Curhat Anak SMA Soal Beratnya Program Full Day School - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Curhat Anak SMA Soal Beratnya Program Full Day School

Irvan Fadhil oleh Irvan Fadhil
24 September 2018
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Bagaimana jadinya, jika program full day school dari Kementerian Pendidikan yang keren itu dikritisi oleh anak SMA? Nah lho, pihak terdampak akhirnya bicara.

Mulai tahun 2017 lalu, seluruh SMA se-DIY ikut-ikutan menerapkan full day school. Tepatnya saat semester kedua tahun pelajaran 2016/2017. Ini jelas berita yang baik sekaligus buruk. Baik untuk Kementerian Pendidikan, buruk untuk saya anak SMA.

Sebagai siswa yang suka libur tentu saya awalnya merasa sangat senang dengan penerapan full day school. Waktu libur menjadi makin banyak (Sabtu dan Minggu libur), otomatis waktu buat hangout bareng teman-teman juga makin banyak. Persetan dengan pulang sore! Sebelum full day school saya dan teman-teman juga selalu pulang sore kok. Ya, maklum kecintaan saya terhadap sekolah lebih besar daripada cinta saya terhadap rumah.

Awalnya saya merasa enjoy-enjoy aja dengan program full day school. Setiap Sabtu saya bisa main ke rumah temen dari pagi sampai pagi lagi. Atau bisa juga saya tidur dua hari berturut-turut tanpa mendapat gangguan.

Tapi lambat laun hal yang mencekam menghantui saya dan juga teman-teman saya. Kami mulai merasakan dampak membosankannya dari full day school. Bukan hanya satu atau dua, tapi banyak banget. Kenangan indah tentang tidur dua hari berturut turut hanya tinggal mimpi belaka. Realitas sesungguhnya jebul sangatlah creepy.

Setidaknya saya menemukan beberapa alasan mengapa full day school yang katanya membentuk karakter siswa teladan, beriman, dan berbudi pekerti yang baik hanya omong kosong belaka. Berikut beberapa alasannya.

Baca Juga:

mahasiswa jurusan keguruan mojok.co

Uneg-uneg Lulusan S1 Keguruan tentang Regulasi Guru yang Ribet

4 Juni 2023
Pariwisata Jogja Katanya Maju, tapi kok Miskin? MOJOK.CO

Pariwisata Jogja Katanya Maju, tapi kok Miskin? Makanya, Mari Merangkul Anak Muda

31 Mei 2023

Otak kami butuh istirahat juga lho, Bu, Pak.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, awalnya saya cuek dengan pulang sore setiap hari. Toh, sebelumnya saya juga selalu pulang sore. Tapi ternyata terdapat definisi berbeda antara pulang sore sebelum program full day school berlaku dengan saat full day school sudah diterapkan.

Sebelum full day school berlaku, pulang sore kami diisi kegiatan non akademik, macam ekstrakurikuler atau nongkrong (ya nongkrong kan juga nama kegiatan). Kami tidak merasa capek saat menjalankan kegiatan tersebut, malahan kami senang. Pikiran kami terasa plong, berjam-jam menghafal rumus-rumus lalu diakhiri dengan haha-hihi saat ekstrakurikuler atau nongkrong—beban hidup seperti hilang begitu saja.

Akan tetapi, saat full day school diterapkan, definisi pulang sore mengalami diferensiasi yang mahadasyat. Pulang sore kami diisi kegiatan belajar, belajar, dan belajar. Silakan bayangkan otak kami yang harus tetap segar menangkap materi dari jam tujuh pagi sampai jam empat sore.

Jangankan sampai jam empat, lha wong jam sebelas siang saja saya dan beberapa teman sering keblabasan nggambar peta Indonesia di meja sekolah ketika pelajaran berlangsung. Atau saat istirahat kedua, kami menggelar tikar di belakang kelas lalu tidur barengan (santai, kami semua laki-laki kok).

Guru-guru jadi manja.

