Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Siapakah Pemimpin Surabaya 2020?

Puthut EA oleh Puthut EA
30 November 2018
A A
kepala suku
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Mari saya ajak Anda untuk bergeser sejenak dari hiruk-pikuk pilpres dan pileg 2019. Kita lompat setahun kemudian, di sebuah kota bernama Surabaya.

Begitu hajatan politik akbar 2019 selesai, masih ada satu babak politik lagi yakni pilkada serentak 2020. Pilkada ini menjadi putaran politik terakhir sebelum kita sampai ke situasi yang jauh lebih rumit di tahun 2024. Sebab di tahun itu, pilpres, pileg, pilgub, pilbup/pilwalkot, dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Sampai detik ini, belum ada satu pun pakar politik di Indonesia yang sanggup membayangkan betapa pikuk, rumit, dan kompleksnya situasi tahun 2024 tersebut.

Tapi mari kita kembali ke pokok soal. Dalam putaran akhir pilkada serentak 2020 itu, ada nama Surabaya di dalamnya.

Sebagai pusat tataniaga terbesar setelah Jakarta, Surabaya menjadi kota yang sangat penting sebagai barometer politik di Indonesia. Selain itu, Pilwalkot Surabaya adalah hajatan tingkat dua terbesar se-Indonesia dari sisi kota strategis. Kenapa? Karena walikota di Jakarta tidak dipilih melalui pilkada.

Lantas, kenapa pilwalkot Surabaya menjadi begitu penting?

Pertama, Surabaya telah tumbuh menjadi kota yang mendunia. Di bawah kepemimpinan Tri Rismaharini atau akrab dipanggil Risma, Surabaya menerima berbagai penghargaan internasional. Berbeda dengan kebanyakan kota di Indonesia, Surabaya tumbuh menjadi kota yang bukan hanya menarik secara pandangan mata, makin asri, tapi juga makin membuat warganya nyaman. Selama Risma memimpin hampir 10 tahun, bersama warga dan jajaran birokratnya, Surabaya telah tampil beda. Makin baik, makin indah, makin berkualitas.

Dengan begitu, maka warga Surabaya akan agak berbeda dengan kebanyakan warga kota lain di Indonesia ketika kelak mereka akan memilih pemimpinnya. Kalau warga kota lain mungkin berpikir semoga calon pemimpinnya lebih baik, maka warga Surabaya bisa jadi ada dalam cara pandang: sanggupkah walikota baru nanti menjaga dan meneruskan apa yang telah dilakukan Risma?

Tentu beban ini cukup berat. Sama beratnya ketika Anies Baswedan memimpin Jakarta. Sebab kepemimpinan dia bakal dibandingkan dengan kepemimpinan Ahok.

Cara pandang warga seperti ini, pasti akan lebih selektif. Dan setiap cara pandang yang selektif, akan menghasilkan pertarungan politik yang ketat.

Kedua, Surabaya telah ikut mengantarkan nama Risma ke dalam etalase politik tertinggi di Indonesia. Nama Risma sempat dibicarakan banyak pihak sebagai calon kuat untuk berlaga di Pilgub DKI. Tapi Risma menolak. Risma juga sempat menjadi kandidat kuat dalam Pilgub Jatim. Lagi-lagi Risma menolak. Risma juga masuk dalam bursa tertinggi dalam pilpres 2024 mendatang. Setidaknya, banyak orang yakin, jika Jokowi menang, Risma akan menjadi salah satu menteri di jajaran kabinetnya. Saya kira itu hal yang wajar. Di era seperti sekarang, prestasi yang ditorehkan Risma, membuatnya layak menjadi kandidat pemimpin yang lebih tinggi lagi.

Dengan situasi seperti itu, maka banyak politikus yang sepakat bahwa menjadi Pemimpin Surabaya adalah salah satu tangga paling strategis untuk masuk ke radar bursa kepemimpinan nasional. Itu artinya, kandidat yang nanti bertarung sebagai calon walikota Surabaya, adalah orang-orang yang kelak dipersiapkan parpol untuk nanti berlaga di level yang lebih tinggi lagi.

Bukan tidak mungkin orang seperti Ibas Yudhoyono akan dipercaya memulai pertarungan eksekutifnya di kota arek ini. Dan bukan tidak mungkin orang sekelas Emil Dardak yang memenangi laga sebagai wakil gubernur Jatim, rela turun kasta untuk ikut berlaga. Sebab sorot lampu menjadi walikota Surabaya bisa jadi lebih terang dibanding menjadi wakil gubernur Jatim. Dengan logika serupa, bukan tak mungkin, Gus Ipul yang menelan kekalahan dalam pemilihan pilgub Jatim, juga akan turun gunung meramaikan bursa perebutan walikota Surabaya. Intinya, akan ada banyak nama besar yang diturunkan oleh parpol agar kader mereka bisa memimpin Surabaya.

Ketiga, sebagaimana yang di ungkap di awal tulisan ini, Surabaya sudah menjadi kota yang mendunia. Artinya, menjadi walikota Surabaya berarti menjadi sarana yang pas untuk mencatatkan diri dengan tinta emas ke daftar pemimpin salah satu kota terpenting di dunia.

Hal ini tentu menjadi magnet bagi mereka yang ingin menguji kapasitas intelektual, kreativitas, dan kemampuan kepemimpinan.

Iklan

Tentu saja semua kandidat yang kelak berlaga, punya tantangan yang berat. Bukan hanya mengelola sebuah kota yang tumbuh membaik. Tapi juga tertantang untuk keluar dari bayang-bayang walikota sebelumnya: Risma. Dan itu bukan perkara mudah. Justru karena itulah, orang-orang terbaik atau merasa diri mereka punya kapasitas kepemimpinan, akan mengeluarkan energi terbaik mereka.

Terakhir diperbarui pada 30 November 2018 oleh

Tags: RismaSurabaya
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO
Sosok

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO
Esai

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Job fair untuk penyandang disabilitas di Surabaya buka ratusan lowongan kerja, dikawal sampai tanda tangan kontrak MOJOK.CO
Aktual

Menutup Bayangan Nganggur bagi Disabilitas Surabaya: Diberi Pelatihan, Dikawal hingga Tanda Tangan Kontrak Kerja

26 November 2025
Belikan ibu elektronik termahal di Hartono Surabaya dengan tabungan gaji Jakarta. MOJOK.CO
Liputan

Pertama Kali Dapat Gaji dari Perusahaan di Jakarta, Langsung Belikan Ibu Elektronik Termahal di Hartono agar Warung Kopinya Laris

11 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gedung Sarekat Islam, saksi sejarah dan merwah Semarang sebagai Kota Pergerakan MOJOK.CO

Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.