Grup WhatsApp dan Bergesernya Visi Jan Koum - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Grup WhatsApp dan Bergesernya Visi Jan Koum

Alexander Arie oleh Alexander Arie
2 Januari 2017
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

“Jika saja ketika itu saya sudah bisa berkirim pesan instan ke ayah…”

Demikian Kompas mengutip wawancara Jan Koum dengan Wired. Bersama Brian Acton. Kita mengetahui bersama bahwa Koum adalah orang yang berada di balik layar terkembangnya aplikasi paling keren sejagat raya, WhatsApp.

Ngomong-ngomong, kenapa saya bilang paling keren?

Kalau Jan Koum tidak meracik WhatsApp bareng Acton, boleh jadi sampai sekarang saya adalah jomblo menahun yang masih berkerak. Berkat WhatsApp dan foto profil sebagi menu penyerta, saya berhasil mendekati seorang wanita yang akhirnya mau saya nikahi. Saya yakin benar, bahwa kisah ketemu jodoh via WhatsApp bukan hanya terjadi pada saya. Kisah ini tidak cukup terkenal karena tidak ada publisitas ala Rey Utami dalam kasus aplikasi Tinder. Lagipula, kebanyakan lelaki pada hari ketujuh bukannya ngajak kawin, tapi masih berusaha minta foto selfie namun belum dikasih-kasih.

Oke, lupakan soal perjodohan. Kasihan para kerabat Mojok yang budiman yang sejauh ini cuma bisa main “self service” sebagai penyaluran hasrat.

Kreasi Koum dan Acton makin lama makin komplit. WhatsApp yang tadinya terbayangkan oleh Koum untuk menampilkan update status seseorang di daftar kontak ponsel lantas menjelma menjadi perangkat berkirim pesan ke orang di belahan dunia lain secara instan. Muncul sebagai anak bawang dalam hegemoni BlackBerry Messenger (BBM), WhatsApp tampil dengan kesederhanaan untuk mencuri hati dan dengan pelan tapi pasti berada di dalam gawai nyaris setiap orang.

Baca Juga:

social spy whatsapp mojok.co

Hati-hati Social Spy WhatsApp, Aplikasi Penipuan Berkedok Sadap!

9 Februari 2023
cara kirim pesan file besar di WA lewat Google Drive - MOJOK.CO

Cara Kirim File Berukuran Besar di WhatsApp Pakai Google Drive

23 Januari 2023

Sekarang, bakul-bakul apapun dalam menambahkan nomor telepon genggam akan memberikan keterangan ‘ada WA’ dan sejenisnya. Bermodal nomor telepon genggam dan aplikasi WhatsApp, serta segenggam kuota yang itupun dapat gratisan dari Wi-Fi warung setempat, orang-orang sudah bisa berkomunikasi, sudah bisa mbribik, sudah bisa PDKT, termasuk sudah bisa memutuskan kekasih. Jangan lupakah bahwa WhatsApp juga adalah sarana berbagi voor, mulai dari Liga Inggris sampai liga kopi saset.

WhatsApp secara gemilang juga mempertemukan kembali teman-teman yang telah hilang. Bermodal nomor telepon genggam yang mungkin telah disimpan sekian lama, lantas berkoneksi dengan WhatsApp, pada akhirnya terkumpul manusia-manusia yang pernah bersama dalam suatu waktu. Maka kemudian muncul grup WhatsApp ‘SMA 1 Gladiol Magelang 2006’, ‘Kweekschool Bukittinggi 2001’, ‘JB2004’, hingga ‘TK Pertiwi 1973’. WhatsApp tetiba menjadi sebuah aplikasi sentimentil yang mempertemukan orang-orang yang sekian lama tiada pernah bersua, termasuk diantaranya mungkin mantan terindah.

Bermodal nomor ponsel, punya 1, minta admin meng-invite, begitu terus hingga akhirnya WhatsApp sampai perlu menambah kapasitas grup dari puluhan menjadi ratusan.

Grup WhatsApp menjadi sebuah tren yang wajib dimiliki. Dia digunakan untuk pekerjaan, kala satu bagian atau divisi harus punya grup sendiri dan isinya adalah bos dan anak buah. Dalam konteks ini, grup sebelah kemudian muncul, isinya adalah anak buah tanpa bos. Isinya? Tentu saja Ngunek-unekke bos.

