ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Jalan Tengah Jomblo ala Jokowi

Cepi Sabre oleh Cepi Sabre
19 Februari 2015
0
A A
Jalan Tengah Jomblo ala Jokowi

Jalan Tengah Jomblo ala Jokowi

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Hari-hari belakangan ini, media sosial memang dipenuhi dengan tiga topik utama: politik (utamanya tentang perseteruan polisi dengan KPK), agama (utamanya tentang perdebatan Sunni dengan Syiah), dan jomblo. Sisanya, motivasi dan foto makan siang, hanya seperti buih-buih dalam gelas besar penuh bir.

Ketika Presiden Jokowi mengumumkan keputusannya membatalkan pencalonan Pak Budi sebagai kapolri, dan pemberhentian sementara Pak Abraham dan Pak Bambang sebagai ketua KPK, saya sebenarnya beberapa hari ini saya sedang memikirkan sebuah cara—katakanlah sebuah jalan tengah—untuk mendamaikan pemikiran teman-teman saya tentang jomblo.

Di satu sisi berdiri teman saya–Harri Gieb namanya—yang memandang jomblo sebagai sebuah laku tauhid, bahwa menjomblo bukanlah sebuah proses untuk ‘mengetahui’ kemudian ‘mendapatkan’, melainkan proses untuk ‘menyadari’ kemudian ‘menjadi’.  Sementara di sisi lain ada Mbah Nyutz yang menganggap bahwa pandangan seperti ini adalah sebuah usaha melarikan diri, eskapisme, yang mengancam akidah dan berpotensi menjerumuskan mereka ke dalam siksa kubur dan neraka.

Saya harus mendamaikan pemikiran-pemikiran yang saling bertentangan ini bukan hanya karena keduanya adalah teman-teman saya, tapi saya harus mendamaikannya sebelum eskalasinya meningkat dan para pemuka agama turun tangan lalu membuat fatwa aneh-aneh, menyebut bahwa jomblo sesat dan harus diperangi, misalnya, atau menganggap jomblo sebagai opium of the people di sisi yang berseberangan—dua hal yang bisa membuat para jomblo hanya boleh tinggal di Planet Namec, bukan di mana pun di muka bumi ini.

Menariknya, setelah di tulisan sebelumnya di mojok.co ini saya membeberkan trik dari Dodit Mulyanto untuk dipelajari oleh Presiden Jokowi dan menyebut bahwa beliau terancam menjadi jomblo dan bernasib ngenes—ditinggalkan oleh relawan pendukungnya dan diusir rekan-rekan separtainya—beliau justru memecahkan masalah kembarnya dengan mengambil jalan suci ini: menjomblo.

Sejatinya, bukan setan atau preman yang ditakuti laki-laki. Cuma dua hal yang ditakuti laki-laki: istri yang cerewet dan istri yang suka ngatur. Laki-laki dengan istri cerewet cenderung bisa ditolerir oleh laki-laki lain dibanding laki-laki yang punya istri yang suka ngatur. Mungkin karena ada perasaan senasib-sepenanggungan. Persentase laki-laki yang punya istri cerewet memang lebih besar daripada laki-laki dengan istri yang suka ngatur.

Survey kecil-kecilan yang saya lakukan terhadap 10 teman laki-laki saya memberi hasil sebagai berikut: 4 orang beristri cerewet, 1 beristri suka ngatur, dan sisanya belum kawin.

Laki-laki yang bisa memenuhi 10 atau 20 dari 100 keinginan istri yang cerewet akan dianggap luar biasa, tapi laki-laki yang memenuhi 1 saja permintaan istri yang suka ngatur akan dianggap hina oleh teman-temannya. Begitulah bagaimana laki-laki memperlakukan sesamanya di warung kopi.

Presiden kita, Joko Widodo, sialnya punya keduanya. Istri pertamanya adalah relawan yang cerewet dan istri keduanya adalah partai yang suka ngatur.

Ketika tidak semua keinginan relawan pendukungnya—yang cerewet— terpenuhi, jujur saja, khalayak cenderung lebih bisa memaafkan. Salam gigit jari yang sempat digemakan di media sosial terdengar seperti petasan kecemplung kubangan, masuk angin. Tapi ketika, sekali saja, Jokowi terlihat mematuhi pesanan partainya—yang suka ngatur—maka nilainya langsung jatuh di pasaran. Beberapa relawan mengucapkan dadaag, beberapa mengatakan adios, beberapa lagi menyebut bon voyage. Tergantung bahasa mana yang sedang aktif di pengaturan google translate-nya. Dan salam gigit jari yang kembali bergema di media sosial hanya bisa dijawab para Jokower dengan bungkam.

Kemarin Jokowi mengambil keputusan yang tidak main-main. Beliau membatalkan pencalonan Budi Gunawan, mengabaikan pesanan partainya, yang berisiko membuatnya terusir dari partai. Jokowi juga memberhentikan sementara Abraham Samad dan Bambang Widjojanto, mencuekkan keinginan para relawan, yang berisiko membuatnya ditinggalkan.

Kita semua tahu bahwa ujung takdir dari dua keputusan yang diambil Jokowi secara bersamaan ini hanya satu: jomblo. Dari sini kemudian, segalanya menjadi menarik.

