MOJOK.CO – Pagar tribun utara JIS (Jakarta International Stadium) roboh karena tidak kuat menahan beban suporter. Anies Baswedan santai saja menanggapi.
Saya nggak tahu secara persis apakah Anies Baswedan suka banget sama sepak bola sampai tahu soal sejarah. Namun, terkait robohnya pagar tribun JIS (Jakarta International Stadium), tolong jangan disikapi “biasa saja”. Ingat, ini semua tetap berkaitan dengan keselamatan orang banyak.
Terkait faktor keamanan JIS, Anies Baswedan bisa berkaca kepada sebuah kejadian yang kita kenal sebagai Tragedi Hillsborough.
April 1989, laga FA Cup antara Liverpool melawan Nottingham Forest yang digelar di Sheffield memakan korban 96 suporter Liverpool. Usia tertua korban yang meninggal adalah 67 tahun, sedangkan yang termuda adalah bocah 10 tahun.
Simak kronologi peristiwanya di video ini:
Tragedi ini terjadi karena arus masuk ribuan penonton Liverpool ke dalam stadion berlangsung sangat lamban. Ini dikarenakan adanya sejumlah pengaturan dan pembatasan area penonton di dalam stadion.
Alih-alih menunda pertandingan hingga semua suporter masuk, pihak penyelenggara tetap bersikeras agar kedua tim mulai berlaga sesuai jadwal. Akibatnya, para suporter jadi tergesa-gesa dan terjadilah kekacauan. Banyak dari mereka terhimpit dan kehilangan kesadaran hingga akhirnya 96 orang meninggal.
Setelah proses penyelidikan yang berjalan 2 tahun, para juri menyimpulkan bahwa tragedi ini terjadi antara lain karena kesalahan desain stadion, kesalahan perencanaan penyelenggaraan pertandingan, serta terutama diakibatkan oleh kelalaian pihak kepolisian yang mengatur lalu lintas masuknya suporter.
Lebih lanjut, para juri juga menyebutkan secara spesifik bahwa perilaku suporter sama sekali tidak bisa dijadikan alasan.
“Fans were not to blame for the dangerous situation,” tulis The Guardian.
(Anies Baswedan, Ini penting untuk dicatat dan digunakan sebagai pengingat bahwa robohnya pagar tribun JIS bukan urusan sepele.)
Jangan salah, tragedi ini terjadi di masa ketika sepak bola Inggris masih terkenal dengan perilaku parah hooligan-nya. Jadi, bisa dibilang bahwa bahkan ketika perilaku suporter masa itu dikenal barbar, dan melibatkan insiden yang sangat tragis, tidak lantas publik di sana kemudian bisa menyalahkan mereka begitu saja.
Nah, soal kelakuan suporter di JIS beberapa hari yang lalu, Jakmania sempat jadi sorotan. Semuanya karena sebagian pagar penyangga tribun sisi utara di Jakarta International Stadium (JIS) roboh saat grand launching di hari Minggu, 24 Juli 2022. Pagar diduga roboh karena dipanjati oleh sejumlah Jakmania yang ingin memasang bendera.
Melansir bisnis.com, Anies Baswedan menanggapi peristiwa ini dengan santai. Beliau mengatakan bahwa robohnya dinding ini adalah “proses alami” yang akan dijadikan feedback untuk perbaikan. Dan untungnya, hanya ada satu korban luka akibat kejadian ini.
Bahkan, Jakarta Propertindo (JakPro), selaku pihak pelaksana pembangunan JIS melalui Dirut Widi Amanasto seperti menyatakan “bangga” karena ambruknya pagar ini merupakan bukti akan tingginya antusiasme warga terhadap kehadiran stadion ini.
Menyalahkan suporter secara halus, nih?
