Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

Ikatlah, Baru Engkau Tawakal

Ulil Abshar Abdalla oleh Ulil Abshar Abdalla
12 Mei 2020
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Lalu dia bertanya: “Wahai Nabi, apakah saya meski membiarkan hewan saya itu lepas tanpa diikat dan tawakal saja, atau saya ikat dahulu baru saya tawakal.”

Dalam seri ini, kita masih akan mendiskusikan soal tindakan Tuhan dalam kaitannya dengan tindakan manusia. Kedua hal ini tidak bisa dipisahkan.

Sebagaimana saya tegaskan dalam bagian yang lalu, manusia adalah satu-satunya ciptaan yang memiliki “kemiripan” dengan Tuhan, sebab di dalam dirinya, ada “tiupan Tuhan”, ada unsur ilahiah yang membuatnya secara ontologis berada di atas dan mengungguli seluruh makhluk yang lain.

Dalam cara pandang keimanan, tindakan manusia secara derivatif berasal dari Tindakan Tuhan. Manusia tidak mampu men-generate tindakan secara otonom dari dirinya sendiri, sebagaimana rembulan tak bisa mengeluarkan cahaya dari dirinya. Cahaya bulan secara derivatif berasal dari matahari.

Manusia mampu melakukan “tindakan”, menurut akidah Asy‘ariyyah, karena Tuhan meletakkan “kemampuan” (inilah yang disebut dengan “kasb” atau usaha dari pihak manusia) pada dirinya untuk melakukan sesuatu.

Tanpa adanya kemampuan yang “dipinjamkan” itu, manusia akan lumpuh—sama dengan tumbuhan-tumbuhan atau bebatuan yang tak mampu melakukan tindakan apa pun.

Tuhan, dalam Qur’an, digambarkan secara kontradiktif sebagai Yang Tampak (al-Dzahir) dan Rahasia (al-Bathin). Watak dualistis yang kelihatan kontradiktif ini juga tercermin dalam tindakan-tindakan Tuhan: ada jenis-jenis tindakan ilahiah yang “rationally transparent,” yang secara penalaran sangat tampak; dalam pengertian bisa dipahami.

Hampir semua hukum alam yang bersifat ajeg itu adalah bagian dari tindakan-tindakan Tuhan yang transparan, zahir, karena manusia bisa mengetahui “rationale” atau alasan yang ada di baliknya.

Kenapa sebuah benda yang dilempar akan jatuh ke tanah? Karena ada hukum gravitasi. Sangat jelas, transparan. Dalam kehidupan sosial, ada juga tindakan-tindakan Tuhan yang tampak, transparan.

Contoh sederhana:

Seseorang yang bekerja keras, ia sukses. Kesuksesan itu, dalam cara-pandang keimanan, adalah pemberian dan anugerah Tuhan, selain karena usaha orang tersebut. Seseorang yang beramal saleh, diberikan ganjaran.

Sementara orang yang jahat akan diberikan hukuman. Ini contoh-contoh tindakan Tuhan yang transparan. Saya sebut transparan, karena ada korelasi yang logis antara tindakan moral A dan hasil B.

Tetapi kita tak boleh berhenti di sana. Sebab, ada jenis-jenis tindakan Tuhan yang mengandung misteri, tak jelas alasan-alasan di baliknya.

Ketika sebuah bencana besar menimpa, dan ratusan ribu orang menjadi korban, seperti kasus tsunami di Aceh pada 2004, banyak orang yang terpukul: Kenapa ini terjadi? Kenapa ribuan orang saleh yang taat menjalankan ajaran agama menjadi korban? Apa “rationale” atau alasan di balik tindakan Tuhan semacam ini?

Iklan

Ini, menurut saya, masuk dalam kategori tindakan Tuhan yang “bathin,” misterius; kita tidak akan pernah tahu alasan-alasannya secara persis. Sesuai dengan ajaran al-Ghazali yang sudah saya ulas sebelumnya, menghadapi “the grand mystery of life,” misteri agung kehidupan seperti ini, seorang beriman hanya dianjurkan untuk menaruh “iman tanpa syarat” (un-conditional faith) kepada keadilan Tuhan.

