Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Cerita untuk Aron Ashab

Alexander Arie oleh Alexander Arie
18 Desember 2014
A A
Cerita untuk Aron Ashab

Cerita untuk Aron Ashab

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook
 Ehm, sejujurnya, saya tidak kenal sama sampeyan karena saya nggak pernah lagi nonton sinetron sejak era Bawang Merah Bawang Putih. Nia Ramadhani saja masih sekolah waktu itu, pun Revalina agaknya belum kenal Ringgo. Agnes Monica belum kekar karena masih bergelut dengan pernikahan dini.

Saya beneran baru tahu sampeyan dari keramaian netizen di linimasa perihal kalimat ini:

kena tilang operasi Zebra/Lilin. semua bisa damai karna doi tau gw “kamu kan Aron Ashab” trus gw blg “nahh tuh bapak tau. gimana saya mau pake helm pak rusak jambul saya gajadi Aron Ashab lagi ntar!” Akhirnya damai. Tanpa ngasi uang. :p #kemudianselfie

Saya juga tidak pernah nonton infotainment, jadi saya ketinggalan informasi mengenai sampeyan yang mengalami problema salah sebut dan penulisan nama: Aron jadi Aaron dan Ashab jadi Shahab. Dan waktu tulisan ini saya ketik, follower twitter sampeyan sudah 150 ribu, di instagram malah sudah 430 ribuan, plus situ jadi TTWW.

Untuk satuan publik figur, follower sebanyak itu dan status TTWW adalah berkah. Tidak banyak lho, orang Indonesia yang namanya bisa jadi TTWW selain peserta Indonesian Idol dan X-Factor. Sampeyan bisa bangga soal itu. Oh, dan kenapa TTWW, mungkin karena selfie jambul itu. Soalnya, sejauh hasil search, kebanyakan mengomentari itu, sih.

Jadi, mari kita dudukkan dulu masalahnya. Memang, di Jakarta Raya ini helm terasa tidak wajib. Mau di perempatan Matraman yang durasi lampu merahnya sama dengan durasi menanak nasi, sampai jalan Cakung-Cilincing yang penuh kawan-kawannya Optimus Prime, pasti ada saja yang nggak pakai helm. Memang, kepala ya kepala sendiri, sama dengan jambul—ya jambul sampeyan kok. Nggak masalah. Toh yang nggak pakai helm itu kadang-kadang pakai masker. Sepertinya dia hanya punya 1 paru tapi punya simpanan 9 kepala di rumah.

Terus kenapa saya bikin tulisan ini segala? Begini. Saya cuma mau cerita pengalaman saya tentang helm dan kepala.

Syahdan, di sebuah kawasan industri, seorang manajer buru-buru pulang karena istrinya mau melahirkan. Sore hari di kawasan industri itu macet. Jadi dia naik ojek, tanpa helm, persis seperti yang sampeyan lakukan. Dia mengejar lahiran istri, sampeyan menyelamatkan jambul. Yang terjadi kemudian adalah ojek itu jatuh, dan si manajer meninggal tanpa sempat menemani istrinya lahiran.

Itu pengalaman orang. Saya juga cuma diceritain sama tukang ojek, kok. Nah, sekarang saya mau cerita pengalaman sendiri.

Suatu malam saya menjemput pacar dari tempat kerjanya. Kebetulan sekarang dia sudah mantan—anggap saja informasi ini penting. Nah, di sebuah perempatan saya melihat sepeda motor melaju kencang dari arah saya dan dari sisi kanan. Tidak sampai dua detik, terdengarlah bunyi benturan. Saya kemudian berhenti dengan maksud memungut benda yang tersisa di jalan sehingga jalanan bisa dilewati lagi, lalu saya bisa memulangkan pacar dan mendapat kecupan malam.

