Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Khotbah

Untung Jarang ke Masjid, Jadi Nggak Kena Hoaks soal Vaksin Corona Haram

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
23 Juli 2021
A A
Untung Jarang ke Masjid, Jadi Nggak Kena Hoaks soal Vaksin Corona Haram

Untung Jarang ke Masjid, Jadi Nggak Kena Hoaks soal Vaksin Corona Haram

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Gencarnya ceramah soal vaksin corona haram, bikin tetangga desa Fanshuri merasa bersyukur jarang ke masjid. Jadi nggak kemakan hoaks.

Usai ngurus pembagian daging kurban, Marwoto yang lagi duduk-duduk di cakruk dekat lapangan mendekati Fanshuri untuk pinjam korek buat menyulut rokok.

“Wah, untung aku ini jarang ke masjid. Jadi nggak terpapar soal ceramah-ceramah vaksin corona haram,” kata Marwoto tiba-tiba.

Fanshuri agak terkejut Marwoto bilang begitu.

“Maksudnya, Mas? Emang Kiai Kholil sama Gus Mut pernah kasih fatwa kalau vaksin corona haram ya?” tanya Fanshuri sambil meminjamkan koreknya.

“Ya, nggak sih. Tapi lihat di medsos. Ada banyak banget ustaz-ustaz yang gencar ceramah soal vaksin haram, katanya ada kandungan zat babinya, ada konspirasinya, macam-macam lah. Serem-serem pokoknya,” kata Marwoto sambil menyulut rokoknya.

Fanshuri terkekeh.

“Lah terus hubungannya sama ‘untung jarang ke masjid’ itu apa, Mas?” kata Fanshuri.

“Ya kan dengan jarang ke masjid. Aku ini agak berjarak sama agama. Otomatis jadi berjarak sama ustaz-ustaz begitu. Itu bikin aku jadi nggak langsung percaya. Coba aku rajin kayak kamu, Fan. Bisa aja lho aku percaya sama ustaz yang bilang vaksin corona haram,” kata Marwoto.

Fanshuri makin ketawa mendengarnya.

“Itu dua hal yang nggak berkaitan. Kalau emang males ke masjid ya bilang aja males. Nggak usah cari alasan pembenaran karena sekarang banyak ustaz nggak bener, Mas, jadi ngerasa tepat jadi jarang ke masjid,” kata Fanshuri.

“Lah tapi kan kenyataannya, di masa sekarang-sekarang ini memang ada larangan kumpul-kumpul. Salah satunya di masjid. Jadi aku ini udah mengikuti protokol kesehatan, jauh sebelum istilah itu dikampanyekan sama Pak Lurah tho, Fan,” kata Marwoto.

Fanshuri tekekeh.

“Iya memang, sekarang masjid dinon-aktifkan dulu biar nggak jadi klaster penularan baru. Tapi kan nggak semua masjid isi takmirnya kayak gitu. Yang dikit-dikit teriak vaksin corona haram, dikit-dikit bilang ada konspirasi, masjidnya Kiai Kholil nggak begitu,” kata Fanshuri.

Iklan

“Ya tapi kan rata-rata begitu. Orang kalau udah mabuk agama itu rata-rata jadi gampang kemakan hoaks,” kata Marwoto.

Fanshuri terkejut.

“Kok rata-rata? Emang Mas Marwoto udah survei?” tanya Fanshuri.

“Ya belum sih, tapi dilihat dari yang kelihatan aja,” kata Marwoto.

“Lah kok gitu kesimpulannya? Kok enak bener bilang masjid keliru hanya karena ada segelintir ustaz yang ceramah di masjid kalau vaksin corona haram?” kata Fanshuri.

“Namanya jaga-jaga kan bagus dong,” kata Marwoto.

“Itu bukan jaga-jaga, Mas. Itu menuduh namanya. Bahasa kerennya stigma. Hanya karena ada oknum ustaz teriak vaksin corona haram, terus bikin pandemi ini makin lama kelarnya, bukan berarti agama itu keliru dong, Mas,” kata Fanshuri kali ini udah mulai agak kesel.