Apapun yang dilakukan Tuhan, dilihat dari sudut “the grand scheme of things,” gambar besar kehidupan, akan selalu baik. Tuhan tak akan melakukan kezaliman.

Sikap husnuzzann ini, minimal, sedikit meringankan manusia dari beban pertanyaan tak berkeputusan yang justru mengganggu secara kejiwaan dan kerohanian. Sikap ini jelas akan lebih membantu dalam menghadapi situasi-situasi liminal ketika penderitaan begitu besar merundung, di luar kekuasaan seseorang untuk memikulnya.

Ada dua jenis tindakan yang dianjurkan Kanjeng Nabi Muhammad ketika berhadapan dengan tindakan Tuhan yang misterius ini. Hal ini tergambar dalam hadis terkenal yang diriwayatkan oleh Anas ibn Malik.

Suatu hari, demikian dikisahkan, datang seorang sahabat dengan menunggang hewan kendaraan. Lalu dia bertanya: “Wahai Nabi, apakah saya meski membiarkan hewan saya itu lepas tanpa diikat dan tawakal saja, atau saya ikat dahulu baru saya tawakal.”

Jawaban Kanjeng Nabi pendek: “Ikatlah, baru engkau tawakal” (bal i‘qilha wa-tawakkal).

Kisah ini menunjukkan bahwa ada dua dimensi penting dalam tindakan manusia dalam berhadapan dengan tindakan Tuhan. Pertama: tindakan teknis-strategis; kedua, tindakan spiritual-ontologis.

Tindakan pertama saya sebut “teknis-strategis” karena berorientasi untuk mengatasi masalah secara lahiriah. Jika Anda tidak ingin kehilangan kendaraan, ya solusinya: harus dikunci. Tindakan teknis biasanya bertujuan untuk “problem solving.”

Sementara tindakan kedua saya sebut spiritual-ontologis karena menyangkut sikap batiniah untuk “pasrah” kepada misteri tindakan Tuhan yang tak terduga. Boleh jadi setelah kita mengunci kendaraan, masih saja ada maling yang mencurinya.

Dengan kata lain, tiada jaminan bahwa tindakan teknis-strategis akan sukses. Selalu ada kemungkinan meleset. Di sanalah misteri tindakan Tuhan terletak–tindakan Tuhan yang tak transparan, bathin.

Jadi, ikatlah baru engkau tawakal. Hanya dengan inilah manusia bisa menghadapi secara tepat misteri tindakan Tuhan.


Sepanjang Ramadan, MOJOK.CO akan menampilkan kolom khusus “Wisata Akidah Bersama al-Ghazali” yang diampu oleh Ulil Abshar Abdalla. Tayang setiap pukul 16.00 WIB.

Terakhir diperbarui pada 12 Mei 2020 oleh

Tags: al-ghazalitawakalWisata Akidah
Ulil Abshar Abdalla

Ulil Abshar Abdalla

Cendikiawan muslim.

Artikel Terkait

jenazah corona
Khotbah

Menghadapi Kematian, Menghadapi Teori Konspirasi

2 Juli 2021
Ben Ora Gampang Geger Gedhen, Sinau Pitutur ‘Nek Wani Ojo Wedi-Wedi, Nek Wedi Ojo Wani-wani’ MOJOK.CO
Rerasan

Ben Ora Gampang Geger Gedhen, Sinau Pitutur ‘Nek Wani Ojo Wedi-Wedi, Nek Wedi Ojo Wani-wani’

17 Februari 2021
Kolom

Masa Depan Agama-agama Dunia

23 Mei 2020
Kolom

Argumen Keberadaan Tuhan untuk ‘New Atheists’

22 Mei 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.