Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Yang Sebenarnya Terjadi ketika Saya “Melawan” Sebuah Kampus di Malang

Sikap ini juga panggilan moral, saat menyadari bahwa kondisi di kampus Malang itu sudah beracun dan tidak membuat mahasiswa berkembang.

Mohammad Rafi Azzamy oleh Mohammad Rafi Azzamy
3 Juli 2023
A A
Saya saat “Melawan” Sebuah Kampus di Malang MOJOK.CO

Ilustrasi Saya saat “Melawan” Sebuah Kampus di Malang. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Pada akhirnya, keputusan saya adalah “hijrah”. Ketimbang saya terjebak di situasi yang beracun, di sebuah kampus yang berdiri di Malang, Jawa Timur.

Kira-kira, apa yang dipikirkan seorang mahasiswa baru saat hendak pergi ke kampus untuk pertama kalinya? Jika itu saya, maka saya sudah memikirkan beberapa rencana aktivitas keseharian yang indah. Seperti misalnya setiap hari ke perpustakaan, ngopi sambil nugas bareng teman, mengadakan diskusi ilmiah yang renyah. 

Selain itu, sesekali mengkritik negara boleh dong, ikut gerakan mahasiswa, riset bareng dosen, dan menulis makalah ilmiah di kampus dari pagi sampai sore jika tidak ada mata kuliah. Naif, bukan? Tidak masalah. Saya percaya pada organisasi masyarakat yang menaungi sebuah kampus di Malang.

Imajinasi inilah yang saya bawa saat menjadi mahasiswa baru di sebuah kampus di Malang. Saat ospek berlangsung, saat kali pertama menginjakkan kaki di kampus, ada narasi gagah “Generasi Indonesia Emas 2045” yang digemakan dengan bangganya. 

Tidak ada yang salah dengan narasi itu. Cuma, adalah suatu keanehan bagi saya apabila narasi optimis itu digemakan secara lantang di tengah krisis nasional dalam berbagai bidang. Mulai dari merajalelanya korupsi, krisis kepercayaan masyarakat, sampai ekonomi yang timpang. Krisis tersebut membuat saya resah dan bertanya dalam batin, “Ini orang-orang pada membicarakan ‘Indonesia Emas 2045’. Lha memang di tahun segitu Indonesia masih ada?” 

Selain narasi heroik itu, ada beberapa agenda janggal seperti tugas ospek untuk membuat video TikTok, alih-alih menulis esai akademik. Banyak acara konser ketimbang agenda ilmiah. Tidak ada agenda diskusi untuk membahas masalah-masalah yang sedang terjadi.

Ketika sebuah kampus di Malang mengabaikan saya

Saat salah satu dekan menjelaskan perihal kehidupan di kampus beserta narasi Indonesia Emas. Saya menyiapkan beberapa pertanyaan untuk merespons sang dekan. Saya siap bertanya soal krisis nasional di mana sang dekan luput menjelaskan. Untuk itu, saya sudah mengumpulkan berbagai referensi di dalam kepala. Saya juga berharap ospek yang janggal bagi saya itu mendapatkan jawaban secara tuntas. 

Seorang moderator membuka sesi tanya-jawab. Saya menjadi mahasiswa pertama yang angkat tangan sembari berdiri. Alih-alih mendapat kesempatan, moderator mengabaikan angkat tangan saya. Dia pura-pura tidak melihat dan menunjuk peserta lain. Tidak terima, saya maju ke depan untuk menuntaskan rasa ingin tahu. Nahasnya lagi, saya masih diabaikan. 

Pengabaian itu memantik emosi dalam batin ini. Jelas, ini merupakan suatu sikap otoriter dalam dunia akademik. Sudah sangat mengganggu kebebasan berekspresi. Barangkali pihak kampus di Malang itu tahu bahwa saya sering melontarkan kritik sehingga mereka melarang saya berbicara. 

Baca halaman selanjutnya….

Sebuah kampus aneh di Malang

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 3 Juli 2023 oleh

Tags: diskriminasi agamakampus di malangKatolikMalangOspek
Mohammad Rafi Azzamy

Mohammad Rafi Azzamy

Manusia biasa yang terbang bebas memahami dunia. Penulis "Buku Panduan Melawan Sekolah".

Artikel Terkait

Jadi ojol di Malang disuruh nyekar ke Makam Londo Sukun. MOJOK.CO
Liputan

Driver Ojol di Malang Pertama Kali Dapat Pesanan Bersihin Makam dan Nyekar di Pusara Orang Kristen, Doa Pakai Al-Fatihah

16 November 2025
Katolik Susah Jodoh Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami MOJOK.CO
Esai

Cari Pasangan Sesama Katolik itu Susah, Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami

13 November 2025
Kerja keras bawa Annes kuliah di Universitas Brawijaya (UB) Malang gratis hingga kerja sebelum wisuda MOJOK.CO
Kampus

Universitas Brawijaya (UB) Bawa Saya Kuliah Tanpa Biaya, Bisa Kerja Sebelum Wisuda buat Tebus Masa-masa Berat Sekolah Sambil Kerja Sejak Remaja

15 Oktober 2025
Camaba UGM batal kuliah S1, lebih pilih kuliah di UT Malang. MOJOK.CO
Kampus

Alasan Saya Mengabaikan Pengumuman Lolos di UGM, Lebih Pilih Kuliah di Universitas Terbuka Malang untuk Bertahan Hidup

9 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
borobudur.MOJOK.CO

Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur

15 Desember 2025
Gedung Sarekat Islam, saksi sejarah dan merwah Semarang sebagai Kota Pergerakan MOJOK.CO

Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

20 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.