“Ah, susah sih ngomong sama orang yang dikit-dikit pakai agama. Pasti nanti kamu larinya ke dalil. Males, ah,” kata Marwoto.

Fanshuri sempat agak tersinggung dibilang begitu oleh Marwoto, tapi dia sadar, tetangga desanya ini sangat awam soal agama, jadi kalau ngasih tahu lewat sana sudah pasti bakal dilepeh mentah-mentah.

“Oke, oke, Mas. Aku nggak ngomongin dalil. Gini aja deh, aku tanya sesuatu; Mas Marwoto percaya nggak kalau semua umat Islam itu teroris?” tanya Fanshuri.

Giliran Marwoto yang kaget.

“Ya nggak lah, gila apa kamu, Fan!” kata Marwoto sambil mendelik.

“Kenapa nggak percaya? Kan katanya, ini katanya lho ya, nggak semua orang Islam itu teroris, tapi kebetulan aja semua teroris itu agamanya Islam,” kata Fanshuri.

Marwoto gantian yang tersinggung, identitasnya sebagai orang Islam mulai disentil Fanshuri.

“Ya nggak. Itu kan cuma oknum aja,” kata Marwoto.

“Nah, kan sama,” kata Fanshuri.

“Sama? Sama apanya?” tanya Marwoto bingung.

“Ya sama. Mas Marwoto bilang kalau banyak masjid nyebarin ceramah soal vaksin corona haram, lalu bersyukur jarang ke masjid, lalu aku bilang itu ustaz yang ceramah hoaks begitu cuma oknum Mas Marwoto nggak percaya,” kata Fanshuri.

Marwoto kali ini garuk-garuk kepala. Diam sejenak, sambil menyedot rokoknya dalam-dalam.

“Etapi serius, kok bisa ya semua teroris itu agamanya Islam?” tanya Marwoto.

Fanshuri kali ini membenarkan posisi duduknya.

“Bukan semua teroris agamanya Islam, Mas. Itu cuma cara media kasih label ke orang Islam aja. Nyatanya, kasus penembakan di masjid oleh orang kulit putih di Selandia Baru beberapa tahun lalu, nggak banyak media yang nyebut itu aksi terorisme,” kata Fanshuri.

“Oalah begitu ya. Brengsek juga ya media-media itu, kalau pelaku teror kebetulan orang Islam disebut teroris, kalau bukan orang Islam bukan berarti ya?” kata Marwoto kesal.

“Iya, sama brengseknya dengan menuduh semua masjid menyebarkan hoaks vaksin corona haram ya, Mas, ya?” sindir Fanshuri.

Marwoto terkejut, “Heh? Oiya ya.”

“Hehe,” Marwoto pun cengegesan.


BACA JUGA Niatnya Mau Menghindari Fitnah Dajjal, tapi Sama Hoaks Langsung Percaya atau kisah-kisah Fanshuri lainnya.

Terakhir diperbarui pada 23 Juli 2021 oleh

Tags: dalilKhotbahpandemiSelandia Baruteroristerorismevaksi coronavaksin haram
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Alumnus UNY ke harvard.MOJOK.CO
Sosok

Berawal dari Jualan Sayur di Sleman, Alumnus UNY Dapat Kesempatan Belajar di Harvard hingga Selandia Baru Gratis

7 Juli 2024
parpol terafiliasi jaringan terorisme
Kotak Suara

BNPT Endus Parpol Terafiliasi Terorisme Jelang Pemilu 2024, Partai yang Mana?

14 Maret 2023
teroris sleman mojok.co
Hukum

Cerita Pak Dukuh Soal Penangkapan Terduga Teroris di Sleman

23 Januari 2023
Subvarian XBB Sudah Terdeteksi di Indonesia Mojok.co
Kesehatan

Subvarian Omicron XBB yang Bikin Singapura Kewalahan Sudah Ditemukan di Indonesia

25 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.