Pengalaman Pahit dan Manis Menjadi Menantu Tukang Pijat Andal
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Pengalaman Pahit dan Manis Menjadi Menantu Tukang Pijat Andal

Di tangan kasar dan keriput tukang pijat senior, ada kelegaan yang tumbuh.

Joni Faisal oleh Joni Faisal
16 Desember 2021
0
A A
Pahit dan Manis Menjadi Menantu Tukang Pijat Andal MOJOK.CO

Pahit dan Manis Menjadi Menantu Tukang Pijat Andal MOJOK.CO

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Menjadi menantu seorang tukang pijat andal memberi saya banyak pengalaman pahit, sekaligus manis. Seru sekali pokoknya.

Jika kalian tengah merasa berada dalam situasi “neraka tanpa api” saat serumah dengan mertua, saya pun pernah mengalaminya. Apalagi dengan tabiat saya yang menuhankan kerapihan, kebersihan, dan ketertiban. Dulu, serumah dengan ibu mertua yang profesinya tukang pijat, rasanya menyiksa banget.

Sebentar-sebentar harus beberes, sebentar-sebentar harus ngepel, dan sebentar-sebentar harus terjaga. Bayangkan, saat Anda tidur nyenyak di akhir minggu di mana hanya hari itu Anda mendapat prei, tiba-tiba datang balita yang tidak enak badan butuh sentuhan tukang pijat andal dan ibu mertua saya adalah favoritnya.

Sepanjang pijatan berlangsung, sepanjang itu pula suara tangis dan jeritan yang akan Anda dengar. Belum lagi kalau yang datang itu cedera seperti keseleo, jeritannya akan lebih kencang lagi. Mungkin sampai ke Timbuktu atau terdengar sama kru X-Space milik Elon Musk yang berada di Planet Mars.

Itu baru jeritan.

Belum lagi sisa-sisa polusi, baik darat maupun udara dari praktik yang tersisa. Minyak bekas urut yang bikin lantai licin. Aroma menyengat minyak urut yang dibawa sendiri oleh pasien. Belum bau asap rokok dari keluarga pengantar. Padahal sudah ada tanda dilarang merokok di ruang tamu.

Baca Juga:

pijat plus-plus

Pijat Plus-plus sebagai Bagian dari Khazanah Per-Esek-esek-an

25 Oktober 2020
Djangan Anggap Remeh Oeroesan Ngeteh!

Pijat Plus-plus Surabaya yang Tetep Menggeliat meski Pandemi Mencegat

25 Oktober 2020

Begitulah saya. Mantu durhaka yang selalu menggerutu di bulan-bulan awal saat istri minta mertua, seorang tukang pijat andal, tinggal serumah.

Yah, saya sempat ada di fase itu. Selalu mengeluh dan seperti tidak menghargai profesi tukang pijat ibu mertua. Tapi mari kita simpan dulu bagian melankolis ini. Mari lanjutkan “siksa neraka” yang pernah saya rasakan.

Salah satu yang bikin saya pusing adalah suara telepon istri. Karena ibu mertua nggak punya asisten pribadi, maka istri saya yang jadi semacam operator. Maka jadi sudah. Nama besar ibu mertua sebagai tukang pijat andal membuat hape istri saya ramai banget sama telepon. Udah kayak korban pinjol laknat yang lagi diteror.

Nah, suatu kali, perasaan kesal yang saya rasakan sedikit berkurang ketika ibu mertua pulang dari memijat lalu tiba-tiba menangis. Saya merasa sedih sekaligus emosi juga sama pelanggan brengsek.

Jadi, ibu mertua saya dipanggil pelanggan untuk memijat ke rumahnya. Sepanjang memijat, pelanggan itu bercerita kalau beberapa hari sebelumnya, dia memesan jasa pijat lewat sebuah aplikasi. Ingat, ini kejadian ketika pandemi belum terjadi.

Nah, pelanggan itu ngedumel, ngomong jelek soal tukang pijat online yang datang beberapa hari sebelumnya. “Sudah mahal, bayar Rp150 ribu, pijatannya nggak enak pula. Mending kasih buat ibu saja.”

Ibu mertua saya merasa kurang nyaman ketika ada orang lain yang satu profesi dengan dirinya dibilang seperti itu. Seorang tukang pijat bisa saja tidak perform karena banyak hal. Yah, di sisi lain, pelanggan memang nggak bakal mikir sampai ke sana, sih. Taunya cuma enak saja.