Penggunaan bahasa-bahasa yang “berbunga” seperti “proses alami” dan “bangga” di peristiwa robohnya tembok tribun JIS saya rasa kurang tepat. Kalau menyangkut aspek keamanan, katakan saja dengan tegas bahwa akan dilakukan audit menyeluruh. Yang konkret. Sehingga, calon penonton di JIS akan merasa lebih aman.
Proses alami itu maksudnya apa, Anies Baswedan? Fotosintesis?
Saya tidak mengatakan bahwa kelakuan suporter bola kita itu selalu baik dan karenanya kita harus selalu memaklumi mereka atau apa (atau sebaliknya). Tapi saya juga tidak mau buru-buru menghujat komentar dua bapak-bapak itu.
Memang, terealisasinya pembangunan JIS ini merupakan simbol pencapaian Pemprov DKI yang signifikan. JIS ini adalah stadion berstandar FIFA terbesar di Indonesia. Atapnya bisa dibuka-tutup yang, kabarnya, tidak banyak stadion besar di Asia yang atapnya bisa begini.
Ketua Umum HAKI (Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia) melalui Kompas pun menambahkan bahwa pembangunan JIS ini sudah menggunakan material-material yang ramah lingkungan. JIS telah mendapatkan predikat platinum green building (greenship platinum) dari Green Building Council Indonesia (GBCI). Ini artinya, tingkat konsumsi energi JIS dalam operasionalnya sangat efisien.
Bahkan, sebuah studi belum lama ini mengatakan bahwa seandainya institusi yang ditugaskan untuk menilai keramahan lingkungan JIS ini adalah US Green Building Council (milik Amerika Serikat yang standarnya lebih ketat), JIS tetap akan meraih predikat platinum.
Lalu, dari berita-berita yang saya baca, hubungan Anies Baswedan dengan Jakmania juga terlihat baik-baik saja. Atas insiden pagar ambruk ini pun, Ketua Umum The Jakmania, Dicky Sumarno, hanya meminta agar dilakukan evaluasi.
Saya menyimpulkan bahwa sekian pencapaian ini membuat kedua bapak-bapak tadi itu bungah luar biasa sehingga insiden ini ibarat hanya nila setitik yang tidak sampai membuat rusak susu sebelanga. Apalagi tidak menimbulkan korban jiwa, kan?
Namun demikian, sejumlah warganet tetap mempertanyakan komentar Anies Baswedan yang kesannya menghindar untuk bertanggung jawab. Ada lagi yang berkomentar kalau peristiwa ini sangat memalukan. Stadion bertaraf internasional, tapi pas acara launching-nya kok pagarnya malah jebol.
Saya sih tidak segitunya memikirkan kalau peristiwa ini terlihat memalukan atau tidak ya. Maklum, saya tergolong makhluk yang nggak peduli-peduli amat dengan penampilan luar semata. Gengsi? Duh, ke laut aja sana. Saya mah orangnya deep thinker (halah, bilang aja ekonominya pas-pasan).
Maksud saya, jangan sampai karena korbannya hanya luka dan jumlahnya seorang saja, lantas insiden ini disepelekan. Kalau besok dipakai untuk pertandingan dengan posisi atap ditutup lalu tiba-tiba atapnya ambruk gimana?
Langkah yang tepat menurut saya ya segera dilakukan audit atau pemeriksaan fisik bangunan.
Terkait dengan ini, ada warganet yang mencuit tentang sulitnya melakukan audit konstruksi pagar tembok yang di dalamnya ada rangka besi wiremesh. Ia kemudian menyebutkan kemungkinan dugaan korupsi.
Gue pernah beberapa kali lakukan audit konstruksi, salah satu sumber korupsi adalah wiremesh atau rangka besi. Susah diperiksa karena sdh tertutup semen oleh kontraktor
Kejaksaan dan Polisi Harus cek RAB stadion JIS apa betul tanpa rangka besi?
