Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Kabur Aja Dulu: Yang Tidak Dikatakan Influencer Itu Kepadamu

Armandoe Gary Ghaffuri oleh Armandoe Gary Ghaffuri
17 Februari 2025
A A
Kabur Aja Dulu Yang Tidak Dikatakan Influencer Itu Kepadamu MOJOK.CO

Ilustrasi Kabur Aja Dulu Yang Tidak Dikatakan Influencer Itu Kepadamu. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Setelah membaca artikel ini, kamu akan tahu bahwa konsep kabur aja dulu bisa jadi konsep yang berbahaya. Baca sampai selesai, ya.

Amerika Serikat tahun 1950-an. Seorang perempuan bernama Marian Keech memimpin sekte The Seekers. Doktrin utamanya adalah dunia bakal kiamat di tanggal 21 Desember 1954. Semua manusia bakal musnah kecuali pengikut sekte yang loyal. 

Ketika 21 Desember 1954 lewat dan kiamat yang dijanjikan tidak datang, para pengikut Keech menghadapi situasi yang sangat membingungkan dan menyakitkan. Mereka merasa terjebak dalam keyakinan yang telah terbukti salah. 

“Dunia tidak jadi kiamat karena diselamatkan oleh iman kita,” sabda Keech untuk menenangkan para pengikutnya. 

Keech membenarkan kegagalan ramalan tersebut dan memberikan pengikutnya penafsiran baru. Sebuah keyakinan baru untuk mengurangi guncangan mental akibat ketidakcocokan antara keyakinan dan kenyataan.

Kisah Marian Keech dan The Seekers ini diabadikan oleh seorang psikolog bernama Leon Festinger lewat sebuah buku, When Prophecy Fails, sebuah karya yang dipercaya menjadi landasan pertama teori disonansi kognitif.

Kabur aja dulu dan menjadi diaspora

Menyusul ramainya isu kabur aja dulu, saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya menjadi diaspora. Ini terjadi antara 2021 hingga 2024 ketika saya tinggal di Finlandia. 

Awalnya, ekspektasi saya begitu tinggi. Laporan kebahagian di Finlandia selalu cemerlang tiap tahun. Sudah begitu, hidup di sana serba efisien, fasilitas lengkap, tunjangan sosial menggiurkan, dan masyarakatnya disiplin. 

Selain itu, di Finlandia, tidak ada pungli, tukang parkir menyebalkan, dan tidak ada janji yang molor berjam-jam. Semua aturan tegak lurus tanpa kompromi. Sungguh sebuah negeri yang paripurna sebagai tujuan kabur aja dulu.

Kabur aja dulu dan Finlandia

Sama seperti brosur wisata, semuanya kelihatan sempurna sampai ketika kita datang langsung ke tempatnya. Finlandia, dengan segala keteraturan dan sistem sosial yang hampir sempurna, memang bekerja sebagaimana mestinya. Mereka efisien, rapi, dan nyaris tanpa cela. Idaman sekali menjadi tujuan campaign kabur aja dulu.

Namun, kesempurnaan tersebut tidak menjadikan saya bebas dari masalah. Masalah yang saya hadapi mungkin sama seperti imigran lainnya. Yang saya maksud adalah adaptasi yang selalu jadi hantu menakutkan, menempel di setiap langkah, dan mengganggu tidur. 

Awalnya, saya berusaha mencari pekerjaan. Namun kendala lain mengintai, yaitu bahasa. Kebanyakan lowongan pekerjaan di Finlandia mensyaratkan level kecakapan bahasa berada di B2, atau bisa berkomunikasi dengan sederhana. 

Biasanya imigran yang baru datang disarankan untuk mengikuti Integration Plan. Di fase ini, mereka bisa belajar bahasa sekaligus memperoleh informasi yang dibutuhkan seputar dunia kerja. Saya akhirnya mengikuti kelas tersebut. 

Adaptasi bukan perkara mudah

Ketika kelas berakhir 14 bulan kemudian, saya merasa tetap kesulitan memperoleh pekerjaan. Pekerjaan yang saya dapatkan hanya berputar di paruh waktu dan musiman. 

Iklan

TE, departemen pemerintahan Finlandia yang ngurusin tetek bengek terkait pekerja, menyarankan saya untuk ikut sekolah kecakapan khusus. Misalnya seperti sekolah tenaga kebersihan, dapur, atau gudang. Ya, di Finlandia, semua pegawai memang harus punya sertifikasi khusus.

