Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Khotbah

Khotbah Jumat Terlalu Lama dan Stigma yang Menyertainya

Kadang-kadang, yang terlihat moderat pun bisa terjebak punya stigma....

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
12 November 2021
A A
Khotbah Jumat Terlalu Lama dan Stigma yang Menyertainya

Khotbah Jumat Terlalu Lama dan Stigma yang Menyertainya

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Fanshuri merasa sebal dengan khotbah Jumat Kiai Jauhari yang kelewat panjang dan lama. Padahal kan yang begituan hukumnya makruh.

“Wah, Gus Mut ini ngerjain saya. Saya pikir saya diajak ke masjid yang agak jauh dari kampung kita itu ada maksud apa, ternyata malah buat dengerin Khotbah Jumat Kiai Jauhari yang kepanjangan,” kata Fanshuri ke Gus Mut dalam perjalanan pulang dari jumatan.

Gus Mut terkekeh.

“Kamu kan dari dulu suka nyindir-nyindir Kiai Jauhari soal khotbah Jumatnya, makanya sekali-kali aku ajak lah. Biar kamu ngerasain,” kata Gus Mut.

“Duh, kapok saya jumatan di sana. Capek. Apa Gus Mut nggak mau sekali-kali negur Kiai Jauhari? Khotbah Jumat yang kelewat panjang kan hukumnya makruh, apa Kiai Jauhari tidak tahu dalil-dalil kayak gitu?” kata Fanshuri ke Gus Mut.

Gus Mut kali ini tersenyum.

“Kamu kok tahu hukum khotbah Jumat yang kelewat panjang segala?” kata Gus Mut.

“Ya tahu dong, Gus. Meski santri kalong begini, saya kan juga masih ingat soal riwayat kalau Nabi salat jamaah itu bacaan surat-suratnya sedang dan khotbahnya juga sedang. Terukur lah,” kata Fanshuri.

Gus Mut manggut-manggut.

“Dari sana kan sudah cukup, Gus. Kalau misalnya Gus Mut mau menegur Kiai Jauhari,” kata Fanshuri.

Gus Mut terdiam sejenak.

“Bukan di situ masalahnya, Fan,” kata Gus Mut.

Fanshuri agak bingung dengan sikap Gus Mut, tidak biasanya gurunya seperti itu.

“Apa ini karena Gus Mut merasa lebih muda jadi nggak berani menegur Kiai Jauhari?” tanya Fanshuri.

Iklan

“Ya nggak lah, apa urusannya kesimpulan kamu bisa sampai ke sana,” kata Gus Mut.

“Soalnya kan bisa bahaya kalau kebiasaan ini diteruskan. Nanti orang jadi bosan waktu jumatan kalau khotbah Jumat kelewat panjang begitu,” kata Fanshuri.

“Bukan begitu, Fan. Ukuran sedang itu kan sebenarnya relatif, bagi sebagian orang bisa terlalu pendek, bagi sebagian yang lain bisa kelewat panjang. Makanya dalam riwayat Nabi itu tidak disebutkan durasi secara pasti, itu semua masih terkait soal proporsi, situasi, dan konteks ketika khotbah Jumat itu disampaikan,” kata Gus Mut.

“Lah, makanya itu. Khotbah Jumat Kiai Jauhari kan sudah nggak proposional sama sekali, Gus?” kata Fanshuri.

“Proposional kan menurut kamu,” kata Gus Mut.

Fanshuri agak kaget.

“Ma-maksudnya, Gus?” tanya Fanshuri.

“Kamu pernah nggak ketemu sama Kiai Jauhari? Maksudnya, pernah sowan ke beliau nggak?” tanya Gus Mut.

“Ya nggak pernah sih, beliau kan dari kampung sini. Agak jauh dari kampung kita,” kata Fanshuri, “Kalau saya mau tanya-tanya agama kan mending ke Gus Mut langsung lah, ngapain jauh-jauh?”

“Nah, makanya itu…,” kata Gus Mut.

“Makanya apa, Gus?” tanya Fanshuri.

“Ya makanya, kamu masih ada stigma yang melekat kalau khotbah Jumat terlalu lama—menurutmu, kamu pikir orang yang khotbah itu nggak ngerti soal dalil bahwa khotbah sebaiknya nggak terlalu panjang,” kata Gus Mut.

“Heh, gimana, Gus?”

“Kiai Jauhari itu juga ada maksud dan tujuan kenapa khotbah Jumat lebih panjang menurut kamu,” kata Gus Mut.

“Kok Gus Mut tahu? Emang akrab ya sama Kiai Jauhari ya? Padahal kan Gus Mut ini termasuk khotib yang sering khotbah Jumat nggak panjang dan secukupnya aja,” tanya Fanshuri.

