Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Habiskan Jatah Bajinganmu Selagi Jomblo

Cepi Sabre oleh Cepi Sabre
6 Juni 2017
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

“Di belakang seorang laki-laki sukses, selalu ada perempuan hebat.”

Teman-teman saya yang perempuan biasanya akan langsung protes begitu mendengar kata-kata itu. Karena perempuan juga bisa sukses dan bisa di depan, tidak selalu harus ada di belakang seorang laki-laki. Kalau mau, yang laki-laki juga boleh protes karena mereka juga bisa sukses sendirian. Tidak harus menunggu ada perempuan di belakangnya.

Kita bisa berdebat panjang soal ini, soal posisi depan atau belakang ini, tapi untuk memulai perdebatan baru saya mau menawarkan satu adagium lain: “Di belakang seorang laki-laki bajingan, selalu ada perempuan yang jadi korban”.

Fahmi Darmawansyah divonis 2 tahun 8 bulan untuk kasus penyuapan pejabat Bakamla. Ada yang kenal si Fahmi ini? Beberapa orang, mungkin, beberapa yang lain harus gugling dulu. Tidak heran kalau kemudian beberapa media daring, untuk berita yang sama, menurunkan juudul “Suami Inneke Koesherawati Divonis 2 Tahun 8 Bulan”.

Padahal kalau dipikir-pikir, apa sih kesalahan Mbak Inne di kasus itu? Kalaupun ada, pol mentok di dua hal: 1) memilih Fahmi—bukan saya, bukan kamu—sebagai suaminya, dan 2) beliau artis dan lebih terkenal daripada suaminya. Seandainya kita yang punya istri artis dan lebih terkenal, kalau bisa nama istri dicantumin juga di KTP. Status Kawin: Sudah Kawin sama Dian Sastro, misalnya.

Tahun 2009, Ibrohim alias Boim—untung bukan Ibro atau Ibra—ditembak mati polisi di Temanggung untuk kasus terorisme. Nama istrinya memang tidak jadi kepala berita di media-media ternama, tapi pascaperistiwa bom Kampung Melayu kemarin, cerita tentang istrinya bersliweran di media sosial. Terlebih setelah konon diketahui bahwa pelaku bom Kampung Melayu juga punya anak-istri.

Kata status soal Suci Hani, istri Ibrohim itu, beliau harus menunggu malam datang hanya untuk menabur bunga di makam suaminya. Mana sebentar lagi lebaran pula. Ketika sebagian orang bingung menyiapkan jawaban kalau-kalau (pasti) ditanya kapan kawin, Suci Hani mungkin sedang bingung mengatur waktu untuk membawa anak-anaknya nyekar ke makam suaminya.

Seorang perempuan lain menangis tersedu-sedu ketika membacakan surat yang ditulis suaminya di penjara. Beberapa orang menyebutnya pencitraan, beberapa yang lain membandingkannya dengan air mata para korban penggusuran yang dilakukan suaminya. Ya, saya rasa semua orang tahu pasangan suami-istri itu. Veronica Tan si istri, Ahok si suami.

Buat sebagian orang, Ahok adalah pahlawan, tapi buat yang sebagian lagi, dia adalah penista agama. Atau dalam kasus air mata istrinya, dia adalah gubernur tukang gusur. Sebagian orang kesal, saya tahu. Tapi kesedihan itu seperti jomblo, kesedihan yang satu tidak bisa dibandingkan dengan kesedihan yang lain sebagaimana ngenesnya jomblo yang satu tidak bisa dibandingkan dengan ngenesnya jomblo yang lain.

Veronica berhak bersedih dan menangis karena suaminya di penjara, hak yang sama juga untuk Inneke dan Suci Hani. Kelakuan suaminya tidak menghilangkan hak mereka meneteskan air mata. Malah yang sebenarnya tidak berhak adalah orang-orang yang membuat dan menyebarkan foto bugil Veronica, misalnya. Hambok kalau bisa photoshop, mending buka jasa ngedit foto bareng artis aja.

