang tersedia di Pulau Lengkuas adalah air tadah hujan. Tidak ada sumur artesis atau PDAM.

“Makanya saya suka kesel tuh sama turis yang datang, mereka numpang kencing atau mandi tapi komplain karena airnya asin. Lah mereka pikir pulau ini resort apa?” kata Herman,”Pulau ini tempat kerja, bukan tempat wisata.”

Pulau Lengkuas, sejak zaman kolonial memang diperuntukkan sebagai titik penting navigasi laut. Nama Lengkuas sendiri sebetulnya adalah versi slang masyarakat lokal untuk menyebut mercusuar atau rumah lampu, licht huis dalam bahasa Belanda.

Kepangkatan yang diterima oleh Herman dan puluhan penjaga mercusuar lain di negeri ini juga masih menggunakan sistem yang digunakan Belanda, yang saat ini berada langsung di bawah Menteri Perhubungan, bukan Kementerian Pariwisata.

Saya bisa memahami kejengkelan Herman, karena saya tahu betul kedegilan para turis. Memang sudah kodratnya para turis di era digital untuk selalu haus eksotika dan berburu citra, tapi selalu alfa untuk memahami sebuah destinasi lebih dalam lagi. Mereka bertingkah seperti kawanan, datang dalam gerombolan, untuk mampir dan kemudian pergi lagi.

Jika para turis pergi hanya meninggalkan kenangan seperti mantan yo sekarepmu. Masalahnya para turis pergi dengan meninggalkan sampah. Ini masalah klasik pariwisata di Indonesia yang sekarang juga menjadi masalah krusial di Pulau Lengkuas.

“Kalau para turis itu niatnya baik, tolong bawa itu sampah pulang,” kata Herman.

Saya melihat melihat ada beberapa tumpukan sampah di sekitar mercusuar Pulau Lengkuas. Pada sore hari, banyak biawak yang berkerumun mengais sisa-sisa makanan. Saya bisa mencium bau amis dan busuk yang menguar. Bungkus permen dan makanan ringan berceceran di sela rerumput. Sesekali Herman dan rekannya meluangkan waktu untuk membakar tumpukan sampah tersebut, sekedar untuk mengurangi volume, tapi tidak bisa menyembuhkan pangkal penyakitnya.

Saya sepakat dengan Paul Theroux yang pernah bilang, “Ketika sebuah destinasi disebut surga, maka saat itu juga ia berubah menjadi neraka.”

Herman bangga sekali dengan pekerjaannya. Ia merasa, pekerjaan yang ia lakoni memiliki marwah yang sangat tinggi. Ia ada untuk memberi petunjuk jalan pada nelayan, menghindarkan pelaut dari maut.

Hanya saja, sebagai seorang yang bekerja jauh dari keluarga, ia merasa memiliki rindu yang tak pernah tuntas. Pada istrinya, pada ketiga anaknya. “Anak saya yang pertama kuliah di UHAMKA, yang kedua SMK, yang paling kecil masih SD,” kata Herman.

Kesempatannya untuk pulang dan bertemu dengan anak-anak hanya terjadi setiap setengah tahun sekali. Itu pun untuk waktu yang tidak lama karena harus bergantian dengan rekannya. Jika satu orang pulang, yang satu harus stand by.

Saya tidak sempat tanya Herman, bagaimana rasanya jika menjaga pulau seorang diri? Barangkali gambaran yang paling dekat bisa didapat dari video mercusuar Mandiri itu, atau film Cast Away yang dibintangi Tom Hanks.

Untuk membunuh kebosanan, Herman bercerita ia melakukan kegiatan rekreatif sebisanya; menanam jahe merah, cabai, atau menangkarkan tukik penyu. Ia merintis penangkaran tukik  di Pulau Lengkuas karena ia melihat banyak sekali pemburu yang datang untuk mengambil telur penyu.

Di Belitung, telur penyu dijajakan dengan bebas. Saya dengan mudah menemui penjaja telur penyu di pinggir jalan atau pasar ikan di Tanjungpandan. Masyarakat kelewat percaya dengan mitos bahwa telur penyu memiliki khasiat aprodisiak yang makcleng yang banyak membuat wanita terkewer-kewer. Padahal yo nggak juga.

Terus gimana caranya membuat wanita terkewer-kewer? Coba situ tanya sama editor Mojok saja.

Ahiak!

Disclaimer: Tulisan ini termasuk dalam #MojokSore. Mojok Sore adalah semacam advertorial yang disajikan oleh tim kreatif Mojok yang dikenal asyik, jenaka, dan membahagiakan. Bagi Anda yang mau mempromosikan produk-produk tertentu, silakan menghubungi [email protected].

Terakhir diperbarui pada 5 Februari 2019 oleh

Tags: #mercusuarmandiriAdvertorialiklanMojokSorepariwisatapulau lengkuasTelevisi
Aklam Panyun

Aklam Panyun

Artikel Terkait

Sopir Bus Pariwisata Berbagi Rahasia Membuat Penumpang Rewel Jadi Bahagia. MOJOK.CO
Geliat Warga

Sopir Bus Pariwisata Berbagi Rahasia Membuat Penumpang Rewel Jadi Bahagia

13 Maret 2023
pariwisata gunungkidul mojok.co
Podium

Pariwisata Untuk Kesejahteraan Rakyat Gunungkidul? Kenapa Bukan Pertaniannya Dulu Sih?

24 Desember 2022
perempuan di industri pariwisata mojok.co
Podium

Mengungkap Ketidakadilan Pada Perempuan di Industri Pariwisata

5 Desember 2022
Curhat untuk Kominfo RI
Uneg-uneg

Curhat untuk Kominfo: Bapak Saya Sekarang Kesepian

20 November 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Mari Mudik, Mari Talak Jakarta

Mari Mudik, Mari Talak Jakarta

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Para Penjaga Mercusuar di Pulau Terpencil

Para Penjaga Mercusuar di Pulau Terpencil

2 Juli 2016
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

15 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023

Terbaru

Duduk perkara penutupan patung Bunda Maria di Kulon Progo. MOJOK.CO

Duduk Perkara Penutupan Patung Bunda Maria di Kulon Progo

24 Maret 2023
alan Sunyi Kiai Bonokeling di Banyumas yang Sengaja Dibuat Menjadi Misteri Abadi. MOJOK.CO

Jalan Sunyi Wangsa Bonokeling di Banyumas yang Sengaja Menjadikan Leluhur Sebagai Misteri Abadi

24 Maret 2023
sekolah kedinasan kemenhub mojok.co

5 Sekolah Kedinasan di Bawah Kemenhub yang Paling Favorit

24 Maret 2023
bola timnas israel mojok.co

Bola Pembawa Malapetaka

24 Maret 2023
mimpi basah mojok.co

Apakah Mimpi Basah di Siang Hari Membuat Puasa Batal?

24 Maret 2023
5.000 Mahasiswa UMY Berburu Takjil Gratis, Dianggarkan Rp125 Juta Setiap Hari. MOJOK.CO

5.000 Mahasiswa UMY Berburu Takjil Gratis, Dianggarkan Rp125 Juta Setiap Hari

24 Maret 2023
kritik feminis muslimah tentang perempuan sumber dosa utama

Muhasabah Muslimah Feminis: Kok Bisa, Perempuan Jadi Sumber Dosa Utama Laki-Laki?

24 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In