Naasnya, yang saya lihat, bukan cuma benda yang tergeletak di aspal, tapi juga orang. Dia terkapar kejang di dekat trotoar, helmnya pecah berkeping-keping karena benturan. Tidak ada orang yang punya inisiatif langsung mengangkat, jadilah saya membantu seorang Bapak yang dari tadi memanggil-manggil lelaki-lelaki lain yang cuma berdiri memandang tubuh kejang. Kebetulan saya floorwarden di pabrik, jadi ada ilmu penanganan kecelakaan ini. Ketika saya angkat—dan pas jatah saya adalah kepala bagian belakang–darah mengucur deras. Dan ketika pelayanan medis hampir tiba, dia kejang hebat dan lantas diam. Mati. Iya, mati. Dia pakai helm, dan dia mati. Melihat helm saja begitu hancurnya, kalau dia nggak pakai helm, kiranya kepalanya sudah tidak berbentuk lagi.

Iya, saya cuma cerita doang kok, karena saya yakin orang-orang yang naik motor—baik sebagai pengemudi maupun penumpang—tanpa helm itu pasti belum pernah ketetesan darah dari kepala yang pecah akibat kecelakaan. Mungkin sampeyan juga, jadi jambul masih jadi perhatian utama. Nggak apa-apa, itu hak asasi jambulnya sampeyan. Kan saya juga cuma cerita.

Saya nggak mau ikut-ikutan netizen lain yang sampai ngetwit macam-macam soal sampeyan. Baiklah kita damai saja, toh sampeyan sudah nulis juga di IG, “kalau saya harus jadi korban karena ingin menunjukkan ketidak-benaran hukum di Indonesia (dalam hal ini hukum jalanan), saya rela. #darkknight – tolong dibenahi ya bapak @irjokowidodo @ahok_btp”.

Kebetulan sih sampeyan mengedit tulisan aslinya yang sudah kadung di-skrinsyut sama khalayak ramai. Mungkin memang ini seperti kata sampeyan, ketidakbenaran. Lebih tepatnya mungkin ketidakbenaran yang dipopulerkan. Saya jadi mikir, nih, sebenarnya maksud awal sampeyan adalah hendak berbagi ketidakbenaran atau apa?

Ya, sudah. Sekarang kan sudah tambah terkenal. Walau berkorban tapi kan nambah populer. Besok-besok lagi mau pakai helm atau nggak juga terserah situ. Saya cuma mau cerita, karena sekali lagi saya yakin nggak semua orang bakal dikasih jatah untuk ketetesan darah dari kepala yang bocor akibat kecelakaan lalu lintas.

Oh, iya, saya terlalu kudet sampai-sampai baru tahu sambil browsing: ternyata sampeyan pegiat video YouTube. Baiklah, semoga Kevin Anggara, si videomaker yang saya kenal, tidak ikut-ikutan bikin heboh model begini, deh. Lagipula Kevin naiknya TransJakarta dan nggak punya jambul. Jadi pasti aman.

Iklan

Terakhir, salam buat Teteh Kimberly ya!

Terakhir diperbarui pada 1 November 2018 oleh

Tags: Aron AshabPolisiYoutube
Alexander Arie

Alexander Arie

Universitas Indonesia. Tinggal di Jakarta. Asli Bukittinggi.

Artikel Terkait

rkuhap, kuhap, polisi.Mojok.co
Mendalam

Catatan Kritis KUHAP (Baru) yang Melahirkan Polisi Tanpa Rem Hukum, Mengapa Berbahaya bagi Sipil?

19 November 2025
Ortu kuras tabungan buat anak jadi polisi malah kena tipu. Sempat bikin stres tapi kini bersyukur tak jadi sasaran amuk tetangga MOJOK.CO
Ragam

Ortu Kuras Tabungan buat Anak Jadi Polisi malah Kena Tipu “Intel”, Awalnya Stres tapi Kini Bersyukur

6 September 2025
Polisi gelontorkan uang banyak untuk gas air mata yang digunakan dalam demo. MOJOK.CO
Aktual

Saat Duit Rakyat Hanya Dipakai buat Membeli Gas Air Mata Kadaluwarsa oleh Polisi

31 Agustus 2025
PoliceTube Adalah Ide Brilian Kepolisian yang Patut Diapresiasi! Mojok.co
Pojokan

PoliceTube Adalah Ide Brilian Kepolisian yang Patut Diapresiasi!

26 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.