Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Heboh Tato Hello Kitty di Bantul Sebetulnya Karya Seniman atau Penjahat?

Muhidin M. Dahlan oleh Muhidin M. Dahlan
13 Maret 2015
A A
Hello Kitty Halo Bantul

Hello Kitty Halo Bantul

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Setelah kasus pembunuhan “misterius” jurnalis Syarifudin alias Udin 18 tahun silam, tahun 2015 Bantul kembali menjadi penyumbang isu nasional dengan kasus tato “Hello Kitty”.

Sewon, tempat kejadian perkara, tentu tidak asing dengan tato. Maklumlah, tato adalah anak kandung seni. Dan sekolah seni legendaris itu, ISI namanya, pondasi gedung-gedungnya bercokol kuat di Sewon. Mahasiswa ISI tatoan dianggap biasa, lumrah. Namun bukan soal tato dari ISI yang menyumbang isu nasional. Hatta sudah berkali-kali seniman-seniman menyelenggarakan acara tatoan seperti Tattoo Merdeka di hari kemerdekaan, tahun lalu. Bukan pula tato yang merayapi seluruh jengkal kulit Bob Sick yang menaikkan hit Bantul 2015, melainkan tato unyu Hello Kitty yang menempel di kulit pemudi harapan bangsa yang masih berseragam putih abu-abu.

Alih-alih diseminarkan dengan bahagia di kampus seni, atau dirayakan dengan hikmat di Tattoo Merdeka, Tato malah di-Bareskrim-kan. Dan jamak diketahui, Bareskrim adalah kampus tempat menjalani semester awal untuk manusia jahat dengan menghadapi satu-satunya buku wajib peninggalan kolonial: KUHP.

Lalu terngiang lagi kata-kata seorang seniman papan atas lulusan ISI Yogyakarta pada suatu hari di Kretek, Bantul: “Hanya ada dua spesies manusia di Bantul: kalau gak seniman ya penjahat“.

Walau cocok, tapi itu seloroh jahanam. Membayangkan tinggal dua spesies watak dan keterampilan manusia di Bantul adalah humor satir gelap; melebihi satirnya aturan di kampus ISI yang membatasi mahasiswanya berkesenian dalam kampus sampai pukul 3 sore—dengan alasan supaya bisa membedakan mana penjahat mana seniman saat gelap menaungi kampus.

Di kampus ISI, seniman dan penjahat memang sedang tarik-menarik. Laskar bersorban dengan sekali hantam bahhan kerap menyamakan saja seniman dan penjahat. Satpam mengawasi maling komputer dalam kampus; laskar bersorban, yang dibantu takmir masjid yang saleh-saleh di masjid dalam kompleks ISI, mengawasi para seniman yang mengisi malam-malamnya di pojok kampus dengan gitaran dan minum air bening dari botol mineral tanpa merek.

Iklan

Bantul kota produsen seni? Ya, bukan hanya kampus seni di sini. Di kabupaten yang buih ombaknya menjadi tempat berselancar Nyi Roro Kidul pada malam-malam hening tertentu ini, sentra-sentra produk seni bertebaran sampai di desa-desa. Bahkan kawasan makam seniman pun ada di sini, letaknya bersebelahan dengan makam Sultan Agung dan raja-raja berikutnya. Pemakaman itu mau bilang, di Bantul, seniman dan raja itu sahabat dekat.

Tapi Bantul kota penjahat? Duh, tidak elok sekali, walau data dari kepolisian Bantul menunjukkan angka-angka yang menggelisahkan. Bahkan seumur-umur, baru di Bantul saya menjadi saksi di pengadilan untuk kasus pencopetan dengan pemberatan yang dilakukan di siang bolong oleh begal muda kepada istri saya yang sedang nggowes. Wajah saya pun nongol di halaman 12 koran kriminal bernama “Koran Merapi”.

Sleman punya begal, mosok Bantul gak punya. Kalau Kotagede terkenal dengan kawasan grayak/gali yang ganas di sebuah masa yang jauh, mosok Bantul gak punya. Antara lain si pembunuh jurnalis Udin yang masih misterius hingga kini dan dicatat oleh sejarah Indonesia dalam album bersamak gelap pekat.

Sedaki itukah Bantul? Saya tidak yakin, sebagaimana saya percaya bukan cuma ibu kita Kartini harum namanya. Bantul juga wangi. Dan progresif.

Tunjuklah geliat sepakbola-nya. Persiba Bantul juara Liga Divisi Utama 2010-2011 dan bersiap melayari ISL. Suatu prestasi yang di milenium ketiga ini yang bahkan PSIM dan PSS Sleman tak pernah bisa meraihnya (PSS, nyaris, ding!). Namun PSSI keburu pecah. Persiba memilih IPL/PSSI-Arifin. Setelah kompetisi yang dikelola seadanya itu berakhir, habis pula napas Persiba di kompetisi level atas.

Di napas penghabisan itu, koran-koran gempar memberitakan peristiwa di hari Jumat keramat, 19 Juli 2013: Korupsi Persiba. Dan korupsi, kata buku kecil KPK, adalah kejahatan extraordinary. Kata “jahat” pun dengan trengginas memasuki pintu stadion kebanggaan suporter yang menamai diri sebagai Laskar Sultan Agung. Termasuk menyumbang berita buruk dalam deret kematian suporter Indonesia yang disulut amarah tribun.

