Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Demi Kemaslahatan Bangsa Ini, Kita Perlu Lebih Banyak Menyebarkan Meme

Kartini Fuji Astuti oleh Kartini Fuji Astuti
22 Februari 2017
0
A A
Demi Kemaslahatan Bangsa Ini, Kita Perlu Lebih Banyak Menyebarkan Meme

Demi Kemaslahatan Bangsa Ini, Kita Perlu Lebih Banyak Menyebarkan Meme

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sebagai salah satu bagian dari komunitas kekinian yang sering berselancar di dunia maya, perang bintang dan adu jotos di berita-berita panas sudah menjadi bagian dalam hidup saya. Walau hal-hal sial tersebut hanya sebatas menjadi bagian pasif (yang mana saya tidak ikut partisipasi di perang bintang dan adu jotos, tetapi sering melihatnya) dalam hidup saya, jika sehari tidak melihat yang begituan itu rasanya seperti bocah SMP yang sehari tidak melihat pacar pertamanya.

Tentu saja, hubungan saya dengan hal-hal sial itu jauh berbeda dengan hubungan si bocah SMP itu dengan pacar pertamanya. Apalagi dewasa ini, orang-orang tampaknya hanya ingin mencari berita yang diinginkannya ketimbang yang diperlukan. Sehingga pada akhirnya, berita yang terlihat tidak jarang hanya sekitar itu-itu saja, tetapi dalam dua versi yang berbeda tergantung preferensi si penyebar berita. Keabsahan berita itu? Haha. Hahaha. Hahahaha. Babun.

Media berita tidak banyak membantu, apalagi yang berbasis dunia maya. Tidak jarang malah medialah yang menjadi dalang dari perang bintang dan adu jotos yang sia-sia itu; tahu bahwa sedikit memelintir judul saja mereka bisa akan mendapatkan jumlah pembaca yang banyak, dan berita sampah yang mereka tulis akan banyak dibagikan. Sehingga keadaan pun tidak bertambah baik.

Belum lagi orang-orang ingusan yang merasa keren karena bisa mengoperasikan Photoshop, atau minimal Paint, lalu dengan bangganya menempelkan kepsyen-kepsyen yang lebih mengundang birahi ketimbang lawan jenis yang telanjang, menimbulkan apa yang kita kenal sebagai hoax. Screenshot WhatsApp palsu, foto editan atau yang asal comot tetapi kepsyen up-to-date, semua hal-hal bodoh yang mana seorang Goenawan Mohamad pun bisa menjadi korbannya, sebagaimana yang kita ketahui beberapa waktu terakhir ini ketika beliau entah sengaja atau tidak ikut menyebar hoax ini.

Gara-gara kekacauan sebegini, saya jadi malas melihat berita. Tentu, saya juga harus up-to-date terhadap peristiwa-peristiwa panas yang terjadi. Maka itulah, tidak jarang saya beralih ke meme; singkat, padat, to the point, dan yang paling utamanya, lucu dan harmless. Tidak pernah saya dengar orang jadi berperang gara-gara meme, atau bagaimana sebuah meme merusak jaringan informasi sebagaimana hoax, dan berbagai iklan seminar teknologi yang saya pernah lihat hanya fokus bagaimana membendung hoax, bukan meme. Sehingga saya yakin, bahwa meme adalah kunci.

Keyakinan saya pada kekuatan meme menguat akhir 2016 yang lalu. Ketika orang-orang di sebuah negara entah di sudut dunia mana disibukkan dengan klakson bus dan truk, hubungan Turki dan Rusia sempat memanas gara-gara dibunuhnya dubes Rusia untuk Turki, Andrei Karlov, oleh salah seorang petugas keamanan berkewarganegaraan Turki ketika sedang mengunjungi sebuah galeri di negara Erdogan itu. Namun alih-alih menjadi pemicu Perang Dunia ke-3, yang bermunculan malahan meme-meme pembunuhan tersebut yang mengundang tawa ketimbang amarah. Dan ini mungkin juga berkat aji-ajian klakson bus dan truk, kita pun tetap bisa menyambut 2017 tanpa deklarasi perang.

Tidak jarang pula saya mengetahui sebuah peristiwa besar bukan karena beritanya, tetapi karena memenya. Penembakan di Paris dulu, misalnya, saya dapatkan ketika sedang melihat-lihat 9gag dan menemukan sebuah komik meme Country Balls, yang menggambarkan negara-negara dunia sebagai bola-bola yang berbicara dengan loghat bahasa negaranya masing-masing. Terkadang pula, mengikuti perkembangan sebuah peristiwa lebih asyik melalui meme ketimbang berita. Ketika debat pilkada dan pilpres AS, misalnya, ketika meme OK OCE Mas Sandiaga sama banyaknya seperti meme ucapan Trump.

Tidak seperti berita, meme bisa dilayani secara guyon dan tidak serius. Isinya pendek, kadang konyol dan tak tentu apa maksudnya, tapi memang itulah tujuan dibuatnya meme. Ini jelas lebih baik daripada sebuah berita hoax yang menampilkan dirinya seakan sebuah kebenaran yang harus diterima seluruh orang. Di sini, saya ingin menyamakan meme sebagai seorang anak begajul, preman, tetapi jujur dan apa adanya dengan kepremanannya (lho, kok malah kayak Young Lex sama AwKarin yak?), sedangkan hoax bisalah disamakan dengan seorang pejabat atau tokoh besar yang luarnya rapi jali, tapi dalamnya sampah.

