Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Kesamaan Wiro Sableng dengan 212: The Power of Love Sebagai Film Keluarga

Haris Firmansyah oleh Haris Firmansyah
3 September 2018
0
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Wiro Sableng 212 sekilas tidak punya hubungan dengan film 212: The Power of Love. Beda universe, lain genre. Meski begitu keduanya punya beberapa kesamaan.

Saya tumbuh besar di masa sosok Wiro Sableng masih diperankan oleh Ken Ken. Kemudian, Wiro berperang melawan musuh yang membuat wajahnya rusak kayak Young Lex digebukin satu batalyon satpam Kpopers. Setelah berendam di danau dan cuci muka, wajahnya pulih tapi berganti rupa menjadi Wiro Sableng versi Abhie Cancer.

Sebelum sampai ke adegan itu, penulis skenarionya pasti pusing mencari alasan logis untuk mengganti wajah peran utama. Cara seperti ini juga dipakai di sinetron Bidadari. Marshanda berperan sebagai Lala. Pada suatu episode, ketika pelajaran kimia, Lala disiram air keras oleh temannya yang jahat. Wajah Lala pun melepuh. Ketika sembuh, wajah Lala berubah jadi Angel Karamoy.

Dewasa ini sutradara Ayat-Ayat Cinta 2 juga ikut-ikutan pakai jurus ganti wajah Aisha: Rianty Cartwright berubah jadi Sandra Dewi dengan cara menggesek-gesek muka ke tembok penjara Israel. Sudah begitu, di ending, wajah Aisha diganti lagi pakai cetakan muka Tatjana Saphira. Aisha telah menjalani double-face-off yang mind blowing abez dengan spesial efek casting nan ciamik.

Kabar baik, film Wiro Sableng versi Vino G. Bastian digarap oleh Angga Dwimas Sasongko yang pernah membolak-balikkan hati mantan di film Hari untuk Amanda. Di tangannya, cerita Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 ini dimulai dari awal mula dengan cast yang lebih gres. Walaupun terkenal sebagai cerita yang kocak, jajaran cast bersih dari nama-nama stand up comedian.

Padahal biasanya film komedi dalam negeri memberikan “jatah preman” untuk komika agar mendapat stampel lucu dari Majelis Lucu Indonesia (MLI). Keputusan dalam tahap casting ini sungguh berani dan terasa begitu tulus.

Seandainya film ini disutradarai oleh Anggy Umbara, sudah pasti yang menjadi Santiko si Bujang Gila Tapak Sakti adalah Babe Cabita. Yang jadi Wiro Sableng tentu saja Pandji Pragiwaksono. Lalu Arafah Rianti yang ditunjuk jadi Anggini.

Bagaikan kejutan, peran Anggini bisa menarik kembali Sherina Munaf ke dunia perfilman. Sherina jarang main film. Film terakhir yang dibintanginya adalah film pertamanya juga, yaitu Petualangan Sherina. Sekalinya main film lagi, filmnya legendaris banget: Wiro Sableng.

Walaupun tidak menyimak versi sinetron atau baca serial cerita silatnya, pun sebelumnya tidak perlu maraton nonton serial Wiro Sableng semuanya. Film ini bisa langsung diikuti dan dijamin bakalan tetap nyambung bagi penonton yang belum tahu latar cerita Wiro Sableng sebelumnya.

Walaupun sama-sama mengandung angka 212, film Wiro Sableng sekilas tidak ada hubungannya dengan film 212: The Power of Love. Beda universe, lain genre. Akan tetapi, keduanya mengusung tema cerita tentang gerakan yang sama: merebut tahta. Bedanya, yang satu #2019GantiPresiden, satunya lagi #Abad16GantiRaja.

Memang busur ceritanya bagai “Game of Thrones” versi Nusantara. Dengan peran utama memenuhi syarat seorang karakter manga shounen: penuh semangat, kocak, dan dikelilingi banyak wanita cantik. Sebagai fanboy, saya sampai bingung mau shipping Wiro dengan siapa? Anggini atau Rara Murni? Soalnya dua-duanya manis banget. Indonesia mesti bangga punya pendekar yang tak kalah keren dibanding Naruto atau Monkey D. Luffy dari One Piece.

