Bapak Menkominfo Butuh Piknik - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Bapak Menkominfo Butuh Piknik

Iqbal Aji Daryono oleh Iqbal Aji Daryono
6 April 2015
0
A A
Bapak Menkominfo Butuh Piknik

Bapak Menkominfo Butuh Piknik

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Ketika Yang Terhormat Bapak Menkominfo berbekal rekomendasi dari BNPT memblokir 22 situs bertema Islam, tampaknya beliau tidak menyadari bahwa setidaknya ada dua implikasi yang mungkin di luar perhitungannya.

Pertama, beliau tidak sadar sedang menabrak misi penting Presiden Jokowi untuk membuka 10 juta lapangan kerja.

Sekarang zamannya online. Untuk bisnis informasi (juga bisnis dis-informasi?), jagat internet memegang tampuk kekuasaan. Mendulang nafkah lewat situs-situs online sudah menjadi mata pencaharian banyak orang. Satu jenis pekerjaan yang 20 tahun silam belum masuk ke imajinasi anak-anak akan cita-cita saat dewasa, apalagi masuk ke tayangan iklan susu formula.

Situs-situs “islami” yang diblokir tersebut bukan perkecualian. Saya amati, hingga dua tahun lalu situs-situs begituan sepi-sepi saja. Paling-paling yang agak dibaca orang ya Eramuslim, karena banyak kisah Freemason dan Novus Ordo Seclorum di sana. Namun belakangan, pating jrudul situs-situs beraroma Islam yang terkerek naik ke panggung secara cepat. Bahkan sangat cepat. Tren itu nge-boom, menemukan titik terpanasnya, di sekitaran Pilpres 2014. Betul, kan? Hehe. Kenapa bisa begitu?

Simpel saja. Pada musim Pilpres kemarin, agama menemukan revitalisasi fungsinya dalam peradaban, yakni sebagai alat marketing politik. Bahkan akhirnya terbukti agama menjadi mata dagangan yang mega-bestseller. Konkret sekali peran agama pada bulan-bulan itu. Situs-situs yang semula hanya mengabarkan ajaran agama pada posisi dasarnya, tiba-tiba riuh bicara politik dalam bingkai “agama”. Fokusnya pun jelas, tak henti mengabarkan adanya kekuatan-kekuatan politik yang mengancam agama. Secara marketing, ini memang sangat cerdas. Taktis luar biasa.

Baca Juga:

Komentar Johnny G. Plate di Mata Najwa Adalah Bukti Bahwa Dirinya Bang Jago Sejati

Menkominfo Minta Milenial Kenal Kemajuan Digital Indonesia? Hellow, Give It a Rest!

Serangan Tagar #NetflixTidakAman Justru Menguntungkan Netflix

Pada titik itu, saya jadi ingat sebuah iklan suplemen untuk ibu hamil, yang memproklamirkan bahwa produknya bisa mencegah cacat fisik pada bayi di kandungan. Bayangkan, ibaratnya begini: “Ibu, kalau Anda nggak minum produk saya, anak Ibu bisa cacat lho!” Edan. Maka, produk itu pun laris manis. Barang tentu, penyebabnya satu hal: ketakutan. Rasa terancam. Dengan menyebarkan rasa takut, para ibu cemas akan nasib anaknya, lantas mengkonsumsi produk yang diklaim bisa menyelamatkannya. Produsen suplemen tadi sedang menjalankan industri rasa takut.

Terbukti, dengan pola marketing yang sama, yakni marketing ala industri penjual rasa takut, situs-situs “islami” tertentu juga berhasil mendulang rating. Sebuah situs yang semula hanya mengabarkan kegiatan-kegiatan partai politiknya, sebagai contoh, lantas berubah menjadi etalase kabar-kabar ancaman dari kelompok politik yang ia lawan. Hasilnya gimana? Tentu saja: laris manis tanjung kimpul.