Walau sama-sama mudah dibuat, meme dan hoax perlu tingkat kreativitas yang berbeda. Membuat sesuatu yang humoris tentu jauh lebih menantang ketimbang membuat sesuatu yang isinya hanya bohong. Nah, terkait katanya kita harus menjadi netizen yang pintar dan bijak, maka daripada hanya sibuk membuat seminar idealis menghentikan hoax dan berbuih mengatakan bahwa hoax itu buruk, mengapa tidak langsung saja membuat pelatihan membuat meme? Orang-orang di negeri kita tidak perlu ocehan-ocehan moral nan idealis, perlunya langsung gerak. Maka, pelatihan membuat meme saya rasa adalah sebuah langkah bijak menangkal hoax ketimbang seminar-seminar teoretis.

Referensi mencari meme tidaklah sedikit, apalagi untuk orang Indonesia. Sebuah sub-spesies netizen muda Indonesia misalnya, ada yang spesialisasi dalam bidang meme, bernama Anak Yimyam (atau kadang disebut Nax YimYam). Para komentator yang ada di tulisan Mas Arlian Buana, ya mereka-mereka itu. Tapi kadang, walaupun sudah tahu dasar-dasar melucu dengan meme, apa yang mereka buat tidak lucu. Coba saja cek tempat mangkal mereka, yaitu Meme Comic Indonesia. Tetapi tetap saja, potensi untuk membuat meme yang bagus sudah ada di dalam diri mereka.

Nah, kalau Anda ingin melihat puncak dunia meme di Indonesia, cobalah berjalan-jalan ke laman Meme Segar, Penahan Rasa Berak, Semiotika Adi Luhung 1945, atau yang semacamnya di Facebook. Laman Dewan Kesepian Jakarta juga kadang menyediakan konten serupa meme yang lucunya berkelas. Lalu bagaimana dengan meme mancanegara? 9gag jawabannya. Atau ingin langsung ke situs yang menjadi semacam Wikipedia semua meme di dunia? Bukalah situs Know Your Meme.

Akhir kata, Jama’ah Mojokiyah yang dirahmati Allah ‘Azza wa Jalla, jika Anda ingin hidup cerdas dan berkelas, sebarkanlah meme, bukan hoax. Lalu saran saya untuk Kemenkominfo, jika saja Mojok cukup beruntung situsnya dibuka orang kementerian, buatlah pelatihan membuat meme. Ini akan mengolah salah satu dari tiga potensi bakat terbesar yang dimiliki bangsa kita: melucu, berjoget, dan berkelahi. Terakhir, kepada Mojok, saya harap di akhir 2017 akan turun artikel yang memilih Meme Terbaik Tahun ini. Sudah saatnya seniman meme dihargai selayaknya seniman dan sastrawan lainnya. Terima kasih.

 

Terakhir diperbarui pada 18 Februari 2021 oleh

Tags: bangsameme
Iklan
Kartini Fuji Astuti

Kartini Fuji Astuti

Artikel Terkait

ilustrasi Toxic Parents Merasuki Orang Tua Asia, Stigma Negatif yang Jadi Guyonan di Medsos mojok.co
Pojokan

Toxic Parents Merasuki Orang Tua Asia, Stigma Negatif yang Jadi Guyonan di Medsos

29 November 2021
Meme Fatwa Larangan Menggunakan BH dan Sikap Adil sejak dari Hujatan
Esai

Meme Fatwa Larangan Menggunakan BH dan Sulitnya Sikap Adil sejak dari Hujatan

12 Oktober 2021
puan maharani
Pojokan

Puan Kritik Pemerintah soal Vaksinasi yang Kurang Meluas, Apa Perlu Dikasih Contoh Baliho Dulu?

11 Agustus 2021
ilustrasi Xavier dan Uncle Roger Menggambarkan 'Kemarahan' Orang Asia yang Otentik di Internet mojok.co
Pojokan

Xavier dan Uncle Roger Menggambarkan ‘Kemarahan’ Orang Asia yang Otentik di Internet

6 Juli 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tolak gabung pencak silat PSHT demi ikut karate. Tak menyesal karena jauh dari keributan meski harus dimusuhi saudara sendiri MOJOK.CO

Gara-gara Tolak Gabung PSHT demi Karate Jadi Dimusuhi Saudara Sendiri, Tak Menyesal karena Jauh dari “Keburukan” kayak Pencak Silat

10 Juli 2025
Pertama kali makan di warung makan warteg. Katrok saat ditanya menu hingga penyesalan setelah makan MOJOK.CO

Pertama Kali Makan di Warteg: Mendadak Goblok saat Ditanya “Mau Makan Apa?”, Kenyang tapi Menyesal, hingga Tebus Nasib Miris Masa Kecil

13 Juli 2025
Mobil Suzuki Fronx perdana di Jogja. MOJOK.CO

Suzuki Jogja Serahkan 20 Unit Perdana Fronx, Siap Ramaikan Jalanan DIY

14 Juli 2025
KKN Mending Dihapus Sekalian kalau Isinya Cuma Drama dan Programnya Gini-gini Aja

KKN Mending Dihapus Sekalian kalau Isinya Cuma Drama dan Programnya Gini-gini Aja

15 Juli 2025
Toyota Avanza Jawaban Nafsu ASN yang Gadai SK demi Beli Mobil MOJOK.CO

Toyota Avanza 2011, Mobil Bekas Terbaik untuk ASN yang Nafsu Menggadai SK Demi Membeli Mobil Setelah Resmi Menjadi Abdi Negara

11 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.