Orang bijak bilang, hidup ini adalah mengatasi satu masalah ke masalah yang lain. Itu artinya, salah satu hal yang melekat dalam kehidupan ini adalah masalah. Dalam bahasa yang lebih vulgar, kalau tidak mau ada masalah, ya tidak usah hidup.
Masalahnya tentu saja adalah setiap masalah punya levelnya masing-masing bagi setiap individu. Ada yang ringan, agak berat, berat, dan berat sekali. Setiap masalah memungkinkan kita untuk ada dalam situasi tertekan atau stres. Dan yang namanya hidup, kita tidak bisa memilih jenis dan level masalah yang akan menimpa kita, sehingga kita pun tidak bisa memilih besarnya stres yang akan menghimpit dan membebani diri kita.
Para psikolog sepertinya sudah bersepakat, untuk mengatasi situasi stres, harus sampai pada akar masalah stres itu sendiri. Jika tidak dicari dan diatasi, sesungguhnya upaya menanggulangi stres itu bersifat temporer semata. Maka datang kepada psikolog, atau para ahli hikmah, atau orang bijak, untuk membantu mengurai masalah yang menimbulkan rasa stres, sangat direkomendasikan.
Artikel ini dibuat bukan untuk mengurai masalah yang menjadi sebab stres. Saya bukan ahli jiwa, saya juga manusia yang punya banyak masalah dan sering juga merasa stres. Tulisan ini sifatnya membantu, sekali lagi: sekadar membantu, agar bisa meringankan stres. Saya saripatikan dari berbagai tulisan dan pengalaman pribadi maupun dari berbagai pengamatan. Dan sesuai judulnya, poin-poin untuk membantu mengatasi rasa stres ini bersifat sederhana, mungkin bahkan remeh, tapi justru biasanya sering dilupakan.
Pertama, mandi. Mandi selama ini banyak ditinjau dari sisi kesehatan dan kebersihan semata. Kalau kita berkeringat, badan kotor, butuh mandi untuk menjaga kebersihan badan kita. Namun, banyak penelitian yang mengungkap bahwa mandi juga bisa membuat pikiran kita lebih segar. Di berbagai pengobatan kuno, mandi sering dijadikan sarana untuk membantu orang mengatasi rasa stres. Seseorang yang sedang punya beban berat dalam hidupnya, diguyur air dari kepala sampai ujung kaki. Kadang kala dilakukan pada tengah malam. Kadang, tentu saja sambil dikasih doa-doa. Percaya atau tidak, banyak yang merasa terbantu dengan metode tersebut. Bagi Anda yang tidak percaya dengan teknik kuno itu, setidaknya bisa percaya bahwa mandi pun direkomendasikan banyak ahli jiwa di era modern untuk membantu meringankan stres.
Kedua, melakukan aktivitas fisik di luar ruangan. Dalam bahasa yang lebih simpel adalah berolahraga. Saat tubuh bergerak, berkeringat, akan mengeluarkan beberapa zat yang membuat kita lebih gembira dan optimistis. Saya pernah menyaksikan salah satu terapi di sebuah rumah sakit jiwa, para saudara kita yang sedang tidak sehat secara jiwa itu, salah satunya diterapi dengan melakukan aktivitas fisik seperti jalan kaki dan kena sinar matahari atau dijemur. Orang kampung juga punya model yang mirip seperti ini. Kalau di kampung ada orang mulai ngengleng alias stres, biasanya diminta untuk mencari rumput atau mencangkul sawah. Tujuannya bukan untuk benar-benar mencari rumput atau mencangkul. Tapi supaya orang tersebut kena sinar matahari dan mengeluarkan keringat. Dan itu dipercaya bisa membantu mengatasi rasa stres.
Ketiga, makan yang enak. Kita tentu tidak asing dengan istilah good food good mood. Makanan yang baik membantu menciptakan suasana hati yang juga baik. Biasanya ini bisa sedikit membantu meringankan stres. Maka, makan coklat atau makan sesuatu yang menyegarkan, biasanya bisa membuat hati lebih lapang. Banyak tekanan di kantor, keluar sebentar, cari makanan yang disukai, lalu balik ke kantor sudah dalam kondisi pikiran yang lebih segar.
Keempat, menonton film. Banyak orang merasa menonton film bisa membantu melepas sejenak dari kepenatan, dan mengusir sejak awal bibit-bibit stres yang mulai berkecambah. Setiap orang tentu punya selera genre film yang berbeda. Ada yang suka film komedi atau drama cinta. Kalau saya sih biasanya suka menonton film laga yang penuh dengan adegan tembak-tembakan atau duel, dan begitu selesai menonton, dada terasa lebih lapang.
Kelima, membaca buku. Bagi orang-orang tertentu, membaca buku bisa sebagai sarana melupakan sejenak persoalan hidup dan tekanan yang ada. Pikiran melanglang buana ke area lain, yaitu area teks. Membaca karya sastra misalnya, dipercaya banyak ahli jiwa, bukan hanya bisa menambah daya imajinasi kita, melainkan juga bisa meredakan stres. Pergi mengembara ke negeri imajinasi, untuk kemudian balik lagi ke pikiran kita semula, namun sudah dengan perspektif dan kondisi pikiran yang baru. Tentu bacaan sastra bukan satu-satunya bacaan. Bisa saja ada yang suka dengan jenis bacaan lain, mungkin artikel psikologi, komik, atau bacaan spiritual keagamaan.
Keenam, nongkrong. Kita sering salah kaprah jika ada teman kita yang sedang punya masalah berat, dan lalu kita seolah bijak dengan mengatakan kepada orang di sekeliling kita bahwa si teman sedang ada masalah dan sebaiknya dibiarkan sendirian dulu. Bisa jadi itu benar, jika si teman adalah tipikal orang yang mungkin membutuhkan lebih banyak bicara dengan dirinya sendiri. Merenungi persoalannya. Tapi bisa jadi itu imbauan yang keliru. Banyak kasus, si teman justru perlu ditemani nongkrong, ngobrol yang ringan, justru bisa menghiburnya.
Sendirian, mengurung diri di dalam kamar, menghadapi masalahnya sendirian, belum tentu meringankan beban, malah bisa jadi sebaliknya. Tapi karena ini sedang masa pandemi, nongkrong haruslah mematuhi protokol kesehatan….
Ketujuh, mendengarkan musik. Untuk yang satu ini sudah banyak hasil kajiannya. Mendengarkan musik yang disukai bisa menjaga suasana hati yang baik. Bahkan dipercaya bisa menyuntikkan semangat. Kalau perlu sambil ikut bernyanyi dan bergoyang. Kalau malu, tinggal tutup pintu kamar.
Selain ketujuh hal itu tentu ada banyak kegiatan sederhana yang bisa dilakukan untuk meringankan stres. Berenang, pergi ke pantai (air aroma garam dipercaya punya kekuatan melepaskan penat dan stres), memasak, menyirami tanaman, memberi makan ikan, dan banyak lagi hal lain. Sekali lagi, jangan lupa, semua itu sekadar membantu. Jangan lupa pada hal yang prinsip dan penting: menyelesaikan akar masalah yang membuat kita stres.
BACA JUGA 6 Investasi yang Sering Dilupakan Banyak Orang  dan esai-esai Puthut EA lainnya di rubrik Kepala Suku.