Menjomblo bagi Jokowi tidak diperlakukannya sebagai laku tauhid, bahwa beliau memang ‘menyadari’ kalau dirinya ditakdirkan menjadi jomblo lalu benar-benar ‘menjadi’ jomblo. Tidak. Lagipula, hanya pahlawan super (superhero) yang menyadari bahwa menjomblo—atau mati muda—adalah takdir yang menunggunya. Jokowi bukan pahlawan apalagi super. Jokowi juga tidak memperlakukan menjomblo sebagai pelarian, yang ‘rapopo walaupun menjomblo’ untuk menjustifikasi kesendiriannya seperti kata Mbah Nyutz. Meminjam istilah Gus Mul, hanya ‘laki-laki karbitan’ yang karena suntuk dikepung dan digempur istri yang cerewet dan/atau istri yang suka ngatur lalu memutuskan untuk menjomblo.

Menjomblo bagi Jokowi adalah jalan tengah ketika menyadari bahwa dirinya tidak bisa memuaskan semua orang. Kalau semua orang tidak bisa puas, maka biarlah semuanya tidak puas. Begitu mungkin pikirnya.

Jokowi adalah tukang kayu, semua orang tahu itu. Dia tukang kayu yang tetap menggergaji bilah-bilah papan dan pelan-pelan merakit sebuah dipan meski istrinya yang cerewet akan menyebut pekerjaannya tidak berguna, dan istrinya yang suka ngatur akan mengajarinya soal beda gergaji potong dengan gergaji belah. Karena dia tahu, setelah dipannya selesai dan dilambari kasur, maka istri-istrinya akan kembali tidur bersamanya di sana.

Atau, boleh jadi tidak. Mungkin istri yang cerewet akan tetap memilih tidur di lantai, sementara istri yang suka ngatur akan tidur di luar. Kalau begini kejadiannya, maka orang bisa saja berkata bahwa Jokowi adalah sesial-sialnya laki-laki. Tapi yang jelas, menjomblo tidak pernah dijadikannya jalan pelarian karena menjadi jomblo bukan tujuannya. Menjomblo sebagai jalan tengah bukanlah melarikan diri atau menjustifikasi kesendirian sebagai yang tunggal, tapi menjomblo sebagai jalan tengah adalah menegaskan takdir manusia: inilah diri yang tidak bisa memuaskan semua orang.

Take it or leave it!

Di tengah gempuran istri yang cerewet dan istri yang suka ngatur, maka menjomblo adalah jalan tengah yang bisa dilakukan semua laki-laki. Di tengah hiruk-pikuk relawan yang cerewet dan partai yang suka nitip pesanan, maka menjomblo adalah sebaik-baik pilihan yang bisa diambil Jokowi.

Terakhir, sebagai catatan, menjomblo sebagai jalan tengah tidak pernah menjadikan jomblo sebagai tujuan, tapi  kalaupun begitu kejadiannya, maka sebagai laki-laki kita masih bisa berjalan dengan kepala tegak. Paling-paling cuma Penyair Chairil Anwar dari kuburnya di Karet Bivak yang akan meneriaki kita:

“Mampus kau dikoyak-koyak sepi!”

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: Abraham SamadBudi Gunawanjokowijomblo
Iklan
Cepi Sabre

Cepi Sabre

Artikel Terkait

Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Aktual

Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi

7 Maret 2025
3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini MOJOK.CO
Esai

3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini

26 Februari 2025
Afnan Malay: Membedah Hubungan Prabowo-Jokowi Setelah Pemilu dan Janji Program MBG
Movi

Afnan Malay: Membedah Hubungan Prabowo-Jokowi Setelah Pemilu dan Janji Program MBG

18 Februari 2025
Herlambang P. Wiratraman: Sebab Akibat Kekuasaan yang Antisains dan Dunia Akademik yang Memburuk di Era Jokowi
Movi

Herlambang P. Wiratraman: Sebab Akibat Kekuasaan yang Antisains dan Dunia Akademik yang Memburuk di Era Jokowi

28 Januari 2025
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Ramalan Tahun Kambing Berdasarkan Kesebelasan Favorit

Ramalan Tahun Kambing Berdasarkan Kesebelasan Favorit

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Luna Maya menikah dengan Maxime Bouttier. MOJOK.CO

Dari Luna Maya Saya Belajar, Kalau Jodoh Nggak Bakal Kemana meski Butuh Waktu yang Nggak Sebentar

8 Mei 2025
Calon Orang Sukses Jogja Sekolahya di Sekolah Favorit MOJOK.CO

Calon Orang Sukses di Jogja Biasanya Pernah Belajar di Sekolah Favorit

10 Mei 2025
Kehidupan mahasiswa Unair di Gang Jojoran, Gubeng, Surabaya: makan dengan suguhan bau comberan hingga mandi air kuning MOJOK.CO

Cerita Mahasiswa Unair Tinggal di Gang Sempit di Tengah Kemewahan Surabaya, Makan dengan Bau Comberan hingga Mandi Air Kuning

8 Mei 2025
alumnus ITB kerja di Australia. MOJOK.CO

Australia Menyelamatkan Alumnus ITB dari Cap Pengangguran, Kini Bisa Kerja dengan Gaji yang Layak

7 Mei 2025
Jakarta Selatan Simbol Ketamakan, yang Elite Injak Orang Melarat MOJOK.CO

Sabarnya Warga Jakarta Selatan: Rela Hidup di Gang Sempit, Padat, dan Kumuh demi Berdirinya Ratusan Hektare Lapangan Golf yang Eksklusif dan Mewah

8 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.