(Sebelumnya saya mau minta maaf dulu ini. Untuk poin kedua ini nggak semua guru kok, Pak Kepala Sekolah. Saya jangan diskors ya, Pak? Cuma sebagian guru saja—sebagian besar, hehehe)

Percaya atau tidak, full day school bisa membuat guru jadi cenderung manja mengarah ke malas. Saat mulai materi pelajaran baru, beberapa guru biasanya akan langsung membagi kelas jadi beberapa kelompok. “Anak-anak, silakan cari sendiri materinya, lalu pelajari. Setelah itu kerjakan LKS ya?”

Ealah, kalau sekali dua kali sih mungkin tidak apa-apa. Akan tetapi karena keseringan begitu, tiba-tiba terbesit sebuah pertanyaan di benak saya. Lah terus tugas guru ngapain? Cuma kasih soal? Kalau gitu mendingan saya sekolah di ruangguru.com aja. Udah dijelasin masih dikasih soal pula. Ternyata teman saya yang pemberani juga punya pikiran persis dengan saya. Ia lantang bertanya pada guru yang sedang main hape menunggui anak didiknya yang sedang belajar mandiri.

“Jelasin dulu dong, Bu. Masak suruh belajar sendiri?” Begitu kira-kira ucapan teman saya. Sang guru lantas tersenyum tipis.

Si guru bangkit dari kursinya seraya berkata.

“Begini lho murid-murid saya tercinta. Bukannya saya nggak mau nerangin, tapi sekarang itu kita pakai kurikulum 2013, di mana siswa harus cari sendiri materinya. Tugas guru hanyalah sebagai fasilitator saja,” ucapnya penuh kemenangan.

Kami semua lantas terdiam. Kurikulum 2013 yang diproyeksikan diterapkan beriringan dengan full day school emang bikin pusing murid-murid seperti saya. Buat apa saya bayar SPP mahal-mahal kalau pada akhirnya malah otodidak juga belajarnya? Ya mendingan sekolah di Primagama aja deh kalau begini ceritanya.

Belum lagi dengan anjuran dari Pak Menteri yang katanya dengan diterapkannya full day school, guru dilarang kasih PR.

Halah, Mbelgedees! Pada akhirnya kami juga tetep dikasih PR yang segitu banyaknya dan tidak pernah kami kerjakan sebagaimana namanya. PR seharusnya dikerjakan di rumah, begitu kodratnya. Tapi coba deh baca ini dulu.

Kami pulang dari sekolah jam empat sore. Perjalanan saya pulang ke rumah kurang lebih setengah jam, jika tanpa macet dan saya bisa ngebut. Tapi Jogja sekarang ini macetnya sudah parah. Akhirnya saya nggak bisa ngebut lagi. Saya benar-benar sampai di rumah sekitar jam setengah enam.

Katakanlah untuk mandi, salat, dan makan sampai jam tujuh malem. Niatnya pada waktu itu mau ngerjain PR. Tapi otak saya udah nggak mampu. Rasa-rasanya sangat butuh istirahat. Masa ya mau seluruh waktu hidup saya sepanjang hari cuman buat belajar.

Kan sebagai remaja kami juga butuh waktu dengan keluarga (baca: teman). Juga kami tidak mau melewatkan berita tempe yang setipis kartu ATM atau Timnas U-16 yang sedang berjuang di AFC CUP.

Dengan segala pertimbangan, saya memutuskan untuk menunda mengerjakan PR. Saya akan mengerjakannya di pagi hari, bukan di rumah, tapi di sekolah. Jika deadline-nya cukup panjang, PR-PR itu akan saya kerjakan di hari Sabtu. Dan seperti yang saya katakan di awal, tidur nikmat hanyalah tinggal kenangan saja.

Siswa tambah miskin.

Mungkin alasan ini cuma saya buat-buat aja. Tapi nyatanya ini bukan hoax. Hal semacam ini benar-benar terjadi.

Dengan pulang sore setiap hari otomatis pengeluaran kami juga bertambah. Kami harus beli makan yang lebih banyak dari sebelumnya. Namanya juga remaja sedang masa pertumbuhan, kami ini gampang laper.

