Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Alasan Emoji WhatsApp Bisa Redam Lahirnya Perang Dunia Ketiga

Lebih dari separuh perang dalam sejarah terjadi karena manusia gagal berkomunikasi.

Fauzan Mukrim oleh Fauzan Mukrim
21 Desember 2021
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Fungsi emoji WhatsApp sebenarnya tidak sesepele itu. Hal yang mungkin tak terbayangkan oleh para ahli komunikasi zaman dulu.

Seorang dosen, dulu, di mata kuliah Komunikasi Antarpribadi, pernah berpesan. Kata beliau, meskipun berbicara lewat telepon, cobalah untuk tersenyum.

Lawan bicaramu memang tidak bisa melihatmu, tapi ia bisa merasakan senyumanmu. Getaran suara yang disertai senyuman beda dengan yang tidak.

Belakangan saya baru tahu kalau ada yang namanya smiley voice, biasanya diajarkan di kelas-kelas Radio Broadcast. Tarikan sudut bibir bisa mempengaruhi efek suara yang keluar.

Konon, beberapa pekerja yang melibatkan layanan suara, misalnya customer service bank, juga dianjurkan untuk tersenyum ketika menerima telepon, meskipun nggak kelihatan.

Lalu bagaimana dengan pesan teks seperti SMS atau WhatsApp? Bisakah orang yang membacanya menangkap emosi di balik teks yang kita tulis?

Izinkan saya bercerita sedikit tentang ini. Istri saya, Desanti, sedang memulai bisnis kuliner. Istri saya membuat warung online dengan nama #bekalochan. Dinamai #bekalochan karena memang awalnya ini postingan cerita di akun medsosnya, tentang bekal makan siang yang dia masak untuk saya setiap berangkat kerja.

Karena menurut saya masakan istri saya sangat enak, saya lalu punya ide bagaimana kalau sekalian dijual saja? Eh, dia setuju.

Jadi, setiap dia bikin bekal untuk saya, dilebihkan beberapa porsi untuk dijual di kompleks. Alhamdulillah keterusan sampai sekarang.

Nah, gara-gara kini istri saya jualan, makanya belakangan kami kerap berkomunikasi dengan orang-orang baru. Dan kebetulan, tempo hari saya merasa tidak enak kepada seorang pelanggan kami.

Si pelanggan memesan “ayam tangkap” (salah satu menu andalan kami) tapi tidak bisa kami penuhi segera. Karena saat ini cuma Desanti yang masak dan saya belum bisa bantu.

Ketika membalas pesan pelanggan itu, Desanti menulis, “Maaf, tukang masaknya cuma satu.”

Pelanggan itu mungkin agak baper dan menulis reply yang saya tangkap seperti, “Ya udah, kalau nggak siap jangan buka order dong.”

Saya bilang ke Desanti, lain kali selalu sertakan emoji WhatsApp senyum (😊) dan salam Thailand (🙏) setiap membalas pesan, apalagi kalau itu orderan dagangan.

Iklan

Kelihatannya sepele sih, tapi itu bisa memberi kesan baik dan ramah. Supaya orang yang membacanya tahu kamu tersenyum dan tulus. Pesan teks tidak seperti pesan suara yang masih ada kemungkinan orang merasakan emosimu.

Tidak apa ketikan kita terlihat “ramai” gara-gara emoji WhatsApp ini, asalkan pesan diterima dengan baik. Saya ingatkan juga pentingnya komunikasi.

Jangan lupa, lebih dari separuh perang dalam sejarah, terjadi karena manusia gagal berkomunikasi (failure to communicate). Jauh lebih banyak daripada yang disebabkan oleh perebutan tanah dan pemaksaan agama.

Nah, sampai di sini, saya akhirnya merasa perlu menyebut nama Harvey Ball. Harvey Ball (lahir 10 Juli 1921-wafat 12 April 2001) adalah seniman Amerika yang dikenal sebagai perancang gambar bulatan kuning dengan dua titik dan garis lengkung yang kemudian dikenal dengan sebutan smiley. Ikon yang selalu ada di emoji WhatsApp kita.

Ikon ini dipakai di seluruh dunia sebagai simbol keakraban dan keramahan. Harvey sendiri tidak pernah mendaftarkan temuannya ini sebagai merek dagang (trademark) dan membiarkan siapa pun leluasa menggunakannya. Sungguh orang baik. Alfatihah untuk beliau. Eh.

Sebelum era emoji WhatsApp seperti sekarang, ikon smiley dulu biasa digambarkan dengan mengetik simbol “:”, “-“, dan “)”. Nah, ini yang kemudian disebut “emoticon”, yaitu rangkaian tanda baca, simbol, atau huruf yang kalau digabungkan bisa menggambarkan ekspresi atau emosi.

Sekian puluh tahun kemudian, seorang desainer Jepang bernama Shigetaka Kurita membawa emoticon ke tahap yang lebih jauh: emoji.

Kurita adalah orang yang paling sering disebut sebagai kreator emoji. Berbeda dengan emoticon, emoji lebih luas pemaknaannya. Tidak hanya ekspresi, tapi bisa juga menggambarkan situasi atau fenomena.

Kurita membuat emoji pertamanya pada tahun 1999, saat dia bekerja untuk perusahaan telepon seluler  Jepang NTT DoCoMo.