Kembali ke pelanggan brengsek itu. Setelah selesai dipijat, ART yang kerja di rumah itu dengan entengnya minta bonus kerokan karena masuk angin. Ibu mertua saya nggak enak kalau menolak.

Selesai semua pekerjaan, ibu mertua saya pamit pulang. Sebelum pulang, yang punya rumah mengulungkan sebuah amplop kecil.

Setelah berpamitan dan ibu hendak mengenakan sepatu selop kesayangannya, si punya rumah menutup pintu dengan cepat. Namun, ibu sempat menangkap kalimat yang diucapkan pelanggan itu kepada ART-nya. Dia bilang, “Sama aja, nggak enak. Udah tua kali. Lima puluh ribu udah pantes!”

Ibu mertua saya merasa sudah bekerja sebaik mungkin. Si pelanggan dengan lidah beracun itu “pasien pertama” hari itu. Jadi, tenaga ibu mertua saya masih prima. Apalagi udah ngasih servis tambahan ke ART rumah itu.

Sebetulnya, ibu selalu bertanya ke pelanggan ketika memijat. Apakah kurang atau terlalu keras. Kurang enak atau bagaimana. Ibu merasa kalau nggak enak, segera dikatakan. Jangan disimpan di akhir, terdengar sama tukang pijat yang sudah bekerja semaksimal mungkin, dan membayar tidak sesuai kesepakatan pula. Ngomong-ngomong, ibu mertua saya mematok tarif Rp100 ribu untuk dua jam. Ibu selalu menerima kalau pelanggan menawar tarif tersebut.

Apa ini tidak membuat saya sebagai mantu ikut naik darah? Belum lagi ART si pelanhggan minta bonus dikerok? Sungguh zalim! Mulai saat itu, saya jadi berpikir kalau profesi tukang pijat sangat rentan dengan perlakuan buruk. Saya memutuskan untuk mengurangi gerutuan.

Oya, saya sendiri lahir dari keluarga yang tidak terlalu akrab dengan pijat dan kerokan. Keluarga saya merasa kalau terlalu sering dipijat, tubuh pasti ketagihan.

Oleh sebab itu, berhadapan dengan keluarga istri yang menganut mahzab pijatiyah dan urutiyah, masa awal berumah tangga saya jadi ribet. Pilek sedikit, mertua atau istri bergegas mencari koin dan bawang merah untuk mengerok tubuh saya.

Saya nggak bisa menolak jika tangan mertua sudah membuat garis merah di atas punggung. Udah kayak Jackson Pollock ketika membuat karya abstrak yang termasyhur itu. Saya dibuat menjerit kesakitan. Mirip penghuni neraka yang disiksa dalam komik-komik masa kecil tentang Saleh dan Karma.

Demam sedikit, saya langsung diminta tengkuran untuk dipijat. Setiap akan berangkat atau pulang dari tugas kantor yang memakan waktu berhari-hari, saya diperlakukan bak mobil turun mesin. Semua “onderdil” tubuh saya diperiksa sampi tak satu pun yang terlewat. Kalau bagian “itu” ya istri saya yang jadi mekaniknya. Hehe….

Anak-anak saya juga gitu. Sejak bayi sudah dikenalkan dengan ritus pijat ini pijat itu. Sampai akhirnya, masih balita, mereka kecanduan pijat. Pulang sekolah saat kaki pegal, anak saya langsung ekting, pura-pura sakit supaya dipijat ibu mertua atau ibunya.

Alhasil, ketika remaja, candu itu makin kuat. Mereka bahkan sudah punya jadwal sendiri kapan waktunya dioprek oleh ibu mertua atau ibunya. Sebab, kalau tidak, mertua atau istri saya tak akan mendapat kesempatan dimanjakan dengan pijatan anak-anak saya yang secara alamiah telah dianugerahi life skill atau kecakapan sebagai tukang pijat. Ajaib.

Keahlian menjadi tukang pijat ini sudah tentu menurun ke istri saya. Ibu mertua memang yang paling andal dan kondang. Namun, banyak juga yang cocok dipijat sama istri saya. Jadi, duet ibu dan anak ini bisa mendatangkan pemasukan yang terbilang cukup menyenangkan.

