Setiap Orang Punya Batasnya Masing-Masing - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
Home Esai Kepala Suku

Setiap Orang Punya Batasnya Masing-Masing

Puthut EA oleh Puthut EA
31 Agustus 2018
0
A A
kepala suku
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Ini adalah empat kisah tentang mereka yang peduli tanah. Sebenarnya, sungguh, setiap orang punya batasnya masing-masing.

Seorang kawan saya, penyuka kopi yang kemudian peduli pada petani kopi, baru-baru ini datang mengeluh pada saya. Akhir-akhir ini, hidupnya terasa capek.

Belasan tahun lalu, atas kesukaannya pada kopi, dia berburu berbagai jenis kopi di banyak tempat di Indonesia. Dari situ, dia belajar banyak soal kopi dan petani kopi. Akhirnya, dia memberanikan diri untuk mendampingi beberapa petani kopi di beberapa wilayah, mulai dari pendampingan cara petik, model pengeringan, sampai cara menjual. Beberapa petani yang didampinginya berhasil.

Karena makin dikenal sebagai orang yang tahu kopi dan dapat mendampingi dengan baik, tiba-tiba ada banyak petani kopi yang mendatanginya, minta didampingi. Bukan sekadar minta didampingi, tapi mereka juga menagih agar dijualkan dengan harga mahal. Di situlah sang kawan mengalami persoalan. Hidupnya jadi nggak asyik.

“Apa urusan saya dengan semua petani kopi itu?” ujarnya dengan agak kesal. “Aku ini cuma suka kopi, peduli dengan petani kopi, punya sedikit waktu dan energi untuk mendampingi. Lha, kok, sekarang orang-orang pada menuntut. Pensiun saja aku.”

Baca Juga:

Kisah Mbah Kuwot Selamat dari Romusha dan Buka Warung Kopi Legendaris di Trenggalek

Warung Kopi Mak Waris, Tempat Ngopi Para Petani yang Kini Jadi Legenda di Tulungagung

Haji Iskandar: Pakar Tembakau yang Dicintai Para Petani

Teman saya yang lain, seorang penyanyi, membantu beberapa petani padi di kampungnya untuk mendapatkan harga beras yang baik. Dia mengorganisir petani di kampungnya, dibuatkan pengepakan yang bagus, dipasarkan dengan baik, lalu diserap pasar dengan harga tinggi. Tidak berapa lama, dia didatangi oleh aktivis petani. Dia diminta untuk ‘mengorganikkan’ lahan-lahan pertanian di petani yang telah dibantu menjualkan hasil panen mereka.

Tapi, si penyanyi ini otaknya jalan. Dia bilang, “Bentar, bentar, aku ini punya lahan sendiri. Khusus lahanku, ya, pakai sistem organik. Lha, kalau petani lain, ya, aku nggak bisa maksa. Kalau mengajak, iya. Tapi, kalau maksa-maksa dan ngotot, aku nggak mau. Lha, memang, aku ini siapa? Aku juga tahu apa risiko menolak ajakanmu, pasti kamu anggap aku kontrev kan? Ha, luweh! Aku nggak mau hidupku ruwet. Aku hanya sanggup menjualkan beras bagi petani-petani di sekitarku. Mau organik kek, mau nggak kek, asal masih bisa kulakukan dan aku gembira, nggak ada masalah. Lha kalau kampung lain, ya, masa suruh aku yang ngurus juga? Memangnya aku LSM petani atau pemerintah po? Jinguk!”

Seorang pelopor dan orang yang sangat disegani dalam budidaya tembakau di Lombok, Pak Iskandar, pernah suatu saat saya tanya: bagaimana dengan kecenderungan para petani yang menanam tembakau di luar kuota yang diberikan pabrikan?

Beliau ini luar biasa bijak. Masyarakat pertembakauan Lombok sangat menghormatinya. Sejak tahun 1980, dia ikut mengenalkan dan membuka lahan pertembakuan di sana. Terbukti, tingkat perekonomian di sana ikut meningkat.

“Itu memang problem, Mas. Sebelum musim tanam, pabrikan pasti sudah memberi pengumuman berapa ton atau ribu ton yang akan diserap dari suatu daerah. Lalu, petani tembakau, Pemda, dan pihak lain membagi jatah itu. Banyak yang menanam di luar kuota. Itu terjadi di seluruh daerah pertanian tembakau di Indonesia. Masalahnya, begitu panen, semua hasil panen harus dibeli oleh pabrikan.

“Misal, petani A dapat jatah menanam 2 hektar. Dia menanam 5 hektar. Dia nggak mau tahu, pokoknya pabrikan harus membeli hasil kelima hektar itu. Kalau nggak dibeli, demo,” ujarnya agak terkekeh sambil geleng-geleng kepala. “Tapi, kalau di sini, masalahnya tidak serumit tembakau di Jawa yang campur-tangan pedagangnya sangat besar.”

Salah satu petani, yang juga sangat saya hormati, beberapa hari lalu curhat. Di kampungnya, di Bali Utara yang dikenal menghasilkan cengkeh berkualitas, mulai marak pembelian daun cengkeh kering. “Bli sedih sekali, Thut. Sebagai petani, Bli tahu bahaya menjual daun cengkeh. Bli bisa jelaskan dari A sampai Z. Sudah banyak contohnya…,” ucapnya, terdengar masygul.

