Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Kesedihan yang Saya Rasakan di Atas Bus Surabaya Semarang

Entah kebetulan atau tidak, dalam tiga kepulangan terakhir saya baru-baru ini, para pengamen di bus Surabaya Semarang seperti sepakat untuk “menjeritkan” keperihan yang sama

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
28 Februari 2023
A A
Kesedihan yang Saya Rasakan di Atas Bus Surabaya Semarang MOJOK.CO

Ilustrasi Kesedihan yang Saya Rasakan di Atas Bus Surabaya Semarang. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sepanjang ingatan saya di tahun-tahun yang sudah lewat di bus trayek Surabaya Semarang, beberapa pengamen Lamongan biasanya suka membawakan lagu-lagu pop melayu hingga pop rock dari band-band angkatan 90-an. Nama-nama yang saya catat misalnya, Peterpan (sekarang NOAH), ST12, hingga Dewa 19.

Ya meski tak dinyanyikan dengan baik, tapi setidaknya lagu-lagu pop tersebut membuat suasana dalam bus jadi sedikit berwarna. Khususnya bagi yang tumbuh bersama lagu-lagu dari band-band di atas.

Di satu atau dua kesempatan juga ada yang membawakan lagu-lagu bernuansa “semangat” dari Gombloh, Iwan Fals, hingga Chrisye. Yang saya catat di antaranya, “Kugadaikan Cintaku”, “Bongkar”, “Pesawat Tempurku”, “Surat Buat Wakil Rakyat”, hingga “Anak Sekolah”.

Di tiga kali perjalanan terbaru saya, seorang pengamen yang masuk dari Jembatan Babat memang masih membawakan lagu Iwan Fals. Namun sudah bukan lagi yang berlirik “menghentak”, tetapi justru menyayat, seperti “Sore di Tugu Pancoran”, “Manusia Setengah Dewa”, hingga “Sarjana Muda”. Bertambah menyayat ketika pengamen itu menambahkan lagu “Titip Rindu Buat Ayah” dan “Berita Kepada Kawan”-nya Ebiet G Ade ke dalam playlist.

Gresik-Bungurasih: lebih sendu dari dulu

Saya mencatat, lagu-lagu yang dibawakan para pengamen di sisa perjalanan dari Gresik ke Bungurasih sedari dulu cenderung lebih beragam. Beberapa pengamen membawakan lagu-lagu sendu, beberapa yang lain membawakan lagu dengan lirik bergairah.

Yang paling melekat dalam ingatan, para pengamen yang naik dari Terminal Bunder Gresik biasanya mengamen dengan cara yang “lebih niat”. Tak hanya sekadar bernyanyi untuk dapat recehan, tapi tampak seperti sekelompok orang yang memang ingin berkesenian.

Saya ingat betul, dulu ketika melintasi rute terakhir ini, sering sekali bertepatan dengan para pengamen yang membawakan musikalisasi puisi. Dari puisi karya Gus Mus, Wiji Thukul hingga Chairil Anwar. Yang mengamen terdiri dari dua orang. Satu memainkan gitar sembari bernyanyi dan berpuisi, satunya lagi meniup harmonika. Sebagai mahasiswa penyuka puisi dan sastra, mendengar pengamen itu bernyanyi dan berpuisi, rasanya ada yang bergelora di dalam dada saya.

Mereka umumnya bisa didapati di sore atau malam hari. Adapun jika pagi dan siang, biasanya akan diisi oleh ibu-ibu yang mengamen dengan model karaoke; menyetel musik dari sound kecil yang dibawa, lalu mendendangkan lagu sesuai irama.

Lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu dangdut koplo, baik yang lama maupun yang baru nge-hits. Saat itu, “Dinding Kaca”, “Mawar di Tangan”, dan “Bojo Galak” menjadi yang paling sering saya dengar. Sebelum akhirnya belakangan ini bergeser ke lagu-lagu pilu melayu seperti “Tiara” hingga “Buih Jadi Permadani”.

Sepakat untuk menyuarakan kepedihan hati di bus trayek Surabaya Semarang

Entah kebetulan atau tidak, dalam tiga kepulangan terakhir saya baru-baru ini, para pengamen di bus Surabaya Semarang seperti sepakat untuk “menjeritkan” keperihan yang sama; tentang hidup yang hanya memberikan kekalahan berkali-kali; perihal nasib yang masih berkutat di bawah dan tak kunjung ikut berputar ke atas.

Memasuki Medaeng, beberapa jengkal menuju pintu kedatangan Terminal Bungurasih, seorang bocah masuk dengan mencangklong tas kecil dan menenteng kecrekan. Dia, dengan suara kecilnya, memohon diri untuk ngamen pada sisa-sisa penumpang. Tak jelas apa yang dia nyanyikan. Hanya samar-samar saya tangkap lagu itu berkisah tentang kerinduan seorang anak pada ayahnya.

BACA JUGA Pengalaman “Horor” di Perjalanan dari Surabaya Menuju Sidoarjo dan pengalaman menarik lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Muchamad Aly Reza

Editor: Yamadipati Seno

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 28 Februari 2023 oleh

Tags: Bungurasihbus surabaya semaranglagu sedihPengamenSemarangSurabayaTuban
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Job fair untuk penyandang disabilitas di Surabaya buka ratusan lowongan kerja, dikawal sampai tanda tangan kontrak MOJOK.CO
Aktual

Menutup Bayangan Nganggur bagi Disabilitas Surabaya: Diberi Pelatihan, Dikawal hingga Tanda Tangan Kontrak Kerja

26 November 2025
Kafe Gethe di Kampung Sekayu Semarang. MOJOK.CO
Ragam

Rogoh Kantong Pribadi Sampai Ratusan Juta demi Bikin Kafe Bergaya Retro di Tengah Permukiman Padat Kota Semarang

14 November 2025
Pemkot Semarang kuatkan usulan gelar pahlawan nasional ke KH. Sholeh Darat MOJOK.CO
Kilas

KH. Sholeh Darat Semarang Harusnya Semat Gelar “Pahlawan”: Penyusun Tafisr Al-Qur’an Jawa Pegon-Guru bagi RA. Kartini hingga KH. Hasyim Asy’ari

12 November 2025
Belikan ibu elektronik termahal di Hartono Surabaya dengan tabungan gaji Jakarta. MOJOK.CO
Liputan

Pertama Kali Dapat Gaji dari Perusahaan di Jakarta, Langsung Belikan Ibu Elektronik Termahal di Hartono agar Warung Kopinya Laris

11 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.