Menurut sinopsisnya, latar waktu Wiro Sableng terjadi di Nusantara pada abad 16. Mungkin itu periode sebelum Belanda menjajah bangsa kita. Jadi konon begitu tahu Wiro pensiun dari dunia persilatan dan gantung kapak, para kompeni itu mulai berani menginjakkan kaki di tanah air. Soalnya pendekar yang tersisa saat itu cuma Si Pitung.

Sama seperti versi cerita silat atau sinetron, nasib Wiro Sableng dimulai dengan tragis: rumahnya dibakar oleh penjahat dan harus menyaksikan orang tua terbunuh di depan matanya sendiri. Ayahnya Wiro diperankan oleh penyanyi Marcell. Sementara pemeran ibunya Wiro adalah Happy Salma yang sebelumnya juga terbunuh dalam adegan kebakaran di film Buffalo Boys. Mungkin Happy Salma spesialis pemeran ibu-ibu teraniaya ala tempo doeloe yang selalu mati ngenes dengan rumah terbakar di film.

Senasib dengan Bruce Wayne yang menjadi yatim piatu sejak usia dini, Wiro Sableng memutuskan menjadi pendekar alias superhero pada zaman dulu. Oleh gurunya Sinto Gendeng, Wiro ditugaskan untuk membawa Mahesa Birawa ke Gunung Gede. Kenapa harus Gunung Gede? Soalnya kalau dibawa ke Gunung Semeru untuk nyatakan cinta, malah jadi 5 cm.

Mahesa Birawa adalah pembunuh orang tua Wiro. Ternyata Mahesa Birawa dan Wiro Sableng masih satu almamater: sama-sama alumni 212. Bedanya, Mahesa Birawa berkhianat dan tergoda untuk menyeberang ke sisi kegelapan.

Petualangan Wiro Sableng menjalankan misi pertamanya dengan dibantu Anggini dan Bujang Sakti Tapak Gila (kebalik woy) layak disimak di bioskop. Cerita mendebarkan, CGI lumayan lebih bagus dibanding CGI elang ala Indosiar, dan humor-humor yang kena.

Mengasyikkan rasanya ketika menyaksikan adegan perkelahian selama film. Jurus-jurus yang ditampilkan dari beragam karakter yang unik nan nyentrik betul-betul memukau. Wajar saja, sebab Yayan Ruhian yang pegang divisi koreografi. Sherina pasti geregetan jadinya geregetan melihat hasil tangan kosong Mad Dog yang ada geregetnya.

Vino G. Bastian sukses melestarikan karya Bastian Tito yang telah menulis cerita silat ini selama 37 tahun. Kini Wiro Sableng bisa dibilang sebagai film keluarga—tepatnya, keluarganya Vino G. Bastian, bukan keluarga kita. Sebab cerita aslinya adalah warisan bokap. Ditambah bojonya, Marsha Timothy, ikut bermain sebagai Bidadari Angin Timur yang perannya hampir mirip seperti Dewi Kwam Im di serial Kera Sakti: ujug-ujug nongol menolong di saat tersedak, eh, terdesak.

Filmnya sendiri diproduseri oleh kakak ipar Vino, yaitu Sheila Timothy. Namun, karena hasilnya bagus, jadi tidak masalah. Bukan nepotisme namanya. Sebut saja usaha keluarga.

Hubungan kreatif ayah-anak Bastian Tito dan Vino G. Bastian bisa bikin iri keluarga lain. Sebab tidak semua anak-beranak bisa estafet karya seperti itu. Selain Keluarga Bastian, ada Umbara Brothers yang punya warisan turun-temurun. Anggy Umbara sempat membuat film 5 Cowok Jagoan demi meneruskan warisan cita-cita sang ayah, Danu Umbara, yang pada masa lampau membuat film superhero 5 Cewek Jagoan. Sayang, filmnya tidak selaku karya Anggy yang lain, seperti Comic 8 atau Warkop DKI Reborn.