Selain itu, mereka berdua “merasa bahagia bisa membahagiakan” orang lain. Apalagi kalau menangani orang keseleo dan telat dibawa ke tukang pijat. Tempat keseleo sudah berwarna biru gelap dan pasti sangat sakit ketika dipijat. Berhasil “membetulkan” kondisi ini jadi kepuasan tersendiri bagi ibu mertua saya.

Istri saya sendiri hanya mau memijat sesama perempuan dan balita. Melihat balita yang sebelumnya demam dan rewel bisa tidur nyenyak itu bikin lega. Kata dia.

Di antara ceceran minyak pijat yang bikin lantai licin, ada kebahagiaan yang tercipta. Di tangan kasar dan keriput tukang pijat senior, ada kelegaan yang tumbuh.

Begitulah proses memahami dan menerima kondisi hidup bersama mertua.

BACA JUGA Pijat Plus-plus Surabaya yang Tetep Menggeliat meski Pandemi Mencegat dan tulisan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 16 Desember 2021 oleh

Tags: ibu mertuakeseleopijat plus-pluspijat uruttukang pijat
Joni Faisal

Joni Faisal

Guru relawan, penulis naskah animasi, komedi, dan sinetron. Sudah menulis lebih dari 5.000 episode sinetron stripping.

Artikel Terkait

pijat plus-plus
Kilas

Pijat Plus-plus sebagai Bagian dari Khazanah Per-Esek-esek-an

25 Oktober 2020
Djangan Anggap Remeh Oeroesan Ngeteh!
Liputan

Pijat Plus-plus Surabaya yang Tetep Menggeliat meski Pandemi Mencegat

25 Oktober 2020
Belajar Beradab dari Arteria Dahlan yang Tidak Beradab
Malam Jumat

Bertemu Tukang Pijat yang “Menitipkan” Tiga Makhluk Gaib

17 Oktober 2019
Kepala Suku

Nurhadi, Wingitnya Kota Kudus, dan Simbol Tukang Pijat

6 Januari 2019
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
ilustrasi Daftar Istilah dan Bahasa Jaksel yang IMO Cukup Penting Sih, CMIIW mojok.co

Daftar Istilah dan Bahasa Jaksel yang IMO Cukup Penting Sih, CMIIW

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Pahit dan Manis Menjadi Menantu Tukang Pijat Andal MOJOK.CO

Pengalaman Pahit dan Manis Menjadi Menantu Tukang Pijat Andal

16 Desember 2021
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
unpad mojok.co

10 Jurusan Tersepi di UNPAD yang Pendaftarnya Hanya Ratusan

27 Maret 2023
5 Jurusan yang Lulusannya Paling Dicari Perusahaan

5 Jurusan yang Lulusannya Paling Dicari Perusahaan

27 Maret 2023
kip mojok.co

Kecewa dengan Mahasiswa Penerima KIP

26 Maret 2023
perguruan tinggi muhammadiyah mojok.co

5 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Terbaik di Indonesia

25 Maret 2023

Terbaru

Kasubbid Penmas Polda DIY, AKBP Verena SW dalam keterangannya di Mapolda DIY, Rabu (29/03/2023). MOJOK.CO

Pemda DIY Komentari Pencopotan Kapolres Kulon Progo

29 Maret 2023
Ingatan mengenai 25 tahun Reformasi

Kamu Punya Cerita Apa di Tahun 1998? Kilas Balik 25 Tahun Reformasi Melalui Seni

29 Maret 2023
gojek ramadan mojok.co

Gojek Siapkan Amunisi Hemat dan Cermat untuk #LengkapiRamadan, Dukung Produktivitas dan Ibadah di Momen Suci

29 Maret 2023
kampus bumn mojok.co

9 Kampus Milik BUMN di Indonesia, Prospek Lulusannya Bisa Kerja di Perusahaan Plat Merah

29 Maret 2023
Google Doodle Lasminingrat

Mengenal Lasminingrat: Ibu Literasi Pertama Indonesia yang Hari Ini Muncul di Google Doodle

29 Maret 2023
kebijakan affirmative action

Yuk, Kenalan Sama ‘Affirmative Action’! Kebijakan yang Mendorong Kesetaraan Partisipasi Perempuan dalam Politik

29 Maret 2023
jurusan teknologi informasi moloc.co

Selektivitas 4 PTN yang Memiliki Jurusan Teknologi Informasi Terbaik

29 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In