Indikasi korupsi jelas neh? pic.twitter.com/5RW3TI6euD— RUDI VALINKA (@kurawa) July 25, 2022
Di rangkaian cuitan tersebut bahkan terlihat video yang menunjukkan adanya retakan di pagar dinding sebelum roboh (katanya ya, belum/tidak diverifikasi hingga saat ini).
Ada juga warganet yang berkomentar dari segi analisis struktur bangunan dengan bantuan software yang mana seharusnya dilakukan sebelum proses pembangunan dimulai. Ini penting untuk dicatat Anies Baswedan dan menjadi bekal untuk berkomentar.
Sy heran pak @aniesbaswedan bagian dari proses alami apa yg pak maksud?🤔🤔🤔
Asal tau, ada kalkulasi analisa struktur & itu berupa hitungan diatas kertas mengenai beban statis / dinamis sebuah bangunan, bisa pake StaadPro ato software structure analyst lain.
Akurasi 95% pak. pic.twitter.com/HncRgPijrL— A H™️ | Always Happy (@anthwf77) July 25, 2022
Saya jadi ingat cerita dua kawan saya yang bekerja di BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) belum lama ini. Ketika memeriksa proyek pengerjaan jalan, misalnya, mereka diharuskan untuk mengambil sampel aspal jalan yang sudah kering (dengan alat bor) untuk kemudian diuji di laboratorium dan hasilnya dibandingkan dengan spesifikasi yang tertera di RAB yang sudah disetujui.
Kalau stadion ini nanti benar-benar diaudit struktur fisiknya, saya pun berharap prosesnya akan dilakukan secara detail seperti itu.
Melansir Detik, sebelumnya di 2019 memang diberitakan bahwa di antara 2 konsorsium yang memberikan penawaran untuk penggarapan JIS, JakPro justru memenangkan PT Wika Gedung dkk yang menawarkan harga Rp4 miliar, lebih tinggi Rp300an miliar daripada yang ditawarkan oleh PT Adhi Karya dkk. Terkait dengan ini, JakPro mengatakan bahwa keputusan tersebut sudah diambil sesuai prosedur.
Tapi ya, gimana ya, kok sekarang jadi lebih gimana gitu rasanya.
Jadi, masuk akal nih dugaan korupsinya?
Nggak ngerti ah. Mau kemahalan atau kemurahan, tetap bisa-bisa saja ada dugaan korupsi kan.
Tapi kok waktunya pas banget ya dengan kasus korupsi renovasi Stadion Mandala Krida di Jogja yang sekarang lagi anget-angetnya. Mengutip Harian Jogja, kasus yang melibatkan anggaran puluhan miliar ini “diduga sarat persekongkolan” dalam hal pembangunan atap penutup stadion.
Saya ulangi: atap penutup stadion. Serem abis.
Jangan salah, bahkan di luar negeri pun sudah pernah ada kasus ambruknya atap stadion sepak bola. Contohnya seperti di Belanda tahun 2011 yang mengakibatkan 1 korban tewas dan 16 lainnya luka-luka.
Kembali ke perkara suporter. Dalam pidato sambutannya saat launching JIS, Anies Baswedan sempat meminta agar Jakmania berperilaku seperti layaknya suporter kelas dunia. Melansir Medcom, ini maksudnya supaya mereka memelihara stadion ini beserta segala fasilitasnya, yang mana saya setuju sepenuhnya.
Tapi, dengan perilaku suporter kelas dunia pun kalau pada dasarnya kualitas bangunan JIS tidak bagus, ya tetap saja bisa ambruk. Ada contohnya, yaitu di Belanda di tahun 2021 lalu (Belanda lagi, tapi ini stadion yang berbeda). Simak di video ini:
Jadi, mau sekelas dunia yang mana nih, Anies Baswedan?
BACA JUGA Jalan Terjal Anies Baswedan Mendapatkan Tiket Calon Presiden dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.
Penulis: Suryagama Harinthabima
Editor: Yamadipati Seno