Tahu kan, siapa Sultan Agung yang melekat di diri Persiba Bantul? Dari nama itu saya menyodorkan spesies langka dari Bantul, yakni pembangkang serius. Sampai di paragraf ini, seleb facebook macam Iqbal Aji Daryono, alumni SD Padokan 2, Kasihan, Bantul, bangga tiada terkira.

Ya, salah satu musuh berat kakek dari Raja Yogyakarta itu adalah manusia keras kepala dari Bantul. Ki Ageng Wanabaya Mangir nama si bengal itu. Desa tempat sang pembangkang mengorganisasi pasukannya terletak di Sendangsari; 25 km dari Kota Jogja. Desa perdikan yang emoh tunduk pada Mataram itu harus ditaklukkan dengan cara-cara kotor oleh Panembahan Senopati dengan mengumpankan putri terkasihnya Pambayun.

Untuk memblokade desa Mangir dari memori dan menetralkan daya-magis bahwa setiap orang Mataram melewati prapatan Palbapang akan mati, maka nama-nama jalan di perempatan Palbapang itu diambil dari nama-nama Raja Mataram yang masyhur. Termasuk “Jalan Sultan Agung” dan “Jalan Panembahan Senopati”.

Selamat datang di Bantul! Ingat, masih banyak tato lebih keren di Bantul, selain tato unyu Hello Kitty yang masyhur itu. Dan Persiba Bantul masih ingin eksis dan saya bangga melihat uniformnya, sebangga anak kelahiran Rembang yang lebih bangga dengan kesebelasan asal Vatikan ketimbang PSIR! Desa Mangiran juga tampak sehat keadaannya seperti wajah pedukuhan abad 19 yang dikelilingi hutan tarik dan sungai.

Tinggal ISI yang masih suntuk dan sibuk betul mencari siapa penjual kampus seni legendaris itu di lapak daring olx. Kurang ajar betul si penjual, ISI ditawarkan hanya dengan harga sepersekian dari satu lukisan seniman kontemporer jebolannya, Nyoman Masriadi, yang pernah menembus angka 10 M. Ter-la-lu.

Terakhir diperbarui pada 18 Februari 2021 oleh

Tags: #PekanMenulisKotaBantulHello KittyTatoYogyakarta
Iklan
Muhidin M. Dahlan

Muhidin M. Dahlan

Penulis dan kerani partikelir IBOEKOE dan Radio Buku.

Artikel Terkait

Starcross Membuktikan bahwa Nilai Kreativitas dan Komunitas Lebih Kuat dari Tren yang Datang dan Pergi
Video

Starcross Membuktikan bahwa Nilai Kreativitas dan Komunitas Lebih Kuat dari Tren yang Datang dan Pergi

8 November 2025
Anggota LKS SAPADIFA di Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Jogja belajar menganyam bambu. MOJOK.CO
Liputan

Penyandang Disabilitas di Bantul Manfaatkan Pohon Bambu yang Melimpah di Desanya Jadi Produk Bernilai Jual Tinggi

31 Oktober 2025
Kenangan mahasiswa di Jogja dengan pensiun dokter. MOJOK.CO
Sosok

Kebaikan Seorang Pensiunan Dokter yang Dikenang Mahasiswa Jogja, Berikan Tempat Inap Gratis hingga Dianggap Seperti Keluarga

25 Oktober 2025
Peserta kegiatan Main Bareng Lareplay di Taman Bakung, Baciro, Kota Yogyakarta MOJOK.CO
Kilas

Main Bareng Lareplay: Ajak Anak-anak Kota Yogyakarta Peduli Lingkungan dengan Cara-cara Unik

23 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Hizkia Subiyantoro (Hizaro), Direktur Eksekutif Craft Animfest yang lahir di Jogja. MOJOK.CO

Mentor Animasi Hizaro, Pemuda Sederhana dari Jogja yang Merawat Industri Animasi di Indonesia seperti “Anak Sendiri”

4 November 2025
Ibu tunggal kerja sebagai petugas kebersihan DLH di Semarang. MOJOK.CO

Cerita Ibu Tunggal di Kota Semarang: Putus Kerja usai 14 Tahun Jadi Buruh, Kini Jadi Penyapu Jalan demi Sekolahkan Kedua Anak

4 November 2025
Megapro, Motor Honda Paling Mengenaskan Sepanjang Sejarah

Megapro Adalah Motor Honda yang Nasibnya Paling Mengenaskan: Kisah Sang Legenda Dipaksa Mati demi Adik yang Nggak Lebih Baik

3 November 2025
Pembuka Campus League Futsal Yogyakarta: UNY Pesta Gol, Putri UGM Tak Terbendung MOJOK.CO

Pembuka Campus League Futsal Yogyakarta: UNY Pesta Gol, Putri UGM Tak Terbendung

7 November 2025
putcast dhedot dan kepala suku mojok

Dhedot: Perjalanan Meninggalkan Zona Aman dan Menemukan Suara Baru di Semarai

4 November 2025
Anak-anak ikut pameran sastra anak tahun 70an di Jogja. MOJOK.CO

Pameran “Petak Umpet Sastra Anak” Mengumpulkan Orang Dewasa yang Rindu dengan Novel Anak Karya Penulis Indonesia

9 November 2025
Summer Sale Banner
  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.