Dari sini pasar pun terbentuk secara sempurna. Ceruk pasar potensial ini terus digali, dikelola sebagai mesin pendulang dolar, dan di-maintain secara berkelanjutan. Cara me-maintain-nya ya apa lagi, selain dengan terus-menerus memelihara kecemasan, perasaaan terancam, yang berujung pada kapitalisasi kebencian. Lantas bagaimana nasib pencerdasan masyarakat dengan berita-berita panas yang digoreng tanpa henti oleh situs-situs tersebut? Walah, Sampeyan itu kalau tanya mbok ya jangan muluk-muluk gitu to…

Nah, ketika Menkominfo memblokir ke-22 situs yang dipandang bermasalah, bayangkan saja, ada berapa manusia yang terjungkal periuk nasinya? Banyak sekali. Ada berapa duit yang lenyap karena tutupnya situs-situs itu? Buanyaaaaaak sekali. Salah satu situs begituan bisa mendulang hingga 4 juta rupiah per hari! Hanya dengan mengandalkan Ad Sense, belum lagi iklan banner dan lain-lain. Coba, bisakah Pak Menteri mengganti periuk-periuk yang hilang itu? Enggak bakal bisa. Dan kalau soal itu, Pak Menkominfo boleh menjawab: “Bukan urusan saya.” Hehe.

“Lho! Situs-situs dakwah kok kamu bilang cuma cari duit to Bal?? Fitnah! Mereka itu berjuang demi kejayaan Islam!! Ah, dasar kamu liberal sesat antek Jokowi!!”

Eit, mbok sabar to. Lugunya disudahin dulu. Saya percaya kok, banyak di antara mereka yang tulus memperjuangkan apa yang mereka yakini. Tapi takdir alam fana dunia sudah bersabda: “Di hadapan Tuhan, semua manusia sama derajatnya. Di hadapan uang, semua manusia sama agamanya.” Buktinya, saya pernah mengkonfrontir langsung ke salah satu “redaktur” situs begituan (Duh, mereka bukan lembaga pers, apa layak disebut redaktur?). Saya tanya kenapa mereka tetap mengunggah berita Anu yang jelas-jelas hoax? Ternyata akhi yang satu itu diam tanpa jawaban. Hening. Hanya terdengar suara jengkerik yang sayup-sayup menemani malam. Huhuhu.

Itu implikasi yang pertama. Yang kedua, Bapak Menkominfo mungkin tidak sadar, bahwa pemblokiran itu merupakan bentuk pelecehan serius pada mayoritas kaum muslimin yang cinta damai. Dikiranya efek berita-berita provokatif, fitnah, dan gorengan-gorengan berita penyembah rating, tidak dapat diimbangi oleh para penulis cerdas dan islami, yang saya yakin sebenarnya jauh lebih banyak dibanding penulis berita-berita sampah berlabel halal.

Nah, dalam era demokrasi informasi (kalau memang Pak Menteri bukan pendukung khilafah informasi), kenapa tidak memotivasi saja para penulis islami cinta damai agar secara serentak menebarkan anti-virus ekstremisme? Itu memang tugas maha-berat. Toh nyatanya Pak Tifatul pada masanya juga nggak bisa melakukan itu, dan lebih memilih memblokir juga 300 situs radikal. (Bedanya, waktu itu presidennya Pak SBY. Dan Pak SBY bukan musuh Islam to? Nguik.) Tapi seberat apa pun, tetap wajib dilaksanakan.

Jangan salah paham, saya tidak sedang mengatakan bahwa penulis-penulis baik hanya ada di luar situs-situs islami yang diblokir itu. Gara-gara prahara ini, saya jadi membaca juga beberapa tulisan yang ditayangkan di situs-situs tersebut. Boleh saya katakan bahwa secara kuantitas, sebenarnya lebih banyak materi yang baik daripada yang “jahat”. Misalnya tulisan-tulisan Mbak Ria Fariana di Dakwatuna dan VOA-Islam, ‘ainul yaqin, saya bersaksi bahwa buah-buah pikirannyan sangat bermanfaat bagi kemaslahatan semesta. Repotnya, kodrat media telanjur berkata: bad news is good news. Lebih gampang menyebarkan kabar buruk—entah fakta entah hoax—ketimbang kabar baik. Jadilah konten situs yang ngehek jauh lebih ngangkat ketimbang yang cakep-cakep.

Tapi apa pun itu, saya yakin Pak Menteri Rudiantara butuh piknik. Pasti bakalan lebih cantik cara main Bapak, kalau yang disikat bukan situsnya, melainkan konten-konten spesifik di dalamnya yang memang berbahaya menurut kacamata kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Jika memang ketemu situs dengan materi-materi brengsek yang dominan, cokok saja adminnya, seret ke pengadilan, suruh push up dulu bila perlu. Kalau ada situs lain yang masih jualan api tapi dengan porsi yang minimalis, cukup ajak adminnya ngopi-ngopi. Percayalah, kafein akan menurunkan kadar kebencian dan prasangka dalam aliran darah kita.