Selain itu, Anggy Umbara juga pernah membantu seorang ayah kaya-raya yang ingin memberikan hadiah ulang tahun kepada anak pertamanya. Hadiah berupa film bergenre fiksi ilmiah, aksi, komedi, drama, fantasi, keluarga, sekaligus horor banget secara ranking IMDb, berjudul Rafathar. Jika Vino G. Bastian main film untuk mengenang ayahnya, Raffi Ahmad malah bikin film untuk anaknya.

Namanya anak-anak masih belum punya kendali untuk dirinya sendiri. Mana kita tahu kalau sudah gede nanti, sebenarnya Rafathar malah tidak mau dibuatkan film begitu. Mending uangnya ditabung buat pendidikan bagaimana caranya bikin film bagus dan nggak habisin duit usaha keluarga.

Beda cerita dengan Bastian Tito yang pernah curhat kepada Ken Ken tentang keinginannya agar Vino G. Bastian mau memerankan Wiro Sableng. Hingga akhirnya harapan itu terwujud berkat anak yang berbakti kepada orang tua dan benar-benar mau menuruti permintaan bapaknya. Persis seperti hubungan tokoh Rahmat di 212: The Power of Love yang akhirnya mau berbakti pada Ki Zainal, bapaknya.

Hal ini menunjukkan bahwa makna 212 ala pendekar dengan 212 ala pendemo ternyata memiliki benang merah kekeluargaan. Mungkin untuk ke depannya, Wiro Sableng dan 212: The Power of Love perlu bikin 212 Universe untuk jadi franchise yang bisa ngalah-ngalahin Marvel Universe.

Terakhir diperbarui pada 2 Desember 2018 oleh

Tags: #2019GantiPresiden212212 the power of lovebelandagame of thronesHappy SalmaMonkey D. LuffyNarutoone piecePitungRaftharwiro sableng
Iklan
Haris Firmansyah

Haris Firmansyah

Pegawai Bank Ibukota. Selain suka ngitung uang juga suka ngitung kata.

Artikel Terkait

Membantah Stigma Buruk Tentang Penyuka Anime alias Wibu MOJOK.CO
Catatan

Membantah Stigma Buruk tentang Wibu: Dari Waifu, Nolep, hingga Nggak Intelek

25 November 2024
Suluk Gatoloco dan Serat Darmagandhul, Propaganda Belanda Untuk Menumpas Islam di Jawa mojok.co
Kilas

Suluk Gatoloco dan Serat Darmagandhul, Propaganda Belanda untuk Menumpas Islam di Jawa

17 Agustus 2023
NISM kereta api mojok.co
Kilas

Mengenal NISM, Perusahaan Legendaris Milik Penjajah yang Jadi Pelopor Perkeretaapian Indonesia

31 Juli 2023
Harta warisan kolonial salah satunya peninggalan Pangeran Diponegoro.
Kilas

Indonesia Meminta Belanda Kembalikan Harta Karun Warisan Kolonial

19 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

kuliah di Universitas Amikom Yogyakarta. MOJOK.CO

Bahagianya Mahasiswa Amikom Yogyakarta, Bisa Lulus Cepat dan Nggak Pusing Mencari Kerja bahkan Sebelum Wisuda

18 Juni 2025
Lomba Bidar Palembang Budaya Betulan, Bukan Sound Horeg MOJOK.CO

Saya Resah Melihat Palembang ketika Budaya Bodoh Bernama Sound Horeg dan Organ Tunggal Dianggap Pesta Rakyat Seperti Lomba Perahu Bidar

19 Juni 2025
sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Lulus Kuliah IPK 3,7 tapi Susah Dapat Kerja Gara-gara Tidak Mendengarkan Nasihat Orang Tua

18 Juni 2025
ide bisnis mahasiswa.MOJOK.CO

Ditolak Kampus PTN, Kini Malah Menciptakan Ide Bisnis Menjanjikan: Modal Iseng, Bisa Kantongi Rp50 Juta Pertama di Usia 20

17 Juni 2025
Pertama kali naik bus patas setelah sekian tahun naik bus ekonomi. Coba-coba pakai toilet bus malah berujung drama MOJOK.CO

Coba-coba Boker di Toilet Bus Patas, Niat Legakan Perut Malah Dibikin Waswas hingga Repot saat Cebok

19 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.