Setiap hari pengeluaran kami bisa sampai sepuluh ribu. Jika seminggu sudah lima puluh ribu. Padahal nggak semua siswa uang sakunya selama seminggu sebanyak itu. Jika ada yang diutungkan dari kebijakan ini tentu Bu Dhe penjaga kantin sekolah saya yang bakal nutup modal lebih gampang karena full day school ini.

 

Sebenarnya masih ada beberapa lagi yang mau saya sampaikan. Sebut saja kegiatan estrakurikuler yang jadi terbengkalai karena kurang jam kegiatannya, kami yang kehilangan masa indah remaja kami karena disibukkan dengan belajar dan belajar, apalagi sampai kehilangan kisah-kasih percintaan ala anak SMA.

Sayangnya, saya udah capek banget untuk melanjutkannya, maklum waktu menulis ini saya baru pulang sekolah. Daripada ngerjain PR ya mending nulis kayak begini saja, toh sama-sama otodidak ini. Siapa tahu diterima terus saya dapet duit. Kan lumayan bisa buat beli makan siang selama seminggu dan memperkaya penjaga kantin sekolah saya.

Terakhir diperbarui pada 23 September 2018 oleh

Tags: ekstrakurikulerfull day schoolguruIndonesiaJogjakantin sekolahkementerian pendidikankepala sekolahprogramrumussekolahSMA
Irvan Fadhil

Irvan Fadhil

Anak SMA di salah satu sekolah negeri di Jogja

Artikel Terkait

mahasiswa jurusan keguruan mojok.co
Kilas

Uneg-uneg Lulusan S1 Keguruan tentang Regulasi Guru yang Ribet

4 Juni 2023
Pariwisata Jogja Katanya Maju, tapi kok Miskin? MOJOK.CO
Esai

Pariwisata Jogja Katanya Maju, tapi kok Miskin? Makanya, Mari Merangkul Anak Muda

31 Mei 2023
Madiun, Kota yang Cocok untuk Pensiun dan Hidup Bahagia MOJOK.CO
Esai

Madiun Membuat Takjub: Kota yang Kini Cocok untuk Pensiun dan Hidup Bahagia

27 Mei 2023
Pembangunan IKN Dikhawatirkan Rusak Paru-paru Dunia. MOJOK.CO
Kilas

Pembangunan IKN Dikhawatirkan Rusak Paru-paru Dunia

24 Mei 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Begini Kalau Nomor Urut Capres Prabowo 1, Jokowi 2, dan Sebaliknya

Ketika Kawasaki Versys 250 yang Jablay Dicustom Scrambler

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Segini Biaya yang Mesti Disiapkan Kalau Lolos Ujian Mandiri UGM. MOJOK.CO

Segini Biaya yang Mesti Disiapkan Kalau Lolos Ujian Mandiri UGM

30 Mei 2023

Curhat Anak SMA Soal Beratnya Program Full Day School

24 September 2018
Meratapi Tabungan Ratusan Juta dan Uang Pensiun Akibat Tergiur Hunian Murah di Tanah Kas Desa . MOJOK.CO

Meratapi Tabungan Ratusan Juta dan Uang Pensiun akibat Tergiur Hunian Murah di Tanah Kas Desa 

1 Juni 2023
Perjalanan PO Santoso, Bus Legendaris dari Magelang yang Didirikan Seorang Dokter. MOJOK.CO

Perjalanan PO Santoso, Bus Legendaris dari Magelang yang Didirikan Seorang Dokter

2 Juni 2023
tapak suci mojok.co

Mengenal Tapak Suci, Perguruan Silat dari Jogja Gabungan 3 Aliran

5 Juni 2023
Segini Biaya yang Mesti Disiapkan Kalau Lolos Seleksi Mandiri UNY. MOJOK.CO

Segini Biaya yang Mesti Disiapkan Kalau Lolos Seleksi Mandiri UNY

1 Juni 2023
Lagi, Muncul Kasus Parkir Nuthuk di Pasar Senthir Klitikan. MOJOK.CO

Lagi, Muncul Kasus Parkir Nuthuk di Pasar Senthir Klitikan

3 Juni 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In