Sebagai orang yang beberapa kali melakukan penelitian soal cengkeh, sedikit banyak saya juga tahu bahayanya. Nggak main-main. Investasi menanam cengkeh, kalau ‘diuangkan’, besar sekali. Di beberapa daerah, cengkeh baru belajar berbunga 5 tahun, lalu benar-benar mulai maksimal berbunga di usia 10 tahun ke atas. Kalau sampai satu pohon mati, apalagi yang usianya di atas 20 tahun, berapa kerugian petani cengkeh?

“Masalahnya,” lanjut sahabat yang sudah saya anggap saudara sendiri ini, “Bli juga tahu, para petani ini butuh uang. Dan baru di tahun ini, harga daun cengkeh lebih tinggi dibanding harga tangkai. Bli tahu, bakal percuma menasihati mereka.”

Keempat penggal kisah di atas adalah sedikit dari sekian tumpukan masalah tentang orang-orang yang peduli tanah. Mereka punya batas. Sayangnya, kita sering menuntut setiap orang di luar batas kemampuan mereka.

Tapi, kalau ada motivator bilang “Lewati batasmu!”, nggak usah terlalu dipercaya. Kalau kamu bisa melampaui suatu batas, berarti yang kamu lampaui itu sesungguhnya masih dalam batasmu. Begitu lho…

Terakhir diperbarui pada 31 Agustus 2018 oleh

Tags: budidaya tembakaucengkehkopiLSMmotivatororganikpendampinganpetani
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

warung kopi mbah kuwot mojok.co

Kisah Mbah Kuwot Selamat dari Romusha dan Buka Warung Kopi Legendaris di Trenggalek

19 Juni 2022
warung kopi mak waris mojok.co

Warung Kopi Mak Waris, Tempat Ngopi Para Petani yang Kini Jadi Legenda di Tulungagung

1 Juni 2022
Haji Iskandar: Pakar Tembakau yang Dicintai Para Petani

Haji Iskandar: Pakar Tembakau yang Dicintai Para Petani

28 Maret 2022
kopi wadas mojok.co

Solidaritas untuk Wadas, Melawan dengan Kopi dan Karya Seni

1 Maret 2022
Margo Redjo pabrik kopi tua di Semarang

Margo Redjo, Pabrik Kopi Tertua di Semarang yang Pernah Memasok Kopi Dunia

5 Februari 2022
Eed Kopi Bowongso mojok.co

Sriono Edy Subekti, di Balik Sukses Kopi Bowongso dan Penyesalannya Membuka Jalur Pendakian

20 Januari 2022
Pos Selanjutnya
susi pudjiastuti

Susi Pudjiastuti Protes Aksinya Pakai Mikrofon Pesawat Disamakan dengan Neno Warisman

Komentar post

Terpopuler Sepekan

kepala suku

Setiap Orang Punya Batasnya Masing-Masing

31 Agustus 2018
baskara aji mojok.co

Soal Jam Malam, Sultan Minta Menyeluruh di Jogja

24 Juni 2022
Kasman Singodimedjo tagih janji ke Sukarno sial Piagam jakarta

Kasman Singodimedjo, Menagih Janji 7 Kata Piagam Jakarta pada Sukarno

26 Juni 2022
Garuda Pancasila, Sudharnoto

9 Fakta Pencipta Lagu Garuda Pancasila yang Tersingkir dari Sejarah

26 Juni 2022
Teror Pulung Gantung: Air Mata dan Seutas Tali Pati di Pohon Jati MOJOK.CO

Teror Pulung Gantung: Air Mata dan Seutas Tali Pati di Pohon Jati

23 Juni 2022
Makan Bersama di Tepikota, kuliner jawa timur di Yogyakarta

Minggu Bersama di Tepikota, Menikmati Kuliner Jawa Timur di Jogja

25 Juni 2022
money heist korea mojok.co

Money Heist Korea Diluncurkan, Ini 3 Hal yang Membedakan dengan Film Aslinya

24 Juni 2022

Terbaru

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) DKI Jakarta Benni Aguscandra ditemui usai menghadiri seminar ekonomi bisnis di Jakarta, Selasa (28/6/2022). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna

Penyimpangan Izin Holywings Buat Usaha Lain Cemburu

28 Juni 2022
Tjipto Mangoenkoesoemo: Jurnalis dan Dokter Radikal Anti Raja dan Anti Kolonial

Tjipto Mangoenkoesoemo: Jurnalis dan Dokter Radikal Anti Raja dan Anti Kolonial [Bag.1]

28 Juni 2022
hacker rusia mojok.co

Daftar Negara yang Mengalami Serangan Hacker Rusia Setelah Invasi ke Ukraina

28 Juni 2022
kecurangan SBMPTN

Polisi Amankan 15 Pelaku Kecurangan SBMPTN di UPN Veteran Yogyakarta

28 Juni 2022
Mondal lolos interview kerja di

Cara Mahasiswa India Lolos Interview Kerja di Google, Amazon, dan Facebook

28 Juni 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In