Kita dulu pernah seperti ini, ketika anak dan istri orang-orang yang dituduh terlibat PKI dikucilkan masyarakat. Bahkan negara mendukungnya dengan menandai KTP mereka. Saking pentingnya status anak PKI atau bukan, sampai-sampai ada yang maksa Jokowi tes DNA untuk membuktikan kalau di sel darah merahnya gak ada gambar palu-aritnya.

Ribut-ribut pilkada Jakarta yang gak selesai-selesai itu bisa-bisa ke sana juga arahnya. Bisa-bisa di masa depan orang disuruh tes DNA untuk membuktikan kalau di darahnya gak ada tulisan ‘alumni 212’ atau tulisan ‘bani serbet’.

Tapi kalau kita fokus pada masalah posisi depan dan belakang laki-laki atau perempuan tadi, maka kita akan sampai pada pertanyaan: “Apakah perempuan juga tidak bisa jadi bajingan?”

Ratu Atut Chosiyah divonis empat tahun penjara untuk kasus suap pilkada Lebak, Dewie Yasin Limpo dihukum enam tahun penjara untuk kasus suap anggaran pembangkit listrik, dan Miranda Goeltom ditahan tiga tahun lamanya karena menyuap anggota DPR untuk bisa jadi Deputi Gubernur Bank Indonesia. Ini untuk menyebut beberapa nama saja.

Iklan

Yang membedakan ketika perempuan melakukan kesalahan, nama suaminya jarang dibawa-bawa. Buktinya, coba, jangan gugling, sebutkan nama suami ketiga perempuan di atas? Ada yang bisa lengkap menyebutkannya? Padahal di kasus Dewie Yasin Limpo, misalnya, konon suaminya juga ikut ditahan. Atau di kasus penggandaan uang Dimas Kanjeng, nama Marwah Daud Ibrahim lebih kondang daripada suaminya yang justru diduga sebagai kepala HRD padepokan itu.

Untuk laki-laki, resiko menjadikan anak dan istrinya korban dari kelakuannya jauh lebih besar daripada perempuan. Jadi kalau nanti pas lebaran ada yang nanya kapan kawin, akui saja bahwa kita masih bajingan, bahwa kita masih belum siap mengorbankan perempuan di belakang kita untuk kelakuan kita. Bisa jadi inilah pesan moral—kalau memang harus ada—dari tulisan ini.

“Kalau masih ada yang percaya bahwa jadi bajingan itu gampang, maka segera beranguslah pikiran busuk itu!”

Maaf, saya lupa kalau ini Mojok. Saya kira Republika online.

Pesan moralnya begini: “Setiap orang boleh jadi bajingan, tapi habiskan jatah bajinganmu ketika kamu masih jomblo supaya di masa depan gak nyusah-nyusahin anak dan istrimu!”

Terakhir diperbarui pada 6 Juni 2017 oleh

Tags: ahokDewie Yasin LimpoDian Sastrodimas kanjengFahmi DarmawansyahInneke KoesherawatiJomblo KerenMarwah Daud IbrahimMiranda GoeltomPerempuan HebatRatu Atut ChosiyahSuci HaniVeronica Tan
Cepi Sabre

Cepi Sabre

Artikel Terkait

veronica tan.MOJOK.CO
Pendidikan

Wamen PPPA Serukan Integritas dan Hati Nurani sebagai Fondasi Anak Muda Menjadi Pemimpin Masa Depan

24 Juli 2025
Sialnya Warga Banjarsari Solo, Dekat Rumah Jokowi tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Esai

Surat Terbuka untuk Jokowi 2014, Tolong Selamatkan Kami dari Jokowi 2024

13 Februari 2024
Terjawab, Misteri Awal Mula Baju Kotak-kotak Jokowi-Ahok di Pilkada DKI 2012. MOJOK.CO
Kilas

Terjawab, Misteri Awal Mula Baju Kotak-kotak Jokowi-Ahok di Pilkada DKI 2012

6 Juni 2023
Menunggu Dian Sastro di Gudeg Ceker Mbok Joyo
Liputan

Menunggu Dian Sastro di Gudeg Ceker Mbok Joyo

30 Oktober 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.