Lah, kalau nggak ketemu redaktur atau pengurus situsnya, gimana? Bukannya situs-situs itu sebenarnya memang cuma sekelas blog dan sama sekali tidak layak untuk disebut sebagai lembaga pers? Sebagian malah nggak jelas siapa pengelolanya dan di mana kantornya lho!

Ah, itu mah gampang. Bilang saja ke Pak Tedjo Edi. Masak cuma buat cari siapa admin-admin situs ngehek itu Pak Tedjo nggak bisa? Atau… mesti ngadu ke Pak Hendro lagi? Aduhdek.

Tags: BlokirmenkominfoRudiantara
Iqbal Aji Daryono

Iqbal Aji Daryono

Penulis dari Bantul. Lulusan Sastra Jepang, UGM.

Artikel Terkait

johnny g. plate

Komentar Johnny G. Plate di Mata Najwa Adalah Bukti Bahwa Dirinya Bang Jago Sejati

15 Oktober 2020
menkominfo milenial MOJOK.CO

Menkominfo Minta Milenial Kenal Kemajuan Digital Indonesia? Hellow, Give It a Rest!

21 Januari 2020
netflix telkom boikot blokir netflix tidak aman twitter admin kominfo sinopsis marriage story review jalan cerita rating perceraian adam driver scarlet johansson mojok.co

Serangan Tagar #NetflixTidakAman Justru Menguntungkan Netflix

14 Januari 2020
telkom netflix blokir menkominfo johnny g. plate mojok.co

Masalah Netflix vs Telkom Bakal Abadi Selama Johnny G. Plate Masih Nggak Paham Konsep Streaming

27 Desember 2019
Rekor Orang-orang Garuda setelah Pembunuhan Munir: Nyelundupin Moge!

Surat ‘Daripada’ Terbuka untuk Menkominfo John G. Plate yang Ingin Pers Beritakan Hal Baik

11 Desember 2019
erick thohir susi pudjiastuti ignasius jonan perindo bumn

Erick Thohir Masih Rombak BUMN, Susi Pudjiastuti Diisukan Dirut Perindo

26 November 2019
Pos Selanjutnya
Standar Ganda

Standar Ganda

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
Bapak Menkominfo Butuh Piknik

Bapak Menkominfo Butuh Piknik

6 April 2015
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022
Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Perguruan Tinggi Favorit MOJOK.CO

Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Masuk Perguruan Tinggi Favorit

5 Agustus 2022
Asrama mahasiswa Sumatra Selatan, Pondok Mesudji dalam sengketa di pengadilan. Mahasiswa menilai ada campur tangan mafia tanah.

Mahasiswa Sumsel di Asrama Pondok Mesudji Jogja Terancam Pergi karena Mafia Tanah

11 Agustus 2022
Lampu merah terlama di Jogja. (Ilustrasi Ega Fansuri/Mojok.co)

Menghitung Lampu Merah Terlama di Jogja, Apakah Simpang Empat Pingit Tetap Juara?

9 Agustus 2022
Musimin, petani di lereng Gunung Merapi yang menolak ekspor kopi ke Jepang.

Mengenal Musimin, Petani Lereng Merapi yang Menolak Pesanan Kopi dari Jepang 

5 Agustus 2022

Terbaru

Buick, mobil dinas pertama Presiden Sukarno dipamerkan dalam pameran mobil kepresidenan dii Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Sabtu (13:8:2022) (ANTARA:Fathur Rochman)

Pameran 7 Mobil Dinas Kepala Negara, Buick yang Dipakai Sukarno Jadi Primadona

13 Agustus 2022
BANYAK YANG BILANG MINUMAN DI INDOMARET INI MERESAHKAN! | BAKUL

BANYAK YANG BILANG MINUMAN DI INDOMARET INI MERESAHKAN! | BAKUL

13 Agustus 2022
ujian praktik SIM C

Cerita dari Peserta Ujian Praktik SIM yang Gagal, tapi Terus Mencoba

13 Agustus 2022
ambulans bawa jenazah

Tak Bisa Pakai Ambulans Puskesmas, Keluarga Tandu Jenazah Sejauh 13 Kilometer

13 Agustus 2022
daya tahan tubuh mojok.co

Spesialis Anak UI: Imunitas Tubuh Dukung Tumbuh Kembang Anak 

13 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In