Dalam perkembangannya, grup WhatsApp memiliki diferensiasinya sendiri. Grup kantor tanpa bos, misalnya, membentuk sel baru dalam wujud grup yang isinya batangan semua. Dalam grup itu kemudian yang beredar adalah gambar-gambar asyik serta lelucon yang kemungkinan akan dilarang oleh Si Komo karena terlalu saru. Di sisi lain, teman saya berkisah bahwa dia pernah tiba-tiba masuk ke dalam suatu grup yang isinya semata-mata doa, hasil invite dari koleganya di kantor.

Demikianlah jika ada satu kelompok pelatihan akan muncul grup WhatsApp sendiri. Sesama pendaki yang kebetulan bersua di sebuah pos, lantas bersatu dalam satu grup WhatsApp yang lain lagi. Bahkan, barisan para mantan seorang playboy maupun playgirl dapat saja membentuk grup sendiri guna membahas konsolidasi, semisal untuk membentuk organisasi masyarakat semacam ‘Paguyuban Mantan Kekasih Agus Mulyadi’.

Sampai titik ini, kiranya visi Jan Koum belum terusik. Koum yang mantan orang Yahoo adalah orang yang tidak nyaman dengan begitu banyaknya iklan dalam sebuah layanan. Koum memiliki visi layanan yang murni, hal yang membuatnya bertahan membuat WhatsApp tanpa iklan. Setidak-tidaknya sampai WhatsApp terjual ke Facebbok.

Dan sekarang, waktu mulai membuktikan, bahwa perlahan, Visi Koum pada WhatsApp mulai kandas.

Perkembangan Indonesia belakangan ini begitu nyata memberi perubahan dalam grup WhatsApp. Grup yang tadinya adalah tempat bagi pribadi-pribadi yang sudah tidak bertemu sekian puluh tahun kemudian memasuki masa jenuh. Lengkapnya, jenuh hidup bahagia. Maka, provokasi mulai dilempar pelan-pelan sekali dan meledak dalam beberapa bulan terakhir tahun 2016 ini.

Ayat-ayat kitab suci dikirimkan di WhatsApp tanpa peduli bahwa di dalam grup itu ada anggota yang beragama lain. Pesan-pesan kebencian pada Presiden, maupun pesan-pesan dukungan buta kepada Presiden dikirimkan sama adilnya.

Kondisi tersebut menjadi lebih buruk kala kejadiannya adalah pada grup WhatsApp keluarga besar. Kita ketahui bersama bahwa di Indonesia ini jamak sekali keluarga besar dengan latar belakang agama beragam. Simbah buyut saya almarhumah adalah penganut Kejawen yang lantas punya 9 orang anak yang terbagi dalam 2 agama. Lah, kalau keluarga semacam ini bikin grup WhatsApp sudah terang benderang bahwa akan ada 2 agama di dalam sana. Bahkan bisa berubah jadi 3 atau 4 jika kemudian ada anak cucu yang berpindah agama dengan alasannya masing-masing.

Grup WhatsApp yang tadinya mengenang cerita masa kecil para cucu, kejahilan para Pakdhe dan Budhe, ngobrol soal resepsi nikah kerabat, diskusi soal pondasi rumah, rembugan harga usuk dan blandar untuk bangunan dapur, hingga cerita bijak warisan Simbah, mulai berubah menjadi pesan-pesan politik, termasuk menjurus hingga banyaknya Tenaga Kerja Asing (TKA) dari negara tertentu yang masuk Indonesia. Musnah sudah kisah Paklik maling asu dan Bulik yang nangis karena ditinggal sama Simbah di kali.

Hal sama buruknya terjadi pula di grup WhatsApp urusan kerjaan kantor. Saya punya satu grup WhatsApp yang isinya orang-orang kantor dan harusnya isi postingan dalam grup itu adalah tentang pekerjaan maupun kompetensi masing-masing, namun yang muncul di percakapan itu adalah diskusi tentang Dajjal. Piye arep ora mumet?

Grup WhatsApp kekinian menjelma menjadi pemecah belah bangsa lapis pertama, langsung di tangan masing-masing anak bangsa. Kebencian kini tidak hanya kepada mantan belaka, namun juga kepada teman satu grup WhatsApp yang dengan kebebalannya mem-posting hal-hal konsumsi kalangan tertentu pada grup yang berisi kalangan lain yang lebih umum.