Gus Mut terkekeh.

“Ya tahu dong, aku kan sering sowan ke rumah Kiai Jauhari makanya tahu,” kata Gus Mut.

“Sebentar, sebentar, memang alasannya Kiai Jauhari kayak gitu kenapa, Gus?” tanya Fanshuri.

“Kiai Jauhari itu, di masjid di lingkungannya kan dekat sama pabrik besar. Tadi kan kamu juga lihat ada banyak buruh pabrik yang ikut jumatan di masjid,” kata Gus Mut.

“Oiya juga. Tadi di injury time waktu mau habis khotbah kedua, banyak itu rombongan berseragam tiba-tiba datang,” kata Fanshuri.

“Nah, jadi ceritanya, karena waktu istirahat untuk salat Jumat para buruh itu nggak banyak, kadang-kadang buruh pabrik itu suka memanfaatkannya untuk makan siang dulu sebentar. Soalnya sesudah jumatan mereka diharuskan segera masuk sif kerja lagi,” cerita Gus Mut.

“Terus?” Fanshuri penasaran.

“Nah, karena sebagian dari mereka suka pada makan siang dulu, pada akhirnya buruh-buruh ini suka ketinggalan jumatan. Beberapa di antaranya malah sekalian nggak jumatan, karena nanggung dan lebih takut sama bos-nya ketimbang sama Allah,” kata Gus Mut.

“Wah, parah juga itu buruh-buruh pabriknya,” komentar Fanshuri.

“Kan nggak mungkin itu Kiai Jauhari menceramahi satu demi satu buruh pabrik yang nggak jumatan karena alasan mau makan siang dulu, akhirnya Kiai Jauhari pakai strategi lain,” kata Gus Mut.

“Strategi? Strategi apa, Gus?” tanya Fanshuri.

“Ya dipanjanginlah durasi khotbah Jumat kalau beliau lagi jadi khotib. Harapannya, biar para buruh pabrik itu merasa nggak enak kalau udah selesai makan siang, tapi masjid di dekat mereka ternyata belum mulai juga salat Jumat-nya,” kata Gus Mut.

“Howalah, pantesan tadi waktu iqomah tahu-tahu ada banyak lagi rombongan buruh yang datang,” kata Fanshuri.

“Iya. Gara-gara pakai strategi khotbah Jumat itu, buruh pabrik yang tadinya malas jumatan, justru malah pada jumatan karena waktunya masih cukup untuk makan siang dan salat Jumat. Di sisi lain, itu juga bikin waktu istirahat mereka jadi sedikit lebih panjang karena patokan masuk sif kerja mereka ngikutin selesai jumatannya masjid di kampungnya Kiai Jauhari,” kata Gus Mut.

“Howalah, ternyata begitu,” kata Fanshuri.

“Patokan khotbah Jumat kepanjangan atau tidak itu ya relatif, Fan. Bagimu bisa kepanjangan, tapi bagi jamaah di tempat lain ya bisa aja tidak. Makanya, dikurang-kurangilah mengukur celana orang lain pakai ukuran perutmu sendiri,” lanjut Gus Mut.

Fanshuri melongo. Sikapnya yang tadi meremehkan Kiai Jauhari, tiba-tiba berubah drastis.

Gus Mut cuma tersenyum melihat ekspresi Fanshuri.

“Itu tadi yang namanya stigma. Orang yang kita pikir berperilaku tidak sesuai dengan tafsir kita, lalu kita anggap orang tersebut nggak ngerti apa-apa. Padahal sebenarnya, justru kita yang nggak ngerti apa-apa,” kata Gus Mut lalu terkekeh.

BACA JUGA Pilihan Surat saat Salat Jamaah Jangan yang Panjang, Umat Juga Punya Urusan Lain atau kisah-kisah Gus Mut lainnya.

Terakhir diperbarui pada 12 November 2021 oleh

Tags: KhotbahKhotbah Jumatsalat jamaahsalat jumat
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Kalimat Tauhid Burung Beo dan Iman yang Tersembunyi
Khotbah

Kalimat Tauhid Burung Beo dan Iman yang Tersembunyi

24 Desember 2021
Khotbah

Tak Rela Terima Sedekah karena Tak Mau Lihat Orang Lain Lebih Mulia

17 Desember 2021
Cara Bikin Uang Haram Jadi Uang Halal MOJOK.CO
Khotbah

Cara Bikin Uang Haram Jadi Uang Halal

3 Desember 2021
Doa Anak Saleh Bukan Satu-satunya Tiket Masuk Surga, Rahmat Tuhan Itu Banyak
Khotbah

Doa Anak Saleh Bukan Satu-satunya Tiket Masuk Surga, Rahmat Tuhan Itu Banyak

27 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.