Ketika itu, sistem perusahaan tersebut menyediakan fitur e-mail namun terbatas 250 karakter saja. Kurita dan beberapa rekannya kemudian mencoba merancang simbol yang bisa digunakan menyampaikan pesan ekspresi namun tetap hemat karakter. Muncullah emoji.

Istilah emoji sendiri berasal dari kata Bahasa Jepang “e” yang berarti gambar, dan “moji” yang berarti karakter.

Pertama kali dirilis, NTT DoCoMo hanya menyediakan 176 emoji dalam satu set untuk ponsel dan pager. Saat ini sudah ada ribuan emoji yang dipakai di berbagai platform, dan sangat berguna untuk menggambarkan berbagai perasaan yang tidak bisa ditulis.

Cara kita berkomunikasi saat ini mungkin tidak pernah terbayangkan oleh para ahli komunikasi zaman dulu. Teknologi berkembang membawa potensi konflik baru, dan mau tidak mau manusia harus beradaptasi kalau ingin tetap bertahan.

Sehingga tidak berlebihan juga rasanya kalau kita harus berterima kasih kepada Harvey Ball dan Shigetaka Kurita. Beliau-beliau ini telah menghindarkan kita dari ketegangan yang tak perlu akibat salah memahami makna teks.

Sudah banyak contoh yang kita temui, orang bertengkar betulan di dunia nyata karena salah paham di dunia maya. Bukan tidak mungkin salah komunikasi semacam ini juga bisa memicu pecahnya perang dunia ketiga.

Setidaknya, foto yang saya lampirkan di bawah ini sering saya jadikan contoh di sejumlah diskusi penulisan. Ini kejadian nyata di sebuah kompleks perumahan (disclaimer: saya tidak bilang ini kompleks tempat tinggal saya ya :-D).

Awalnya, seorang warga bernama Pak Agung menginformasikan ke grup WA warga mengenai dugaan pungli oleh oknum sekuriti kompleks. Namun informasi itu tidak dipercaya begitu saja oleh anggota grup lain, yang kalau dilihat dari percakapan ini adalah pejabat RT.

“Saya tidak percaya Pak Agung.”

Begitu tulis Pak RT yang memiliki nomer 0811 9 sekian-sekian itu.

Pak Agung tersinggung. Ia merasa dianggap pembohong oleh Pak RT. Padahal maksud Pak RT adalah: ia tidak percaya pada informasi itu, bukan pada Pak Agung-nya.

Pak RT lupa menambahkan koma sebelum nama. Jelas maksud Pak RT sesungguhnya adalah: “Saya tidak percaya, Pak Agung.”

Lupa koma dan tanpa emoji satu di WhatsApp pun, perbincangan ringan itu akhirnya jadi masalah. Tak berselang lama, Pak Agung pun left group setelah itu.

Yah, begitulah. Hanya karena kurang tanda baca saja, kesan yang ditampilkan bisa berbeda makna, bahkan sampai memicu perselisihan.

Ngomong-ngomong, pernah ada teman yang mendebat emoji WhatsApp yang begini 🙏 sebenarnya bukanlah “salam Thailand” seperti yang saya anggap. Katanya, itu emoji “tos” atau high five.

Padahal emoji itu sering saya pakai setiap mengakhiri pesan yang saya kirimkan untuk atasan saya di kantor. Tempo hari juga saya menggunakan emoji WhatsApp ini 🙏 ketika mengirimkan pesan kepada teman yang orang tuanya wafat.

Wah, kacau sekali saya kalau itu bukan simbol salam. Kalau emoji WhatsApp itu dianggap sebagai high five, pesan duka saya kan bisa saja terbacanya jadi gini: “Turut berduka. High Five!

Waduh, kok kesannya saya jadi sangat tidak berempati ya? Btw, kalau menurutmu gimana? Begini ini 🙏 diartikan “salam ala orang Thailand” atau memang “high five”?

BACA JUGA Makna Setiap Warna dan Bentuk Emoji Hati di WhatsApp yang Ternyata Beda-beda dan tulisan Fauzan Mukrim lainnya.

Terakhir diperbarui pada 20 Desember 2021 oleh

Tags: emojiemoticonPak RTperangwhatsapp
Fauzan Mukrim

Fauzan Mukrim

Media Ronin di CNN Indonesia. Tinggal di Jakarta.

Artikel Terkait

Bukan Sekadar Pemberontak : Kisah Spiritual di Balik Perang Diponegoro
Video

Bukan Sekadar Pemberontak : Kisah Spiritual di Balik Perang Diponegoro

12 April 2025
Bahayanya Jika Menggunakan WhatsApp Pihak Ketiga. MOJOK.CO
Tekno

Bahayanya Jika Menggunakan WhatsApp Pihak Ketiga

13 Mei 2023
Rasanya Jadi Mahasiswa Indonesia Saat Perang Sudan, Pesawat Tempur dan Rudal di Atas Kepala. MOJOK.Co
Sosok

Rasanya Jadi Mahasiswa Indonesia Saat Perang Sudan, Pesawat Tempur dan Rudal di Atas Kepala 

4 Mei 2023
Tips Edit Gambar untuk Jadikan PP WhatsApp yang Aesthetic. MOJOK.Co
Tekno

Tips Edit Gambar untuk Jadikan PP WhatsApp yang Aesthetic

10 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.