Kini telah muncul grup-grup sempalan. Bahkan lebih mudah menemukan grup WhatsApp baru hasil pecahan daripada partai baru yang bersumber dari Golkar. Kini para alumni tahun sekian yang tadinya baik-baik saja melempar canda di grup lantas menjadi hening. Sesekali muncul WhatsApp propaganda, namun tidak lama lagi akan hening.

Jam Koum tadinya menginginkan sebuah layanan yang sederhana, tanpa gangguan iklan, dan dari visi itu terciptalah WhatsApp. Kini, bahkan saat iklan itu belum benar-benar mengganggu, WhatsApp dengan segala anggota grup WhatsApp yang bebal dan egois telah menjadi pengganggu yang sebenarnya. Walau begitu, saya tidak hendak mengasihani Koum. Meski visinya pelan-pelan bubar, setidaknya dia sudah kaya. Ngorok saja sudah jadi duit. Sementara saya dan para penyebar propaganda di grup WhatsApp itu masih bernasib sama: bangun pagi, menikmati kemacetan, menanti gaji yang tiada kunjung nambah, serta bertambah benci dari hari ke hari.

Aduuuh, sudah ah, saya mau baca-baca soal Dajjal dulu sambil nyumpahin programernya WhatsApp yang masih saja menampilkan notifikasi kalau ada anggota yang keluar dari grup.

Terakhir diperbarui pada 26 Februari 2019 oleh

Tags: grupjan koumwhatsapp
Alexander Arie

Alexander Arie

Universitas Indonesia. Tinggal di Jakarta. Asli Bukittinggi.

Artikel Terkait

social spy whatsapp mojok.co
Kilas

Hati-hati Social Spy WhatsApp, Aplikasi Penipuan Berkedok Sadap!

9 Februari 2023
cara kirim pesan file besar di WA lewat Google Drive - MOJOK.CO
Kilas

Cara Kirim File Berukuran Besar di WhatsApp Pakai Google Drive

23 Januari 2023
proxy whatsapp mojok.co
Kilas

Cara Setting Proxy Whatsapp di Ponselmu Biar Bisa Chattingan Tanpa Internet

10 Januari 2023
cara gunakan whatsapp web mojok.co
Kilas

Gini Lho Cara Gunakan WhatsApp Web dan Tips Mengatasi Permasalahannya

3 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Buku-Buku Terbaik Tahun 2016 yang Menyenangkan Hati

Buku-Buku Terbaik Tahun 2016 yang Menyenangkan Hati

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Stres Tidak Tertolong Setelah Ditinggal Nikah dan Cara Mengatasinya

Grup WhatsApp dan Bergesernya Visi Jan Koum

2 Januari 2017
5 Jurusan yang Lulusannya Paling Dicari Perusahaan

5 Jurusan yang Lulusannya Paling Dicari Perusahaan

27 Maret 2023
unpad mojok.co

10 Jurusan Tersepi di UNPAD yang Pendaftarnya Hanya Ratusan

27 Maret 2023
sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
perguruan tinggi muhammadiyah mojok.co

5 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Terbaik di Indonesia

25 Maret 2023
kip mojok.co

Kecewa dengan Mahasiswa Penerima KIP

26 Maret 2023
kampus bumn mojok.co

9 Kampus Milik BUMN di Indonesia, Prospek Lulusannya Bisa Kerja di Perusahaan Plat Merah

29 Maret 2023

Terbaru

anak band jadi politisi

Dari Panggung Musik ke Panggung Politik, Ini Daftar Musisi yang Jadi Politisi

1 April 2023
pendanaan politik mojok.co

Mengenal Modus Pencucian Uang untuk Pendanaan Politik 

1 April 2023
Kartu Merah untuk Indonesia dari FIFA yang Nggak Punya Power di Tragedi Kanjuruhan. MOJOK.Co

Kartu Merah untuk Indonesia dari FIFA yang Nggak Punya Power Mencoret Israel

1 April 2023
ptn mojok.cp

20 PTN Paling Diminati dalam SNBP 2023, Bukan UI ataupun UGM!

1 April 2023
sma terbaik di yogyakarta mojok.co

10 SMA Terbaik di Yogyakarta Versi LTMPT

1 April 2023
Ibadah Sastra dan Cinta Ala Jalaluddin Rumi di Pesantren Maulana Rumi

Ibadah Sastra dan Cinta Ala Jalaluddin Rumi di Pesantren Maulana Rumi

31 Maret 2023
piala dunia u-20 mojok.co

Jogja Gagal Dapat Limpahan Wisatawan Akibat Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20

31 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In