Sekolah-sekolah tersebut biasanya menawarkan 1 hingga 2 tahun belajar sebelum bisa masuk ke dunia kerja. Masalahnya, saya tidak punya waktu dan malas sekolah lagi. Anda bebas mengutuk saya untuk alasan yang terakhir.

Kabur aja dulu ke tempat yang cuacanya enak

Selain mengalami kendala mendapatkan pekerjaan dan bahasa. Cuaca ekstrem Finlandia juga sering membikin saya ngilu. Ketika musim dingin datang, suasana hati bakal merosot. Di momen ini, kita tahu bahwa hari-hari tanpa matahari bakal makin panjang. Semuanya membuat kesunyian semakin menusuk. 

Di saat-saat sulit tersebut saya membayangkan diri saya sedang mendengarkan ceramah Marian Keech sehari setelah ramalannya meleset. Ia sedang menjelaskan panjang lebar bahwa tidak perlu merasa kecewa karena saya sedang tinggal di negara paling bahagia sedunia. 

Apa, Indonesia? Cerdas dikit, negara asalmu itu tidak ada seujung kuku dibandingkan Finlandia. Kabur aja dulu.

“Tunjukan pada orang-orang bahwa kau sedang bahagia di sini, maka kau juga akan bahagia,” tutup Keech di ceramah imajiner tersebut. 

Alih-alih langsung mengamini hal tersebut, yang justru mengendap di pikiran saya adalah: Finlandia memang serba sempurna, tapi sejujurnya ada banyak hal yang saya rindukan dari Indonesia.

Negeri orang, nasib sendiri

Indonesia tahun 2025. Saya sedang rebahan, menggulir layar ponsel. Hari itu tagar kabur aja dulu mengemuka. Banyak orang mulai mempertimbangkan untuk pergi dari Indonesia dan mencari peruntungan di negara lain. 

Tidak ada yang salah. Keinginan yang sangat wajar. Kondisi negara kita ini memang sedang ajaib-ajaibnya.

Beberapa influencer diaspora langsung menggelar karpet merah untuk menyambut isu kabur aja dulu. Ada yang menggoda dengan janji gaji besar, jaminan kesejahteraan, hingga pemerintahan bersih dari korupsi. Surga dunia versi mereka. Ada juga yang sibuk membanding-bandingkan, menyorot betapa hijaunya rumput di negeri orang.

Yang sering luput, kabur aja dulu itu bukan cuma soal beli tiket dan pindah domisili. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Administrasi ribet, bahasa asing, adaptasi budaya, pengetahuan mengenai politik dan kebijakan negara yang dituju, dan lain-lain. Ternyata tidak sesederhana kabur aja dulu dan tak pernah menoleh lagi.

Baca halaman selanjutnya: Australia, validasi, dan lain-lainnya

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 17 Februari 2025 oleh

Tags: AustraliaDiasporaFInlandiagaji di australiagaji di jepangkabur aja dulu
Armandoe Gary Ghaffuri

Armandoe Gary Ghaffuri

Bapak rumah tangga yang belum tertarik koleksi batu akik.

Artikel Terkait

Diaspora Indonesia mengenakan baju adat nusantara di Pasar Senggol Turkiye. MOJOK.CO
Ragam

Geliat Diaspora di Turkiye agar Tak Lelah Mencintai Indonesia hingga Menjaga Diplomasi Selama 75 Tahun

16 Oktober 2025
Mulanya, pemuda asal Aceh ini merasa tidak percaya diri kuliah di luar negeri karena tak bisa Bahasa Inggris, kini ia bisa kuliah sampai S3 dengan beasiswa LPDP. MOJOK.CO
Kampus

Pengalaman Trauma Pasca Tsunami Aceh Antarkan Pemuda Ini Kuliah ke London Jurusan Manajemen Bencana dengan Beasiswa

9 September 2025
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menerima kunjungan CEO dan Founder IndOz Australia, David Widjaja, di ruang kerjanya, Kamis, 28 Agustus 2025 MOJOK.CO
Kilas

Gubernur Jateng Dorong Peningkatan Investasi dari Australia

29 Agustus 2025
Dubes Australia Jatuh Cinta dengan Jawa Tengah, Janji Investasi MOJOK.CO
Kilas

Dubes Australia Jatuh Cinta dengan Jawa Tengah, Janji Bawa Investor

13 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.